Paparikan Lawe

Saking Wikisource
33653Paparikan Lawe — Daging1999I Made Sudiarga

[ 1 ]TIDAK DIPERDAGANGKAN UNTUK UMUM

PAPARIKAN LAWE

ALIH AKSARA DAN ALIH BAHASA

I Made Sudiarga

Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa


Departemen Pendidikan dan Kebudayaan


Jakarta


1999

[ 2 ]
BAGIAN PROYEK PEMBINAAN BUKU SASTRA INDONESIA

DAN DAERAH-JAKARTA
TAHUN 1998/1999
PUSAT PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN BAHASA

DEPARTEMEN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


Pemimpin Bagian Proyek: Dra. Atika Sja'rani
Bendahara Bagian Proyek: Ciptodigiyarto
Sekretaris Bagian Proyek

Drs. B. Trisman. M. Hum.

Staf Bagian Proyek: Sujatmo
Sunarto Rudy
Budiyono
Sarnata
Ahmad Lesteluhu



ISBN 979-459-932-8

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG
Isi buku ini, baik sebagian maupun seluruhnya, dilarang diperbanyak
dalam bentuk apa pun tanpa izin tertulis dari penerbit,
kecuali dalam hal pengutipan untuk keperluan penulisan artikel
atau karangan ilmiah.

ii

[ 3 ]

KATA PENGANTAR

Masalah kesusastraan, khususnya sastra daerah dan sastra Indonesia,
merupakan masalah kebudayaan nasional yang perlu digarap dengan
sungguh-sungguh dan berencana. Sastra daerah dan sastra Indonesia itu
merupakan warisan budaya yang diwariskan secara turun-temurun oleh
nenek moyang bangsa Indonesia. Dalam sastra daerah dan sastra
Indonesia terkandung nilai-nilai budaya yang tinggi. Nilai-nilai yang
terkandung dalam sastra daerah dan sastra Indonesia itu akan sirna
ditelan kemajuan zaman jika tidak dibudayakan dalam kehidupan
masyarakat. Oleh karena itu, diperlukan upaya yang sungguh-sungguh
untuk menjaga agar nilai-nilai tersebut tetap hidup di bumi pertiwi.

Sehubungan dengan itu, sangat tepat kiranya usaha Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan melalui Bagian Proyek Pembinaan Buku
Sastra Indonesia dan Daerah-Jakarta berupaya melestarikan nilai-nilai
dalam sastra itu melalui kegiatan pengolahan yang meliputi pengalih-
aksaraan dan penerjemahan sastra berbahasa daerah.

Pelestarian sastra daerah perlu dilakukan karena upaya itu bukan
hanya sekadar menyediakan sarana untuk memperluas wawasan kita
terhadap sastra dan budaya masyarakat daerah bersangkutan, melainkan
juga akan memperkaya khazanah sastra dan budaya Indonesia. Dengan
demikian, hal itu dapat dipandang sebagai upaya membuka dialog
antarbudaya dan antardaerah yang memungkinkan sastra daerah berfungsi
sebagai salah satu alat bantu dalam usaha mewujudkan manusia yang
berwawasan keindonesiaan.

iii

[ 4 ]Buku yang berjudul Paparikan Lawe merupakan karya sastra

Indonesia lama yang berbahasa Bali. Pengalihaksaraan dan penerjemahan-
nya dilakukan oleh I Made Sudiarga, sedangkan penyuntingan dikerjakan
oleh Dra. Atisah.

Mudah-mudahan buku ini dapat dimanfaatkan dalam upaya pembina-
an dan pengembangan sastra Indonesia.

Jakarta, Januari 1999

Kepala Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa

Dr. Hasan Alwi




iv

[ 5 ]

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur penulis panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa karena rahmat-Nya alih aksara dan alih bahasa "Peparikan Lawe" dapat diselesaikan sesuai dengan alokasi waktu yang telah direncanakan. Alih aksara dan alih bahasa ini dilakukan untuk pelestarian sastra tradisional Bali.


Dalam menyelesaikan alih aksara dan alih bahasa ini penulis mengalami banyak hambatan. Kesulitan yang muncul antara lain, sukarnya mendapatkan naskah, adanya bentuk huruf Bali yang sangat mirip di dalam naskah, dan sukarnya mengungkapkan makna yang sepadan antara bahasa sumber dan bahasa sasaran. Namun, berkat bantuan dari berbagai pihak, kesulitan tersebut akhirnya dapat diatasi. Untuk itu, izinkanlah penulis mengucapkan terima kasih kepada

1. Drs. I Nyoman Sulaga, M.S., Kepala Balai Penelitian Bahasa Denpasar, yang telah memberikan kepercayaan kepada penulis untuk melaksanakan alih aksara dan alih bahasa "Peparikan Lawe";

2. karyawan Perpustakaan Balai Penelitian Bahasa Denpasar yang telah membantu penulis dalam peminjaman buku sehingga alih aksara dan alih bahasa ini terwujud; dan

3. teman sejawat yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah banyak memberikan masukan yang berharga bagi penulis untuk menyelesaikan kegiatan ini.

v

[ 6 ]Penulis menyadari sepenuhnya bahwa hasil kegiatan ini masih memiliki kekurangan dan kelemahan. Untuk itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran demi sempurnanya tulisan ini. Penulis berharap semoga tulisan ini dapat memberikan sumbangan positif bagi pelestarian

dan pengembangan sastra tradisional Bali.


Denpasar

Penulis












vi

[ 7 ]

DAFTAR ISI

HALAMAN
KATA PENGANTAR..................................................iii

UCAPAN TERIMA KASIH.............................................v

DAFTAR ISI......................................................vii

BAB I PENDAHULUAN................................................1

BAB II ISI RINGKAS PEPARIKAN LAWE................................7

BAB III PAPARIKAN LAWE ALIH BAHASA DAN

ALIH AKSARA....................................................10

DAFTAR PUSTAKA..................................................375




vii

[ 9 ]

BAB I

PENDAHULUAN


Kata peparikan berasal dari kata parik yang berarti 'sadur' dan mendapat konfiks [pe--an] yang berarti 'saduran'. Peparikan Lawe merupakan salah satu cipta sastra Bali tradisional yang ditransformasikan dari Kidung Lawe. Kidung Lawe merupakan karya sastra sejarah yang mencerminkan kehidupan masyarakat pada zamannya, yang patut dipetik hikmahnya (Warna dkk. 1995:vii). Penyaduran Kidung Lawe dengan menggunakan bahasa Bali dimaksudkan agar masyarakat Bali, khususnya, mudah memahami, menikmati, dan memetik nilai budaya yang terkandung di dalamnya.

Peparikan Lawe mempunyai kedudukan dan fungsi yang cukup penting dalam masyarakat Bali karena keterkaitannya dengan aspek sosial budaya dan agama Hindu. Peparikan Lawe, berfungsi sebagai sarana hiburan, biasanya dibacakan dan dilagukan pada waktu senggang atau ketika menjaga mayat di rumah duka. Gubahan Peparikan Lawe dapat berfungsi sebagai sarana pendidikan moral karena mengandung nilai budaya yang luhur yang dapat dijadikan pedoman dalam kehidupan sehari-hari. Dalam pertunjukan rakyat Peparikan Lawe dinyanyikan sebagai pelengkap dan sebagai media komunikasi. Peparikan Lawe kerap kali ditafsirkan sebagai cita-cita pendidikan dan kesempurnaan hidup kemasyarakatan yang harmonis.


1

[ 10 ]

2

Peparikan Lawe mendapat perhatian masyarakat Bali yang cukup tinggi. Hal itu terbukti dari seringnya peparikan itu dibacakan dalam berbagai kesempatan mabebasan. Naskah Peparikan Lawe disimpan di berbagai perpustakaan, antara lain, di Perpustakaan Lontar Fakultas Sastra Universitas Udayana, Denpasar, di Kantor Dokumentasi Budaya Bali, Denpasar, di Gedong Kirtya Singaraja, dan di rumah penduduk, sebagai koleksi pribadi.

Teks Peparikan Lawe harus diselamatkan dan dilestarikan sebelum naskahnya rusak. Usaha penyelamatannya tidak cukup dengan menyimpan naskah tersebut di perpustakaan, tetapi yang lebih penting lagi ialah menelitinya dari berbagai aspek, misalnya, dari aspek kebahasaan dan kesastraan. Usaha melestarikan Peparikan Lawe lewat alih bahasa dan alih aksara mempunyai peran yang cukup besar dalam menumbuhkan etos kejuangan di bidang sosial budaya. Sebagaimana kita sadari bahwa tuntutan zaman sekarang mengarah kepada pola kehidupan modern yang diwarnai oleh pergeseran tata nilai budaya bangsa yang tidak sesuai dengan yang telah terpatri di dalam cipta sastra tradisional. Alih bahasa dan alih aksara ini cukup penting artinya bagi pembinaan dan pengembangan kebudayaan Bali karena gubahan ini merupakan salah satu unsur budaya yang sangat sarat dengan nilai rohaniah, estetika, dan nilai religi yang universal. Aset budaya itu mempunyai relevansi dan urgensi yang tinggi bagi proses pembangunan dalam memasuki era industrialisasi dan globalisasi.

Alih bahasa dan alih aksara Peparikan Lawe bertujuan membantu pemerintah dalam menyukseskan program pelestarian kebudayaan daerah dan memberikan masukan bagi program pengajaran bahasa dan sastra daerah Bali yang menjadi bagian kurikulum muatan lokal. Di samping itu, usaha ini bertujuan untuk menyediakan bahan pengisi dan pelengkap dalam usaha menciptakan minat baca dan apresiasi masyarakat terhadap karya sastra yang masih dirasa sangat terbatas.

Alih bahasa atau terjemahan merupakan penggantian naskah bahasa [ 11 ]3

sumber dengan naskah bahasa sasaran yang berpadanan . Terjemahan merupakan penggantian tata bahasa dan kosa kat a bahasa sumber dengan tata bahasa dan kosa kata bahasa sasaran yang berpadanan yang berakibat penggantian grafologi dan fonologi bahasa sumber dengan grafologi dan fonologi bahasa sasaran yang tidak berpadanan (Catford, dalam Bagus, 1983 :70). Terjemahan yang dilakukan di sini adalah terjemahan Peparikan Lawe yang berbahasa Bali ke dalam bahasa Indonesia. Dalam menerjemahkan peparikan itu penulis berusaha menterjemahkan kata demi kata dalam setiap baris, di samping itu dilakukan pula terjemahan bebas terutama dalam menerjemahkan istilah teknis yang berhubungan dengan aspek sosial budaya dan agama, seperti prabu, ksatria, galungan, dan dauh siki. Istilah-istilah itu diterjemahkan sedemikian rupa.

Alih aksara atau transliterasi dalam kegiatan ini dilakukan dengan mengganti huruf demi huruf dari abjad yang satu ke abjad yang lain (Djamaris, 1977:29). Dalam kegiatan ini naskah Peparikan Lawe yang berhuruf Bali dialihaksarakan ke dalam huruf Latin. Pengalihaksaraannya berpedoman pada Ejaan Bahasa Bali yang Disempurnakan (1975), Kamus Bali--Indonesia (Warna dkk. 1991 ), Kamus Besar Bahasa Indonesia (1993), dan Pasang Aksara Basa Bali (Simpen, 1987). Padanan huruf Bali dalam huruf Latin adalah sebagai berikut.

ha, na, ca, ra, ka : a na ca ra ka ga, ta, ma, ṅa, ba: ga ta ma nga ba sa, wa, la: sa wa La pa, da, ja, ya, ña: pa da ja ya nya

Pangangge swara meliputi :

᭡: a, i :i, ᭣: uu, ᭢:e, ᭢....᭡ :o [ 12 ]

4

Bentuk gabungan konsonan yang menunjukkan ciri bahasa lama (bahasa Kawi dan bahasa Sanskerta) tetap dipertahankan agar keaslian teks tetap terjaga. Bentuk gabungan konsonan itu adalah bh dalam kata prabhu ' raja' dh dalam kata dharmadhyaksa 'kepala urusan agama' gh dalam kata gharapami 'istri sah ' ph dalam kata phalguna 'bulan ke-8 ', ' Arjuna' dan th dalam kata thaniwisaya 'daerah pedesaan'.

Teks Peparikan Lawe ditransliterasikan ke dalam huruf Latin bait demi bait, berdasarkan jumlah baris teks yang disesuaikan dengan konvensi pupuh. Kaidah pupuh itu meliputi banyaknya baris dalam tiap­ tiap bait (pada lingsa), jumlah suku kata pada tiap-tiap baris (guru wilang), dan bunyi akhir pada tiap-tiap baris (swara) (Suastika, 1996; 310-312).

Penerapan Ejaan Bahasa Bali yang Disempurnakan yang berkaitan dengan penulisan suku kata dan hubungannya dengan penghitungan jumlah guru wilang adalah sebagai berikut.

1. Bentukan yang dianggap satu suku kata ditulis dengan konstruksi kvv (konsonan-vokal-vokal).

Contoh:

Ramia, sadia, dan satwa. Bentukan itu berasal dari ardasuara nania 'semi vokal' yang dinyatakan dengan ia dan ardasuara suku kembung yang dinyatakan dengan ua (Hasil-hasil Lokakarya penyusunan Ejaan Bahasa Bali dnegan Huruf Latin, cf. Ejaan Bahasa Bali yang Disempurnakan, 1975). Contoh kasus ini antara lain sebagai berikut.

kakia dapat juga ditulis kakya 'ikan hiu' biuha dapat juga ditulis byuha 'siasat perang' buwat dapat juga ditulis bwat 'berat', 'pekerjaan', 'hasil'.

Penulis memilih bentuk kedua yaitu, kakya, byuha, dan bwat dalam [ 13 ]5

transliterasi karena bentuk itu dianggap paling sesuai dengan tradisi teks yang berbahasa Kawi-Bali.

2 . Apabila penyair menginginkan agar dua vokal yang berurutan itu dipandang sebagai satu suku kata, biasanya huruf i diganti dengan huruf y atau huruf uw diganti menjadi w. Contoh: kania 'istri' (3 suku kata), kanya 'istri '(2 suku kata), malia 'karangan' (3 suku kata), malya 'karangan' (2 suku kata), buwana 'dunia'(3 suku kata), bwana 'dunia' (2 suku kata),

Untuk memudahkan pembacaan, dalam transliterasi ini ditambahkan nomor urut pupuh sesuai dengan jumlah pupuh (bait) dalam teks dan nomor halaman naskah, secara berurut, yang diikuti huruf a atau b (karena tiap halaman naskah terdiri atas dua sisi). Penggatian nomor halaman ditandai dengan dua garis miring (// ). Huruf kapital di pakai pada setiap huruf pertama nama diri dan sapaan. Huruf rangkap yang mengiringi huruf r hanya ditulis sebuah. Hal itu dilakukan karena huruf rangkap itu tidak menunjukkan ciri-ciri bahasa lama.

Contoh: sarwi > < bukan > < sarwwi karya > < bukan > < karyya durma > < bukan > < durmma. Naskah Peparikan Lawe yang ditransliterasikan berupa naskah lontar koleksi Kantor Dokumentasi Budaya Bali, Denpasar. Naskah tersebut berukuran panjang 40 cm dan lebar 3,5 cm yang terdiri atas 128 lembar. [ 14 ]6


Setiap lembar naskah ditulisi bolak-balik, terdiri atas empat baris yang berjejer ke bawah. Dalam tiap-tiap halaman naskah tercantum nomor halaman. Keadaan naskah cukup baik. Teks ditulis dengan huruf Bali, tulisannya jelas dan mudah dibaca. Naskah dijepit dengan kayu dan diikat dengan benang. [ 15 ]BAB II

ISI RINGKAS

PEPARIKAN LAWE



Raden Wijaya, sebagai putra mahkota, dijodohkan dengan kedua putri Raja Kertanegara di Tumapel. Sang Raja juga mengirimkan ekspedisi ke Melayu untuk memaksa Raja Melayu supaya menyerahkan kedua putrinya, Dara Petak dan Dara Jingga, menjadi istri putra mahkota. Mpu Raganata memperingatkan Raja Kertanegara agar melindungi kerajaan dengan pasukan yang cukup kuat sebab Jayakatwang sudah lama tidak pernah datang berbakti dan telah menyusun pasukan, tetapi peringatan itu diabaikan oleh sang Raja.

Pasukan yang melakukan ekspedisi ke Melayu bertolak dari Tuban. Arya Wiraraja, adipati Madura, ingin membalas dendam. Ia melihat adanya kesempatan yang baik sebab Tumapel tidak dijaga oleh pasukan yang kuat. Ia mengutus Wirondaya ke Daha untuk menghasut Jayakatwang agar melakukan pemberontakan. Setelah mendapat nasihat dari para patihnya, Raja Jayakatwang memutuskan menyerang Tumapel dari dua arah.

Raden Wijaya menghadapi serangan pasukan Daha di utara. Ia berhasil mematahkan serangan itu, tetapi pasukan Daha yang menyerang dari arah selatan telah menewaskan Raja Kerta Negara sebelum Raden Wijaya menyusul ke istana Tumapel. Raden Wijaya berusaha merebut


7 [ 16 ]8

keraton Tumapel, tetapi pertempuran tidak seimbang sehingga ia terpaksa menyelamatkan diri. Dalam penempuran itu ia hanya berhasil merebut salah seorang kekasihnya dari pihak musuh.

Raden Wijaya berlindung di Madura dan di sana ia menunggu saat yang baik untuk melakukan balasan, menyerang Daha. Atas anjuran Wijaya, adipati Madura, Raden Wijaya kembali ke Tumapel dan tunduk kepada Raja Jayakatwang sambil meminta tanah Trik kepadanya. Rangga Lawe diutus untuk memberitahukan kepada Raja Jayakatwang mengenai kedatangan Raden Wijaya. Permohonan Raden Wijaya dikabulkan oleh sang Raja, kemudian di Trik Raden Wijaya mendirikan istana Kerajaan Majapahit.

Rangga Lawe mengusulkan supaya menyerang Daha secara terbuka. Serangan itu dilancarkan setelah mendapat bantuan dari Tatar dan Madura. Terjadilah pertempuran yang sengit. Korban berguguran di kedua belah pihak. Dalam penempuran itu Raja Jayakatwang tertawan. Setelah pasukan Daha dapat dikalahkan, perang berkecamuk lagi antara pasukan Majapahit dan Tatar. Dalam penempuran itu Raja Tatar gugur di medan laga. Setelah mencapai kemenangan, Raden Wijaya dinobatkan menjadi raja di Majapahit. Upacara pernikahannya dengan kedua putri Raja Kertanegara dan kedua putri Raja Melayu dilangsungkan dengan pemimpin upacara Bhagawan Santasmerti.

Pada masa pemerintahan Raden Wijaya jabatan dibagi-bagikan kepada para pejuang yang telah berjasa dalam mendirikan dan mempertahankan Kerajaan Majapahit. Rangga Lawe diangkat menjadi panglima, kemudian menjadi adipati Tuban. Ia berkesal hati setelah Raden Wijaya menjadi Raja Majapahit. Rangga Lawe memberontak karena dia tidak diangkat menjadi patih Majapahit. Yang memegang jabatan patih adalah Nambi. Pusat pemberontakannya di Tuban.

Pertempuran sengit terjadi ketika Rangga Lawe berhadapan muka dengan Kebo Anabrang. Pada pertempuran pertama Rangga Lawe berhasil mengalahkan pasukan Majapahit, tetapi pada penempuran [ 17 ]9

berikutnya Rangga Lawe terdesak. Ia dibunuh oleh Kebo Anabrang. Ketika Lembu Sora tiba di medan laga dan melihat Rangga Lawe telah terbunuh, ia dilanda rasa marah dan sedih sehingga ia membunuh Kebo

Anabrang. [ 18 ]

BAB III

PAPARIKAN LAWE

ALIH BAHASA DAN ALIH AKSARA


1b //Mudah-mudahan tidak ada halangan


1. iseng mengubah cerita

berlagu Durma

katanya Jawa dan Bali konon

tersebutlah raja yang bandel

dan banyak tingkah

di Tumapel bertahta disebut-

sebut

Raden Kertanegari


2. gelarnya dulu ketika raja

masih muda

mempunyai adik dua orang

wanita cantik kembar

umurnya masih muda bentuk

perawakannya manis

Raden Wijaya ditolak

memperistri


1b //Awighnawastu


1. iseng marik satwa tembangin

ban Dhurma,

katanya Jawa Bali mipit ane

kocap ratu pengkung

brekapak

di Tumapel mengagungin

kasambat-sambat

Raden Kertanagari


2. pasengane malu duke raja

putra

ngelah rai kakalih

istri ayu kembar tuwuhe kari

bajang langa paawakan

manis

Raden wijaya kapancal

ngangge rabi


10

[ 19 ]

11


3. tiada lain adik sepupu

maharaja itu yang diharapkan

sebagai pelindung dunia bagi

seluruh rakyat tinggal berdua

Raden Wijaya bersifat seperti

bulan


4. Maharaja selalu merasakan

perasaan panas membara

tidak pernah merasakan

kesejukan berpikir di hadapan

rakyat semua

menyembunyikan perasaan

yang menyedihkan tidak

tampak di hadapan orang

banyak karena berciri Siwa

Budha asalnya


5. orang kepercayaan beliau

bernama Mpu Raganatha abdi

yang sudah tua


2a //beliau pintar dan bijaksana

mengerti tentang ajaran

agama

hampir setiap hari

memberikan laporan

agar mendapat kebajikan

dengan perasaan yang tulus


3. prennah rai mingkalih sang

prabu tan lyan punika ne

kastiti

angayubin jagat ban panjake

makejang mapuri sareng

kakalih raden Wijaya

maraga kadi sasih


4. saksat surya sang prabhu

kbus satata

twara taen ngetisin

kneh kadhanang panjak

ngulebang samadhana

nedhana sdhane kapandi

sangkan maparab Siwa

Budha asalin


5. piandele maadan Mpuu

Raganhata mapatih suba

lingsir

2a // ririh bwin prajnan,

nawang ucapan sastra

sabran ngaturang pakeling

mangde kadharman

dropon kahyune mari [ 20 ]

12

6. dijadikan pedoman dalam

cerita "Singgalanggala"

raja bertahta dulu

Sri Laksmi Kirana

dan Sri Cayapurusa

bersama-sama dalam satu

rumah demikianlah setiap hari

sebagai cermin


7. tidak dibenarkan oleh maha

raja Siwa Budha

mengabaikan kebajikan

makanya timbul suatu

keributan

tingkah laku yang baik

dilaksanakan

lalu diambil seketika

Mpu Raganatha

diperhentikan menjadi abdi


8. kemudian diganti oleh I Kbo

Ngah

dan I Panjya sendiri

memimpin negara

jadi Mpu Raganatha

bersedia sebagai bawahannya

akhirnya muncul bencana

tahta maha raja menjadi

goyah


6. kairasang di satwan

Singgalanggala

prabu jumneng riin

Sri Laksmi Kirana

mwah Sri Cayapursa

mapunduh sareng apuri,

punika sabran,

kaange patueling


7.tan kapatut baan prabhu

Siwa Budha

angkarane ngabanin

sangkan ngaro-hara

pagrawose jalanang

jag kajabutan prejani

Mpu Raganatha

suud dadi papatih


8. kagentosin raris ban I Kbo

Ngah

mwah I Panjya ngraganin

matihin nagara

dadi Mpu Raganatha

kapisara manjaksain

kaaduk tora

linggih sang prabhu gunjih [ 21 ]

13


9. tidak pernah henti-hentinya

ada keributan

salah sedikit mengakibatkan kematian

ada seseorang kehilangan

bernama I Nayangkara

di sana melibatkan prajurit

pergi berperang

ke Melayu untuk pertama kali


10. orang Tumapel kebanyakan berjalan


2b. yang masih di rumah //

hanya sedikit

I Mahisa Nengah

mengantar hanya sampai di Tuban

dan I Sanjya sendiri sudah kembali

sampai di negerinya


11. tidak tulus mengantar

maharaja bersenang-senang

mengikuti yang bukan di senangi

siang malam mabuk mabukan

mengikuti hawa nafsu

kebencian bermusuhan di­lupakan


9. twara sud manibakang

pamidanda

salah akikit mati

ada kailangang

maadan I Nayangkara

ditu nyalanang prajurit

lwas masiyat

ka Malayu ngendonin


10. wwang Tumapele lyunan ne

majalan


2b. ne enu jumah-//akikit

I Mahisa Nengah

ngateh batek di Tuban

miwah I Sanjaya ngragani

suba matulak

tkede di nagari


11. tan sah ngiring sang

prabhu malalataran

nuukin sing dmenin

pteng lmah punyah

ngamongmongin indriya

senghite masatru lali [ 22 ]14

di Kerajaan Dha terbukti dari dulu

12. Maharaja Siwa Budha tidak pernah mempermasalahkan musuh yang sering mengintip kalau berpedoman pada kesalahpahaman yang dulu itu sekarang terungkap lagi didasari mabuk-mabukan kesusahan tidak dihiraukan

13. ada seorang abdi diumpamakan seperti Buyut Nangka I Banyak Widedadi ia diberi kedudukan bernama Arya Wiraja namun seperti disangksikan berjauhan tinggal dan dia jadi tertindih

14. letaknya di Sumenep di sebelah timur Madura lama rnenarik sudah tujuh belas hari merasa-rasakan di hati

3a. dan // belum dikenali I Wiraraja berguncang


ring prabhu Dha mabukti saking riin

12. Prabhu Siwwa Budha tong taen ngrawosang musuhe sai ngintip dening makamulan lawas nglah patungkas ento jani kawawonin katungkul punyah pakeweh tandusin

13. ada panjak kahawatang Buyut Nangka I Banyak Widhedadi ia kaicaan legak madan Aryya Wiraja nghing buka kasangsain kajohang mumah tur hya dadi tatindih

14. Di Sumenep mapjang dangin Madura maklo nyumaiid bu pitulas dina mangrasa-rasa di ati

3a. ba- //ne kajroang I Wiraraja gUnjit [ 23 ]15

15. mencari sampai ke Kerajaan Daha Raja Daha menyanggupi bergantian melaksanakan ustusan datang bersamaan Raden Arya di sana lalu membalas ke Kerajaan Daha lewat surat

16. demikianlah maksud hamba

Baginda Raja diumpamakan seperti berburu di hutan musimmya sekarang mengizinkan kalau keinginan mengusir semburlah cepat dengan apa misalnya

17. Di ladang yang lebat alang- alang tidak sedikit tumbuh-tumbuhan berduri telah mati di hutan yang terang pangkal kayu diratakan gumpalan tanah sedikit jurang dan sungai dangkal tidak menyulitkan

15.Ngalih kanti macacaluhan ka Dha Prabhu Dha nyanggupin magilir nyalanang utusan maimbengan Raden Arya ditu raris masasipatan ka Dha baan tulis

16. padagingan ingggih Ratu atur tityang cokor ratu upami

maburu ring alas masane mangkin nyandang

yan pakahyunan ngulahin gbur glisang mengpeng slaparanin

17. ring tgale bet arang ambengan langah bun dwi tlas lisik

ring alase galang twed kayune papar gaumuka kidik-kidik pangkung lyon lukad daken boya ngewhin [ 24 ]16


18. walaupun ada kerbau sapi dan rusa musimnya dia memetik kejar perlahan-lahan akhirnya mereka habis telapi harimau tua masih

Mpu Raganata si tua bungkuk

19. selesai membicarakan Raja Jayanata gembira berkata siapa disini kerabat kita

3b. pukul kentongan//cepatlah menunggu gempuran sekarang I Pangkuh cepat-cepat I Cenggrongbang membantunya

20. memukul kentongan lak henti-hentinya senjata berserakan ada yang berteriak menyerang dengan dahsyatnya di ruang rapat berhadapan Raja senang menyaksikan situasi demikian


18. yadin wenten kbo banteng mwah manjangan masan ipun ngepukin uber gamol pisan nanipi ipun telas nghing macane guhguh kari Mpu Raganatha i twa bungkut caplis

19. usane mamawos Prabhu Jayanatha egar ngandika glis enyen dini braya 3b. tpak kulkule-// enggal ngantyang magabug jani

I Pangkuh enggal I Cenggrongbhang marengin

20. Manteg kulkul psu bulus twara pgat sikep tka paindi ada ane gewar ngredeg magagliyuran

di balebange katangkil sang prabhu enak

ngaksi tbengan tilib [ 25 ]

17

21. kemudian memberi tahu

para nabi

dengarkan semuanya

tentara kerajaan juga

sering bersamaan

menyampaikan sembah

raja yang diharapkan

sekarang

berjalan pelan-pelan

Tumapel bangkitlah


22. perjalanan seseorang seperti

melelahkan

malam-malam mencari

tempat persembunyi

kepala desa juga

jangan membawa tempat

duduk

tunggul gamelan sepi

supaya tidak diketahui

perbuatan supaya

dirahasiakan


23. nari bersama-sama menadah

menyembah tangan di atas

kening

I Mantri Winotan

raja di Kerajaan Daha belum

berpakaian


21. laut ngandikain para

bahudanda

ne padingehang munyi

punggawane padha

mepes mabriyuk nyumbah

mantri piandele jani

majalan rista

Tumapel angkatin


22. Pajalan rewange pang cara

mbaranang

mamteng ngalih silib

prebkele padha

eda ngaba tgakan

tunggal tatabuhan nyepi

pang da kaciryyan

tingkahe mangda singid


23. jalan bareng pada nampa

tadah

nyumbah maatur kning

I Mantri Winotan

ratu durung Dha nyandang [ 26 ]

18

Baginda Raja berjalan

dengan kedudukan

itulah namanya kekuatan


24. I Mundarang menyembah

dengan seksama

biarkanlah hamba


4 a jalan- // kan secara

perlahan-lahan

sepertinya tak terkalahkan

Kerajaan Tumapel bagaikan

ketela pohon

perkiraan hamba

Raja menjawab dengan

senangnya


25. kalau sudah begitu begini

juga boleh Mundarang

perjalanan kamu bagi

senjata disiapkan

perlahan-lahan dari arah

utara

suara gong bersamaan


26. I Dolog I Prutung dan I

Penjoksaang

I Kangkung I Kampinis

mereka ikut mempersiapkan

itu dia supaya diakui


cokor i dewa mamarggi

antuk pangkatan

sikep punika nyapi


24. I Mundarang nyumbah

matur sumakuta

banggayang tityang ugi


4 a margi - // yang ngarista

masate boya kandap

Tumapele pakusawit

manahang tityang

sang prabhu tyang nyaurin


25. yen twah keto kene ban

dadi Mundarang

pajalane dum cai

sikepe sregepang

bane ngrista uli kaja

gong tunggul tambur

mbarengin


26. I Dolog I Prutung mwah I

Penjoksaang

I Kangkung I Kampinis

ya bareng nabdabang

nto ya apang lunnanga [ 27 ]

19

oleh temannya yang

mengaku sebagai gusti

supaya berkeliaran

pada saat musuh datang


27. apabila suasana sudah ramai

bersoraklah

perang beradu senapan

kamu Mundarang

I Tambole berdosa

Prabongkara mengikuti

serang bersama-sama

tetapi bresembunyi dulu

di tempat persembunyian


28. seseorang pamitan

bersama abdi raja

Raja masuk istana

setelah sampai di jalan

tanpa sepengetahuan

seseorang merusak desa

senjata manusia dari


4 b. kerajaan Daha // bersinar

hampir-hampir

sebelah utara Kerajaan

Tumapel lenyap


29. banyak manusia pendatang

yang melawan

terluka juga meninggal


ban rwange akunya gusti

mangde rantaban

musuhe ngameswin


27. yen twah rame suba

adamheng surak

syat mecuhcuh bedil

ne cai Mundarang

hya I Tambole dosa

Prabongkara manututin

amuk briyukang

nghing mongkeb malu

nyingid


28. sang kautus mapamit

tkaning panjak

sang prabhu ka jro puri

tan kocap di jalan

nyalubsub ngawug desa


4 b. sikep wwang Dahane //

nglindih

padas-padasan

dajan Tumapel bresih


29. Lyu janma kajarah ada

manglawan

matatu ada mati [ 28 ]

20

pindah ke suatu tempat

ada yang mengungsi ke

hutan

bersembunyi di tempat yang

aman

senjatanya terkumpul

beristirahat di Mamling


30. segera dipersembahkan pada

Raja Siwa Budha

karena musuh mendatangi

menggempur dari Kerajaan

Daha

Raja Jayanata

berhenti sementara di

Mamling

sembarangan

musuhnya diserahkan semua


31. sepertinya tidak beralasan

jawabannya

ah pastilah kita dilindungi

sekarang

Raja Jayanata

memiliki akal yang tajam

sudah sejak dulu menjalin

hubungan baik

saling mengasihi

saling mempercayai


larud ka nagara

ada ngbet mangalas

mengkeb di srimbito simbit

sikepe ngrista

mareren di Mamling


30. enggal katur tken Prabhu

Siwwa Buddha

baan musuh nekain

ngebug uli Dha

sang Prabhu Jayanatha

majanggelan di Mamling

susumbar-sumbar

satrune kalur sami


31. buka twara nggego pasaure

ampah

ah masate bur jani

Prabhu Jayanatha

nglah pangrawos cidra

dening lawas suba kasih

padha pitrsua

saling andel makilit [ 29 ]21

32. tiba-tiba banyak orang datang berduyun-duyun membawa luka berlari banyak membawa bekal menggendong cucu dan anak semua ribut sambil menangis ada yang berpegangan membawa kuda dan sapi

33. betapa kagetnya Raja Siwa Budha melihat apabila kekhawatiran timbul Raden Brawijaya penyambutan secepatnya dilaksanakan pengikut sekelompok prajurit 5a. yang//diandalkan ikhlas menyerahkan jiwa raga

34. perjalanannya ke utara tergesa-gesa sudah sampai di Mamling panjang apabila diceritakan peperangan menyerukan apalagi di Tumapel' Sri Siwa Budha masih bersenang-senang

32. saget muug janma tka mausungan ngaba tatu malaib lyu magagrandutan nyingal cucu len panak padha endeh muug ngling

ada ane nandan ngaba jaran mwah sapi

33. kagyat kahyu Prabhu Siwwa Buddha nyingak doning nggego mangraris Raden Brawijaya glis kamargyang nyagjag

pangiring soroh prajurit

5a. ka // kumandelang lagas matalang urip

34. Pajalane ngajanang magagancangan sampun nicap Mamling lantang yen satwayang siyate maudkan di Tumapel kocap malih Sri Siwwa Buddha masukan-masukan kari [ 30 ]22


35. tak henti-hentinya bercanda

dirasakan berulang-ulang

bergantian menelan

musuhnya tidak dihiraukan

yang datang dari selatan mengelabui

mengamuk serang­ menyerang

Raja Tumapel tewas


36. sekelompok prajurit luka berat

ada yang bingung sambil berlari

keinginan untuk menyampaikan

perjalanannya secepatnya

tak diceritakan dalam perjalanan

setelah berperang

sampailah di Mamling


37. Raden Bagus sedang

mengumpulkan prajurit

yang lainnya telah meninggal

di sana disampaikan

kakak beliau telah tewas

kena musibah di istana


35. twara suud rawose ma gagonjakan

kcapan saddha titir

matimbal clegekan

musuhe sing da ngehang

ne uli klod ngibulin

ngamuk mrejaya

Prabhu Tumapel mati


36. roban parekane dekdek

makatu rusak

ada sisu malaib

praya nguningayang

pajalane gagancangan

tan kacarita di marggi

sasuwud syat

tkanya di Mamling


Raden Bagus sdekan

nambunang panjak

sakarine mati

ditu kaaturang

rakan i ratu lina

kni kasingse ring puri [ 31 ]

23

Raja sangat kaget

sebelumnya


38. datanglah musuh memaksa

mengamuk

Patih Panji datang dengan cepat

juga I Patih Jaksa

prajurit semua telah siap

ketika menghadap raja

senang sekali rasanya

asyiknya bukan main


5 b.39. // tak terpikirkan oleh

akal yang dalam kedatangan musuhnya

musuh mengagetkan

istana itu lalu dikurung

semua menteri bertahan

di tempat sidang istana

I Kebo Nengah

rusak tanpa perlawanan


40. di sana istana diserbu dan kalah

demikian pula yang berada di luar


sang Prabhu kagyat

i ratu ituni


38. rawuh satru ngamuk sami

sahasa

Patih Panji raga gelis

kalih I Patih Jaksa

panjake sami sayaga

sang prabhu nuju ka tangkil

malalagaran

enake tan sinipi


5 b 39 // tan minahe parawuh

satrune nyidre

nangkejutang mangranjing

purine kabuntah

premantrine sami tlas

saking bancingah nanggenin

I Kbo Nngah

rusak tan pangundili


40. irika kaawug purine kalah

sajroning jaba klilih [ 32 ]24

kewalahan diinjak-injak musuh yang banyak komandan bersiap-siap yang disebut sebagai kepala putih Mudarang lain lagi menteri Kediri

41. I Bungalan I Misa Wila lungan bersama I Kebo Jering I Kebo Siluman I Mahisa Taluktak I Caluk I Kebo Teki I Kanigara I Mahisa Sapati

42. I Rabowong dan I Buba balman I Lipung I Kadingding I Mudo I Ngasah I Katengeng I Lobhar I Tumenggung Parungsari I Drawalika keturunan I Bhuta Wilis

43. sendirian dia sebagai pengendali I Ralengsong I Semi I Rangga palana ijak mseh katah pangintero madabdab yan ta kocap ne manjerin Patih Mundarang lyan mantri Kadri

41. I Bungalan I Misa Wila lungan sareng I Kba Jering I Kbo Siluman I Mahisa Taluktak I Caluk I Kbo Tki I Kanigara I Mahisa Sapati I Rabawong Kalih I Bubabalman I Lipung I Kadingding I Mudo I Ngasah I Katengeng I Lobhar I Tumenggung Parungsari I Drawalika yos I Bhutha Wilis

43. praragane ndewekin sikep punika I Ralengsong I Smi

I Rangga Palana [ 33 ]

25


I Pasung I Wirada

I Janur I Rangga Sunti

I Rangga Mayang

I Rabete I Sumki


44. itu yang disombongkan di

medan perang

mendapat kesempatan

dengan tipuan

Raden Brawijaya

jawabannya tidak

menyusahkan

ah pada waktu keadaan

seperti ini kakak

benar wafat

di mana jalannya musuh lari


45. sebab setiap ia datang ke

sini sudah habis

tidak dapat dihitung

para juru penggawa

menteri Daha rusak

I Prutung I Durga Pinis

I Pencoksaang

I Liking Kangkung mati


46. ada lagi I Ngelog I Jaran

Guyang

terluka dan kalah

dikejar hilang

menghindar ke utara


I Pasung I Wiradha

I Janur I Rangga Sunti

I Rangga Mayang

I Rabhethe I Sumki


44. punika kasasusu mbarang

ring payuddhan

palih singsenlanin

Raden Brewijaya

sahure tan sumengka

ah dikenene i bli

saja ndewattha

ngken ambah musuh lib


45. dening asing majog mai

suba enya

twara bakat ptekin

premanca punggawa

mantri Dahane rusak

I Prutung I Durggha Pinis

I Pencoksaang

I Lihang Kangkung mati


46. ada bwin, Ngelog I Jaran

Guyang

pada matatu lilih

katarugtug ilang

pakiles ngajanang [ 34 ]

26

tidak berani menoleh

sebabnya

di mana jalan untuk

mencegat


47. laporan yang lain lagi

menjelaskan

musuh yang datang diam­-

diam

datang dari selatan

dengan berahasia dia

mencari jalan

bercampur lalu mengungsi

dapat sampai di daerah

menuju ke Singasari


48. prajurit itu berjalan diam­-

diam

berusaha untuk tidak

diketahui

semua berjalan kaki tidak

ada yang berkendaraan

gong dan bendera semua

tidak ada

sampai di desa

seperti sudah pasti berjanji


6b.49. bersamaan gong se // marak

dan bersorak

gong bersahutan dengan

senjata api


metelihan twara bani

sakakarana

ngken ambaha ngibulin


47. bwin atur nekanyeyan

mradata

musuhe ne nyilib

uli klod tka

maringping ngalih ambah

dilawor lawat angungsi

siddha bhawanna

tiba ka Singhasari


48. Angkatane sasepen di jalan

syep mangalih silib

padha nampak tanah

twarada matgakan

gong tunggul makjang

tked di desa

ambul masamaya pasti


6b.49. mabriyuk gong a //

ngkabhang masurak

bende matimbal bedil [ 35 ]

27


peperangan itu berputar

bumi seperti terbelah

tidak ada yang datang

kemari

inilah suatu tanda

diri hamba terluka


50. Raden Bagus tercengang

melihat tanda

ya memang sungguh­-

sungguh benar

ada bekas luka

lalu memperhatikan

memanggil para menteri

segera

lalu berunding

kembali ke kota


51. jawaban para menteri semua

menyetujui

pulang dari Mamling

kembali ke kota

berjalan tergesa-gesa

setibanya di kota

berkeinginan utnuk berusaha

lalu tercegat dan terdesak


52. rakyat diobrak-abrik musuh

yang


yudane maudran

gumine kadi engkang

tan wenten rawuh iriki

puniki cihna

dewek tityange kanin


50. Raden Bagus caneg

manyingakin cihna

ih pasaja twah gati

ada tampak syat

ditu lawut ngidhpang

ngesengin premantri glis

mararawosan

nulakin ka nagari


51. atur para mantrine carem

ngiringang

budal saking Mamling

mantuk ke nagara

mamarggi gaglisan

sarawuhe di nagari

mnkayun ngulah

dadi kadrang katindih


52. kaulah kaamuk ban satru

ne katah [ 36 ]

28


seperti kekuatan pasukan

Daha

api yang sedang berkobar

ditimbun dengan ilalang

I Mundarang mengikuti

jejaknya

Raden Wijaya

menghindar menuju ke

sawah


53. anggota para kebo

menyerang dengan bersorak

bersamaan menembak

terus-menerus tidak putus­-

putus

I Mahisa Mundarang

Raden Wijaya yang di

usahakan

memaksa menusuk

Raden Wijaya menepis


7a 54. mem // balas melempar

dengan lumpur

menyembur mengenai lagi

I Patih Mundarang

dada dan mukanya kena

dilempar lalu tersandung di

sawah

menghindar dengan cepat


sikep Dahane kadi

api mengpeng muntab

pulangin ban ambengan

I Mundarang ngtut buri

Raden Wijaya

makiles ngungsi carik


53. prarangga prakbone

ngungseng masurak

kucup mabriyuk medil

titir twara pgat

I Mahisa Mundarang

Raden Wijaya kapindrih

numbak sahasa

Raden Wijaya nangkis


7a 54. ngwa // les namlag ban

buug jenggalayan

muncrat ngeniyang malih

I Patih Mundarang

rangkah mowane kna

kadempal kasandut carik

makiles enggal [ 37 ]

29

mudah-mudahan tidak berbahaya

55. tidak akan dapat dibantah dalam pertempuran hanya dilindungi oleh Tuhan di sana lalu terpisah peperangan jadi terhalang Raden Bagus semakin marah ingin bersama-sama dengan para mantri seluruhnya

56. karena sudah mendapat hadiah dia bersuka ria bangkit dan terus melacak I Sora I Medang yang menjadi penggeraknya bersama I Wagal I Pagon bersama I Dangding sama-sama ganas para menterinya mengikuti dari belakang

57. I Nambi I Kapuk lainnya I Kapetengan dan I Waragatii serta I Pamandana

de bhaya dewwa luwih

55. twara sdheng bakal pa phalin masiyat twah kaamong ban Widdhi ditu laut piyak syate payu malang Raden Bagus sayan sengit kayun mapisan mwah premantrine sami

56. bane suba kadhadharan sangkan cingkrak bangun ngulah-ngulihin I Sera I Mdang mucukin mwah I Wagal I Pagen bareng I Dang ding paturu ganal pramantrine mungkurin

57. I Nambi I Kapuk Iyan I Kaptengan miwah I Wiragali

Iyan I pamandana [ 38 ]

30


sepertinya I Wiro

pikirannya semua dendam

I Sorandaka

dengan sopan menyembah


58. mohon paduka ikut bersama-

sama berusaha mengusir

mungpung ada kesempatan

untuk kita laksanakan

barangkali silau

pikiran musuh yang banyak

karena takut mendahului

Raden Wijaya

sambil beliau menjawab


55. mari bapak // ikut bersama-

sama

masih hidup apa yang dilihat

lebih baik mati

siapa yang mampu lama

akan malu

seluruh menteri berjingkrak

menghunus keris

mari hamba yang membela


60. seandainya tidak habis

musuh itu seluruhnya

pada waktu malam di

seorang lagi

hadiah tersebut


I Wiro makadinya

knehnyane padha sengit

I Sorandaka

mepes matur ngabakti


58. nunas ratu ngiring sareng­-

sareng ngulah

mungpung slaparanin

manawi ulapan

manah satrune karah

dening ajrih ngalbonin

Raden Wijaya/

sambil ida nyaurin


7b 59. jalan bapa padha //

saareng bareng mara

nu idup apa telih

suka pisan rusak

nyen mampuh awet morang

sapramantrine padingkrik

nnglus kadutan

nunas tityang mbelanin


60. yan tau butnas satru

punika sadana

wngine amuk malih

paica punika [ 39 ]

31


sekarang permohonan

hamba

di peperangan kematian

sama-sama rakyat

berjanji tidak akan gentar


61. rakyat Daha sudah

merasakan semua sama­-

sama lalai

sisa musuh yang mati

sudah tidak dijaga

terbuat karena makanan dan

minuman

seperti tidak ada yang

menyusahkan

bersenang-senang

rame saling bersendagurau


62. terkejut mengetahui musuh

sama-sama menembak

ingat membalasnya juga

melempar dengan kepala

nasi

menusuk dengan sate

batang bambu bekas

memasak daging

terlambat dia berbuat

terdesak lalu digebug

dengan bantal guling


ne mangkin atur tityang

ring payudan antuk pati

panjake padha

masgup twara piid


61. Wwang Dahano suba

ngrasa padha ampah

sisan musuhe mali

twara da kajaga

kalungkul nginem ngamah

buka tong ada ngwehin

masukan-sukan

rame saling genjakin


62. tangkejut ngantenang

masuh padha manumbak

nget ngwalewang masih

nyabat ban kepalan

nbek ban jajatah

timbungan anggo gagitik

sepan matingkah

kaplak nujah ban gagu

lingan [ 40 ]

32


63. I Sora I Pagon dan I Wagal

mengamuk

I Medang dan I Dangding

bagaikan gajah yang mabuk

tak terkendali merusak hutan

rakyat Daha itu semua

bercerai berani kalah

banyak tinggal mati

para menteri yang menahan


8a 64. // I Taluktak I Siluman I

Bungalan

I Pasung I Kebo Jering

I Basah I Lobar

I Ralengse maju

mengelak dan menangkis

memutar papan penangkis

perisai keris


65. ramai saling dorong saling

tekan

keris panah dan bedil

selesai dipakai menyabet

perang saling tusuk

bergulat saling tekan

banyak dapat membunuh

I Pagon itulah prajurit sejati


66. I Basah I Lebar I Kebo

Bungalan


63. I Sora I Pagon ngamuk

mwah I Wagal

I Mdhang lan I Dhang ding

mirib gajah punyah

krura mbuhutang alas

wwang Dahana sambeh

lilih

pacogceg rusak

pramantrine nanggenin


8a 64. // I Taluktak I Siluman I

Bungalan

I Pasung I Kbo Jring

I Basa I Lobar

I Ralengso ngarepang

klad-klid pati tangkis

nguyengang dadap

tamyang sangkut paresi


65. rames nyorong-kasorong

saling tindihang

sangkut panah len bedil

suud maembatang

syat macuhcuh kadutan

maruket saling asmin

lyu micundang

I Pagon twah prajurit


66. I Basah I Lobar I Kbo

Bunghalan [ 41 ]

33


diserobot bersama mati

I Rangsong mati

oleh I Misa Wagal

I Maadang merusak I Joring

dan I Siluman

mati oleh I Dangding


67. I Sorabu datang dilawan

bergantian

oleh musuh yang menduduki

kuar tidak apa-apa

I Taluktak dijambak

lehernya dijepit

sambil menarik

I Ranggapasu mati


68. I Taluktak dicekok mati

tergiat-giat

musuhnya cerai-berai kalah

mayat berserakan

soraknyha bergemuruh

dari halaman istana menari­-

nari

Patih Mundarang

dan para menterinya semua


69. I Sapateh I Caluk I

Wilalungan


kapuuk bareng mati

I Rangsong rusak

baan I Misa Wagal

Mdhang ngrusak I Jring

mwah I Siluman

rusak baan I Dangding


67. I Sorabu majog katimbal

gintiyang

ban musuhe negakin

tguh twara klas

I Taluktak kajmak

baeng nyane kasalpit

sambil angumad

I Ranggapasu mati


68. I Taluklak kackuk mati

mangejat

musuhe kbun lilih

bangkene pasantal

surake matulwan

uli bancingah padingkrik

Pateh Mundarang

mwah pramantrine sami


69. I Sapaceh I Caluk

I Wilalungan [ 42 ]

34

8 b. // lagi kembali menekan

dan I Baleman

rakyat Tumapel kalah

tidak dapat berkutik lagi

cepat mereka maju

para menterinya mengikuti

dari belakang


70. situasi pertempuran saling

sorak

senjata api ramai saling

bertubi-tubi

entah berapakah yang rusak

rakyat Daha banyak yang

mati

terdesak kedua-duanya

Patih Mundarang

perang itu makin reda


71. karena repot membawa

emas perak dan bermacam­-

macam kekayaan

dan dua orang putri

sudah diculik

dikejar lalu diusir

oleh rakyat Tumapel yang

lari dengan kencang

jadi terhalang

malam tiba yang melerai


8b // bwin mabalik nindih

miwah I Baleman

wwang Tumapele kandap

tong maan malkah bwih

enggal ngarepang

premantrine mungkurin


70. pacpuk siyato nyurak

kasurakan

bdil rame makilit

yen akuda rusak

wwang Dahane pajempang

kasrengsengan makalih

patih Mundarang

syato ngundur-undurin


71. Dening rembat ngaba

soroh raja brana

miwah putri kakalih

suba kakilesang

katarugtug kaulah

ban wang Tumapel bintit

jadi kapyalang

ptong tko manyapih [ 43 ]35

72. mengungsi prajurit Daha itu dari kota jalannya sangat tergesa-gesa keluar dari daerah lalu membangun perkemahan para menteri berpencar semuanya berjauh-jauhan dinasihati supaya berhati-hati

73. karena sisa musuh itu masih bersenjata pasti lagi menyulitkan bila kurang berhati-hati itu sebabnya harus sembunyi-sembunyi penyelidik itu jangan sampai ketahuan ceritakan sudah kira-kira tengah malam

74. Raden Wijaya memerintah

9 a kepada Paman So // ra mari kita mengamuk sekarang musuh itu seruduk demikian kala I Sora tergesa-gesa menjawab

72. larud sikep Dahano uli nagara lakunya masasig ka jabaning jbag nangunang papondokan promantrino mapencar sami maejoh-ejohan kasisesed nangarin

73. dening sisan musuhe magagaman janten bwin ngewehin yen kwang luriksa sangka pada pang yatna tatlika eda mari ucapan suba inganan tngah wngi

74. Raden Wijaya ngandha

9 a bapa so // ra jalan amuk ne jani musuhe srundupang ngiring atur I Sora akaptengan nyaurin [ 44 ]36

hamba mohon segera menidurkan

75. kemudian tak kelihatan lagi huru-hara tersebut karena rakyat masih sedikit bisa dihitung Raden bagus mengangguk kemudian segera mengambil sikap musuh semuanya tertidur lelap sekali

76. satu pun tidak ada yang melek dilindungi dengan kekuatan doanya suka kelihatan berperang kewalahan mereka tadi rakyat Tumapel menyerang serbu menyerbut rakyat Daha banyak yang mati

77. ada sebuah patung berdiri dan duduk datang membisu dan termenung I Sunaya terjaga musuh tahu karena memiliki akal yang tajam mamitang tityang ngalkas nyanyirepin

75. raris parag sing tampek amuk prejaya reh kawulane kari kdik kni winilang Raden Bagus manggutan laut mara ngalkasin musuhe pada pules leplep pageris

76. besik-besik twara da-ada nu ngdhat kaprat ban matra siddhi lud tampak masyat katandes ya itunyan wwang Tumapele nyeegin ecoh manyahcah wwang Dahane lyu mati

77. ada mirib togog bangun negak bgong tka mamendil I Sunaya ngdat tangeh musuhe cidre [ 45 ]37

bingung mengambil tanah itu merupakan penangkalnya sebab musuh sangat kuat

78. ditaburkan para menteri rakyat semuanya tak sadarkan diri setelah bingung bingung bangun mengambil sesuatu senjata berserakan saling tebas dan saling tangkis terdengar bunyi-bunyian

9 b tak menentu diha // dapi

79. gelap gulita tak tahu lawan dan teman kadang-kadang teman ditusuk dengan tombak musuh menyerang dengan tombak berteriak saling tanya ada yang secepatnya menjawab menunggu serangan diikat dan dijepit

sisu nyangkop bhuk mandrain nto pamunahan japan musuhe siddhi

78. kasambehin pramantrine panjake pada ten inget suud paling gewar bangun nyemak gagaman mabyayuwan patitetek patitangkis makakretakan

9 b tanikarwan are // pin

79. Pteng ibur yen kon musuh yen kon timpal saget timpal tumbakin musuhe manumbak saling rakonin gewar ada ngenggalang nyaurin ngantyang matadah kajepit [ 46 ]38

80. makin dikurung oleh Raden Wijaya menyerang dan kalah I Bowo mengusirnya dan I Munya mendekati I Janur menyerang secara diam-diam menerjang dengan tombak I Wiragati mati

81. I Wiro I Nambi I Kapetengan mencabik-cabik mengamuk datang menyerang rakyat Daha berserakan tak menentu larinya tunggang-langgang musuh berangsur mati

82. Kedua adik Raja Siwa Budha yang akan dijadikan istri oleh Raden Wijaya keduanya diambil sekarang musuh pada kalah yang paling bungsu ketinggalan kemudian cepat berlari

80. sayan katungseh baan Raden Wijaya buud kapuuk lilih I Bowo ngulahang I Muna nesekang I Janur nlep caliring ngalongsor numbak I Waragati mati

81. I Wiro I Nambhi I Kaptengan gdet mangubas-abis ngamuk tka nyempal wwang Dahane pasantal pagrudug sambeh malaib kaburu sambrag musuhe sisan mati

82. malih reke rain Prabhu Siwa Buddha ne pacang kangge rabi ban Raden Wijaya makadadwa kajarah ne jani musuhe lilih nene alitan kcag enggal malaib [ 47 ]39

83. menuju tempat perkemahan rakyat Daha terkucil ini bekas berjaga

10 a api // nya menyala Raden Wijaya mencoba siap dengan senjata dikatakan musuhnya masih

84. tampak terlihat adiknya yang lebih tua dalam keadaan bersembunyi dipeluk dan dicium ditangisi dan diasuh aduh permata hatiku telah tiada raja hambamu ini

85. sudah merupakan kehendak dari Yang di Atas menjalankan I Manik dan diajak pergi mengembara ke hutan terasa sekarang sekalian mati bersamaan mendapat musibah

86. I Gajah Pagon berpikir negatif setelah mendengarkan

83. ngungsi labunan di wwang Dahane ngancil ne pcak majaga

10 a api // ne dumilah Raden Wijaya maranin saha sanjata kasengguh satru kari

84. dadi kacingak rainene duuran mengkeb sirep mapugling kasaup kaaras katangisi kaemban duh urip tityange manik sampun tan patma ratu tityang ununi

85. panyampolih dewa widhi wantah icca ngamargyang I Manik bakal ajal lwas ngambar ka gunung alas namasandraka ne mangkin pisanan rusak nunas sareng ngmasin

86. I Gajah Pagon ngres idepe ningohang [ 48 ]40

bagaikan diiris-iris perlahan mendesah Yang Mulia hambamu ini dari raut wajah mencermin­kan kurang berbakti belum terbukti mati tak sempat bertanya

87. Raden Bagus sinis melihat I Sora bagaimana sikap kita selanjutnya pastilah menemui jalan keluarnya dia yang paling bungsu I Sora berkata dengan sopan janganlah Raja menyembunyikan sekarang

88. apalagi beliau adik Raja yang paling sulung sudah bisa

10 b //ditemukan kalau sedang berbuat pastilah lelah melakukan pekerjaan yang tidak nyata rakyat itu dilihat datang paling belakang akhirnya mati

ambulan iis-iis ndowos madkesan Ratu puniki tityang rupa kadi kirang bhakti durung macihna padhem luwih takenin

87. Raden Bagus mingis tur nulih I Sora kenken ulahang bwin sinya siddha bakat i yadi ne crikan I Sora maatur bhakti sampunang ratu bas mapi sane mangkin

88. malih ida rain i ratu luhuran sampun siddha

10 b // kapanggih yen malih ngulahang janten lesu niskaryya kaula punika aksi kakaren rusak [ 49 ]41

sisanya masih sedikit

89. siap sekali adik beliau yang paling bungsu sampai ditemukan jalan yang sia-sia andaikan hamba sebagai laron melompati api tak ada beban mengamuk seenaknya

90. seperti yang terkandung dalam Adiparwa perang raksasa dulu saling menjalankan kehendak sendiri bisa dijadikan contoh juga pernah menghilang itu benar sekali tidak pernah hamba menghalangi

91. hamba mohon cepatlah kembali Raden Bagus kemudian pulang paling belakang semua pengikut telah pergi adik beliau dijaga secara bergilir ke utara jauh sekali kidik sisane kari

89. sadya pisan rain i ratu alitan gantas kni kapanggih jalane tan sadya turahang tityang saksat dadalu nyeburin api tan wonten nyandang ngamuk nglaluwang pati

90. kadi ucapan Adiparwwa punika' yudan detyane riin nggasundo pasunda nyandang anutin pisan talerke makawon pulih te bueh saja sing dha tyang mengkung­in

91. nunas Ratu kilesin glis ang budal Raden Bagus tumuli budal ngapungkurang sairingan tlasan raine kemban magilir ngajanang sawat [ 50 ]42

perjalanannya makin malam

92. senang sekali I Patih Mundarang diangkat musuh dikembalikan kekualan telah tersedia disertai dengan gegambelan I Munyeng I Tawilis yang lain I Parna I Kadingding sebagai pelopor

11 a 93 Perjalanan // annya pada awal bulan ketiga jauh sekali bertemu Raden Brawijaya di pantai Telaga Pageran diterjang dan diamuk sama-sama melawan para pengikutnya kembali

94. makin dilekan musuh makin bertingkah serang-menyerang sempoyongan ditusuk dengan tombak rambutnya bergerak naik turun Raden Bagus memegang cepat

pamarggine sayan wengi mupu kembang I Patih Mundarang mangkal musuhe katulakin sikep sampuun ngambyar mgong matatabuhan I Muneng I Thawillis lyan I Parnna I Kadingding mucukin

11a 93 Pajal // an ambul baret sasih ketiga dawuh pisan kapanggih Raden Brawijaya dlod telaga pagran kauyeng kaamuk malih pada manglawan iringane mabalik sayan kalandes musuhe sayan ngulah manyingse mancangin jranah-jrunuh katumbak obeke angkab-angkab Raden Bagus ngamel gelis [ 51 ]43

mampu berjalan pelan-pelan dipaksakan

95. apabila tak mampu pasti dihabiskan I Pagen menjawab dengan sopan hamba masih ada yang mulia mampu pelan-pelan Raden Wijaya kemudian menuju ke hutan melewati gunung yang sangat menyulitkan

96. tanpa sepengetahuannya diikuti oleh semua musuh pergi kembali mengungsi di Telaga Pageran Raden Arsa Wijaya juga para menteri semuanya bergantian mengasuhnnya Raden Putri di perjalanan

97. perjalanan secara diam-diam tak menentu arah dan tujuan hutan luas dilewati menemui telaga luas mencucurkan air suci mandi menyucikan diri yang menyusupi

mampuh majalan adeng-adeng nglawanin

95. yen tong mampuh apa anti mapuputan I Pagon saur bhakti kari ratu tityang mampuh adeng-adengan Raden Wijaya tumuli nyusup mangalas ngentas gunung saripit

96. kwang tangseh panrugtug musuhe pada budak tulak mangungsi ka Tlaga Pagran Raden Arsa Wijaya malih pramantrine sami magilir ngemban Raden Putri di marggi

97. pajalane saspen mamurang murang alas linggah kentasin nepukin telaga linggah embutan yeh pawitra mandus mattlah sami sang masusupan [ 52 ]44

10 b bersedia se // bagai
pengikutnya

11 b jinggel sa // ha pangiring [ 53 ]45

Pupuh Sinom

1. Setelah selesai mandi Raden Wijaya duduk di atas batu yang rata bersila berdampingan tan resmi Raden Yayi sebagai istrinya diberikan wewangian pandangan menerawang menunduk sambil berpikir disertai perasaan sendu terisak-isak di pangkuan

2. tiba-liba I Wiro I Sora ikut para menteri semua datang abdinya menyembah aduh ada apa gerangan akibatnya di sini di tengah hutan kusut apabila diterima perkataan hamba ini mohon kejujuran di Sumenep

3. kedatangan Arya Wiraja bermaksud untuk menolong sudah tentu dipenuhi anggaplah tak ada yang ingat

Pupuh Sinom

1. sampune puput masiram Raden Wijaya malinggih di duur batune asah masua aneh sumanding tan sah Raden Yayi isti kaenjuhin spaharum sange nyawatang cingak nguntuk sarwi njwangin sbeng sendu sedah-sedah di pabinan

2. sage I Wiro I Sora bareng prewantri sami Ika parek nyumbah nyumbah duh dewa ratu punapi puarane iriki ring tngah alase semput manawi ta kalinggyan atur liryange puniki nunas jujur Sumenep punika

3. rawuhin Aryya Wiraja arsain pitulung raris janten pisan kadagingan masale tan wenten iling [ 54 ]46

sebab dalam keadaan seperti sekarang menemukan suatu kebahagiaan dan kemewahan kakak beliau tiada lain bermodal dengan hasil Raden Bagus jawaban seperti menentang

4. perkataan ayahnya juga selamat apabila diterima

12 a apabila tidak // siap ditolak sedikit merasakan kecewa tidak akan dibiarkan sekarang senang apabila tiada teringat akan kedamaian karena saudaranya telah tiada akibat perbuatan licik paduka Wiraraja

5. Raja merasa iklas Gusti Arya Wiraraja hamba tak mempercayai raja akan diterima para mantri semuanya semua yang hadir berkata setuju

dening sakadi mangkin manggihin kasukan wibhuh rakan i ratu tan lyan makamulan antuk bhukti Raden Bagus pasaure buka piwal

4. pamunyi bapane pada rahayu lamun katampi

12a di tan// sadyane katulak gigis jngahe tpukin sing dpang pisan jani suka yan ngemasin puput bwin inget santyang krana ndewata i bli saking ekan-ekan Bapa Wiraraja

5. Ratu te masa lalisan Aryya Wiraraja magusti tityang mambeyain i Ratu pacang katampi sampramantrine sami

carem ature mabriyuk [ 55 ]

47


Raden Bagus agaknya

menuruti lalu berjalan

Raden Ayu dirangkul lalu

dipangku


6. sudah melewati hutan yang

lebat

semua tergesa-gesa di jalan

setelah sampai di pondok

Pandakan

kemudian istirahat sebentar

Ki buyut Macan Kuping

datang tergesa-gesa

membawa tempayan

berisi air jernih

membersihkan kedua

kakinya

ikut bersama anak istri

semuanya


7. Raden Wijaya dipersilakan

menuju ke ruang sidang

diikuti oleh semua

pengikutnya

seperti Raden Putri

I Buyut Macan Kuping

di sana boliau menginginkan

kelapa muda

anaknya disuruh

Kancil Bang ke sana

silakan pilih


Raden Bagus dadyanya

nuutang raris mamarggi

Raden Ayu kasaup raris

kaemban


6. suba ngliwat alas wayah

pada gageson di marggi

tked di gubug Pandakan

janggel mararyyan tumuli

i buyut Macan Kuping

tka iju ngaba ejun

maisi yeh melah

ngawasuhin padha kalih

bareng milu panak somahe

rantaban


7. Raden Wijaya katuran

kasakneme mangraris

tuting pangiring makjang

makadinya Raden Putri

I Buyut Macan Kuping

ditu kaarsain kuud

panake katundenang

Kancil Bhang kma pilihin [ 56 ]48

12 b // memetik kelapa muda yang masih muda

8. dikerik dengan kuku kemudian dibersihkan kerikan itu diperlihatkan apabila masih utuh dijepit apa maksudnya kamu ke sana cepat-cepat tak lama tiba-tiba datang kelapa muda dipersembahkan kemudian diterima dengan cepat Raja merasa sangat kehausan

9. kelapa muda kemudian dibelah banyak berisi nasi kagum orang melihatnya karena baru pertama kali menyaksikan diduga sangat benar kaget melihat istana Raden Arsa Wijaya halus budi bahasanya Paman Buyut bersedia membantu menerima titipan

12 b // ngalap kuud ne enu nguda-ngudayan

8. krikin ban kuku pdasang krikan nyane balihin yena tileh katepesang ya nguda cirinya cai kma enggal-enggalin tan aswe saget rawuh kuud kaaturallg tumuli katanggap gelis Raden kalih banget marasa kasatan

9. kuud raris kasibak bek maisi nasi putih angob anake ngatenang baane tumben nepukin tatnger lintang bcik kajaran manggih karatun Raden Arsa Wijaya alus waccanane mijil Maman Buyut olas menampi kingsan [ 57 ]49

10. I Pagen hamba tinggalkan ini saudara paman disini dia tidak kuat berjalan raja apabila jadi disini mereka akan tinggal di sini I Pagen rupanya tak bagus biarlah hamba memitanya mengajak di tempat yang tersembunyi hamba yang akan membuatkan- kan rumah di hutan

11. sebab merupakan pemersatu Kerajaan Daha di sini di Tumapel mungkin hamba kesulitan

13 a //kalau ada musuh yang menemukan mereka bersembunyi di sini apalagi untuk makan mereka hamba membawakan setiap hari I Macan Kuping berkata demikian saat itu kemudian bersiap- siap pulang

10. I Pagen kecagang tyang ne nyaman mamane dini ya Mara mampuh majalan raw yall durus iriki ipun magnah iriki I Pagen rupa tan patut banggayang tunas tityang ngajak ring gnahe singid tityang ngaryyanang umah ring kubon alas

11. roh panjait jagat Dhaha ring Tumapele iriki manawi tityang kewhan

13 a // yen wonten satru ma manggih ipun nyinggid iriki kalih antuk tedan ipun tityang maktayang sabran ature I Macan Kuping kapin tuhu raris ma dabdaban budal [ 58 ]50

12. perjalanan dipercepat lewat jalan tersembunyi terhalang oleh sungai kebetUlan ada yang menemukan perahu ditumpangi Tentara Daha menyerbu kembali diceritakan semuanya sudah sampai di kota membawa Putri diambil dari Raja Barana

13. disampaikan kepada Raja Daha bahwa Raja Siwa Budha telah tiada Desa Tumapel kalah di Kerajaan Daha seluruhnya senang karena tak terkalahkan di ceritakan Raden Wijaya berlayar ke arah timur sudah dekat secepatnya turun mendarat

14. masih malam sudah berangkat melalui tengah sawah pematang tidak jelas setiap dituruti makin kecil

12.tindakane gagangsaran mameng mamarggi nyilib kablat baan bangawan katuju wenten memanggih bahita katumpangin sasikep Dahane ngebug satwayang padha budal suba tked dhi nagari ngaba putri jarahan Raja Bharana

13. katur tken Prabhu Dha Prabu Siwa Buddha mati Desa Tumapele kalah di Dha makagumi suka baane mangunggul Raden Wijaya kocap pelayare bneh kangin suba nandes enggal tuunan ka darat

14. nu pteng laut majalan ngambahin di tngah carik punduk-pundukane samar asing tuut sayan erik [ 59 ]51

susah sekali dilewati apabila dipaksakan pasti jatuh musimnya orang menggarap tanah air memenuhi sawah merasa lelah Raden Bagus

13 b // beristirahat

15. duduk tidak ada tempat I Sora kasihan melihatnya telungkup lalu terlentang di sawah tergelincir di sana berdua duduk kedua raja berkerubung saling berpeluk-pelukan menangis tidak tidur-tidur apabila diceritakan makin menangis tersedu- sedu

16. adik beliau diserang kemudian hilang dipanggil-panggil jadi ingat serupa kumbang beterbangan ingin mengisap sari sedih membakar hati aduh jiwa hamba

sengka pisan entasin yan paksayang janten labuh masan anak mamungkah iyehe mbekin carik ngrasa lesu Raden Bagus

13 b // mararryana

15. malinggih teng nghadagnah I Sora kangen ngiwasin makakeb lauta nyempang di carike mangulintik ditu makaron linggih raden kalih makarubung saling glut ngadsah twara sirep-sirep nangis sayan bekut ngurarap masasambatan

16. raine kajarab ilang kadulamo dadi eling ambulan tambulilingan ngriyong mled ngisop sari sdih ngtusang ati duh atman tityange ratu [ 60 ]52

di mana I Mirah mungkin telah mati di mana pun akan dicari

17. kalau begini jadi ikhlas tidak akan dibiarkan hidup siapa mampu berpisah seperti ingin menyakiti semoga Tuhan merestui permata hati hamba ditemukan bisa diajak bersatu baik buruk sehidup semati tersedu-sedu pengikutnya mendengarkan

18. termenung sarna sekali tanpa jawaban angin datang sepoi-sepoi jauh berdesir perlahan-lahan di sebelah barat daya berbunyi kilat menyambar berulang- ulang

14 a tetesan em // bun pagi tampaknya seperti menyesal sedih tiada hentinya menjelang pagi kira-kira mekarnya bunga

kja lakun I Mirah manawi ngmasin pati dija ruruh bakal alih ulah

17. lamun kene dadi elas twara nu kapengen urip enyen mampuh mablasan ibuka mendran nyakilin dumadak ica widhi emas tityange katpuk bakat ajak nunggalang jle mlah idup mati slegat-slegut iringane mandingehang

18. engong pada kamamgan angine tka ngangisirsir greh sawat megat-megat siklod kawuh mamunyi tatit masladet titir

14 a pakritis da// muhe ulung ulat bUka mangenang sungsut sang kapgatan sih ngalemahang sawatara mupuki kembang [ 61 ]53

19. parau bunyi burung merak berkokok ayam berulang- ulang saling bersahutan setiap lingkungan sawah Raden Bagus terbangun segera brangkat ke desa para pengikutnya habis masuk ke suatu desa untuk mengungsi orang suruhannya mengawasi Arya Wiraja

20. utusan beliau cepat dipersembahkan ketika menghadap Raden Arya berada di luar istana Raden Wijaya baru saja bersedia akan menemukan memegang bahu lalu melompat para pengikut semua pulang Raden Arya berdiri kemudian pulang Raden Bagus agak kaget lalu tertegun sendu

21. tengak-tengok menoleh raut wajahnya seperti meringis

19. srak munyin merake ngrak kakruyuk syape litir saling timbal makabkaban bilang gubug-gubug carik Raden Bagus matangi makire ka desa nglawut sairingan telasan ngranjing ka banjar mangungsi mautusan nelikin Aryya Wiraja

20. utusane enggal tulak kaatur sdhek kalangkil Raden Aryya ring banci ngah Raden Wijaya maranin sadya pacang mapanggih bau majog pacaburbur panangkilane budal Raden Aryya bangun mulih caneg sendu Raden Bagus sawang kagyat

21. bngah-bnguh matolihan peukang mimbane ingis [ 62 ]54

Paman Wiro Paman Sora salahkan perkataan kemarin bagaimana menghindari sekarang agar tidak menemui sengsara apabila mengamuk sudah selesai toh bukan dia yang akan merasakan ketakutan dan menunduk

14 b diam I Wiro // I Sora membentak Raden Bagus lalu pergi kembali ke Bancar semuanya terdiam para pengikutnya takut semua diumpamakan seperti tebakan yang meleset tanpa diduga datang dalam kcadaan terluka Raden Arya tersentak istrinya semua mengikuti para pembantu wanita berjalan menatang

23. sedang berludah kuda memerlukan pedati I Wiro I Sora melihat

Bapak Wiro Bapak Sora plihke munyi ibi kudyang ngampigang jani lara merange katpuk yan ngamuk mapuputan dong sing ya kene rasanin keskes nguntuk

14 b mendep I Wiro //I Sora ngambres Raden Bagus budal ka Bancar matulak malih twara ada makrapitia iringane jejeh sami ambul kalumbak plih sagetan mabred rawuh Raden Aryya sagrehan semahe pada nututin pangayah eluh mamarggi matatampayan

23. bwin mapoos duriyan jaran saratin padati I Wiro I Sora malyat [ 63 ]55

lalu tersenyum dan berkata dengan sopan siapa ini yang datang masih banyak jangan terlalu marah salah perkataan hamba kemarin Raden Bagus kaget dan senang melihatnya

24. Raden Arya bingung mendekati menyembah kaki sambil me nang is Yang Mulia terimalah sembah hamba budi pekerti yang dulu menyebabkan begini ditemukan sekarang terus- menerus jangan diragukan lagi barangkali ada anugerah dari Tuhan keburukan itu nanti berbalik menjadi kebaikan

25. terapi Yang Mulia ampunilah hamba terlalu bodoh hamba-Mu di sini

knyem maatur ngabakti sapasira puniki ne kanten abred rawuh sampun bas age menggah sisip atur tiryang ibi Raden Bagus kagyat egar macingakan

24. Raden Aryya sisu nyagjag ngebekin cokor mangling Ratu panembahan tityang kapepakirttine riin ngaryyanang sapuniki kapanggih mangkin mangintu sampun malih nandruhang nawiwonten piccan widdhi dados ayu pawalik kawon punika

25. nanghing ratu gong ampura tambet janmane iriki [ 64 ]56

tidak dapat berbicara dengan sopan membalas pemberian dulu

15 a selesai//berbicara demikian Ni Pinatih mendekat lalu berkata sopan maafkanlah hamba dipersembahkan sirih dan pinang mata berkaca- kaca

26 orang yang melihat merasa terharu berderai air matanya karena menangis Raden Bagus Brawijaya dipersilakan ke iStana Raden Ayu kemudian sudah naik ke kereta perjalanalmya tergesa-gesa semuanya ikut mengantar diramaikan oJeh para hamba perempuan

27. Raden Wijaya diberi tahu berapa sudah menemukan Raden Arya Wiraraja juga para menteri berjaJan

walar siddha maaturan ngwales paiccane riin

15 a nandes sangka // munyinin Ni Pinatih nampokang matur ampura ratU tityang kaaturan canang gadhing jambe arum ngembeng- ngembeng i yeh tinghal

26. ne ngantenang katurutan pacehceh mabuddhi ngling Raden Bagus Bre Wijaya katur budal ka puri Raden Ayu tumuli munggah di kretane sampun pamarggine gaglisan samadhune ditu ngiring ngrempeg liyu sorah isin panjrowwan

27. Raden Wijaya kuturan kuda sampun mamanggihin Raden Aryya Wiraraja mwah pramantrine

mamarggi [ 65 ]

57

para pengikut banyak sekali memenuhi jalan yang menonton berkeliaran di pinggir tembok terdiam setiap wilayah seperti dikurung dengan manusia

28. perkataannya sama mengagumkan perasaan tidak biasa melihat rupa ketanpanan dan kecantikan memabukan seperti Smara Ratih keturunan permaisuri sebagai pembawaan dari lahir keduanya tampak sedih

15 b // aduh bingung rasanya ikut menyaksikan

29. setelah sampai di istana Raden istri kemudian pulang Raden Bagus di luar istana masih beristirahat Raden Arya menyembah berkata sopan dan terus bertanya

Tumapel kalah iringan empet titib ngbekin margga pagrudug ne mabalih rantaban di sisin tembok ngepil alah srug bilang jbag ban jalmna

28. munyinyane papatuhan angob san knehe jani tumben ngenot warnna bagus ayune ngedanin sawang Smara Ratih dampati bahu tumurun uli di kadewatan ulat sbet makakaliha

15 b //duh inguh idepe milu ngantenang

29. sampun rawuh ngapuriyang Raden yestri tumulih Raden Bagus di bancingah kari mararyyan katangkil Raden Aryya ugabhakti matur pataken jujut ban Tumapele kalah [ 66 ]58

Raden Wijaya menceritakan penyerang tidak pemah mendapat kesempatan

30. juga karena kematian kakamya habis dan semuanya kotor sekali Raden Arya Wiraraja menjawab cepat melanjutkan pembicaraan sekarang bagaimana habis pembicaraan kita tidak ada yang diperoleh selesaikan dengan cara diam Raden Bagus halus budi bahasanya

31. apabila Bapak rela saya bersyukur saya sekalian menyerahkan diri Raden Arya berkata lembut Raja tak ada yang lupa hamba mohon pada Raja tetapi pelan-pelan siasat pecahkan dulu periksa di Kamandaka itu

Raden Wijaya nulurin pangamuka twara taen maan nongka

30. kalih ban rakane linna tlas kataleteh sami Raden Aryya Wiraraja masaur glis nyambungin mangkin asapunapi puput babawoso ratu tan wonlen dapulihang pupulang anluk mellllgill Raden Bagus alus mijil pangandika

31. yan twah ada sukan Bapa sumakuttha tyang jani tyang suksrah apisan Raden Aryya matur manis Ratu tan wonten lali tityang nyokor ring i ratU nanghing adeng-adengan upayane gulik riin saliksikang ring Kamandaka punika [ 67 ]59

32. sudah dipikirkaan dengan matang menjalankan dengan pikiran halus

16 a Raden Wijaya // mengangguk kemudian pergi ke istana Arya Wiraja pulang mempersiapkan persem- bahan dengan cepat semua istri membawa sesuatu seperti Ni Pinatih Raden Bagus duduk

33. di pekarangan menggigil Raden dan istrinya bersanding ditidurkan di pangkuan rambutya dikepang tidak beraturan disisir dengan jari wajahnya pucat semua sebab merupakan kasta utama dianiaya dan dibanting

32. sampun dropon pakayun ngamarggyang upayasandi

16 a Raden Wijaya // manggutan raris budal ke jro puri Aryya Wiraja mulih nabdabang aturan iju somahe padha nampa makadinya Ni Pinatih Raden Bagus malinggih pakakalihan

33. di natahe mangilgilang Radenya yestri sumanding kaperemang di pabinan rambute samban makilit swahin ban jriji swabhawane sami acum dening wangsa uttama kapalpal kabuntang banting [ 68 ]60

cepat kurus mengurangi makan dan tidur

34. terkejut melihat Raden Arya suami istrinya ikut serta datang dan duduk jauh sekali Raden Wijaya memanggil terus Bapak ke sini mengapa semua tertegun di situ seseorang yang tahu mendekati duduk bersila sembahyang sebagai gantinya terima lah persembahan hamba ini

35. tetapi hanya seperangkat sangat remeh dan kurang baik demikian juga dalam keluarga itu juga berisi pengganti kata Ni Pinatih dipersembahkan kepada adik beliau dan juga yang berada di luar

enggal kris nunain mrem ngajngang

34. babang nyingak Raden Aryya sasomah enya mbarengin tka negak saddha sawat Raden Wijaya ngulapin nglaut bapak mriki nguda padha caneg ditu sang ksengan nampekang masila negak ngabakti niki ratu pisalin atur tityang

35. nanghing wamah arang sukan lintang tember kirang bcik kalih ring kradap punika taler madaging pisalin atura ni pinatih katur ring rain i ratU kalih sane ring jaba [ 69 ]61

16 b milik para mantri se // mua sudah rata hamba bagikan anugerah

36. bagaimana dengan I Sora ingat bukti pembagiannya memikirkan hamba menjadi rakyat sangat hormat dan berbakti janganJah diragukan lagi sempurnakan pikiran Yang Mulia hamba membayar pemberian Yang Mulia Raden Wijaya mendengarkan tidak mampu menjawab dan tidak ada yang bisa

37. meringis dilihat adiknya Raw Mas silahkan diterima pemberian Bapak Wiraja Raden dan iStrinya berkata nah Bapak saya minta agar pasukan Bapak ikut dan saya mengucapkan terima kasih Raden Arya segera menunduk makin ditolong terbayang- bayang air mata

16 b pramantri druwene sa // mi rata sampun cacarin ciryang paicca

36. I Sora konkenang tityang ngdumang cihnaning eling mamanah ciryang ngaula lintang susrusa subhakti sampunang sangsaya malih renayang kahyune ratu tityang nawur kasweccan Raden Wijaya miragi kamemgan nyautin twara ada ngisa

37. mingis raine kacingak Ratu Mas rarisang tampi aluran bapak Wiraja ngandika Radenya yestri nah Bapak tyang ngidih pasukan bapane nutug ban tyang nyuksmayang nguntuk Raden Aryya gilis sayan olas marawat-rawat

yeh tinghal [ 70 ]

62

38. Raden Wijaya berkata jadi bapak yang saya pikirkan hutang saya besar sekali yang disanggupi saya terima dan bukan main-main apabila siap sampai akhir Pulau Jawa kalah saya memang akan mati supaya ikut saya memelopori dengan Bapak

39. baiklah hamba bersedia semoga bisa

17 a // Ratu menguasai dunia penguasa di Pulau Jawa Raden Putri berkata bibi semuanya sudah tahu saya sudah memperhatikan pemberian bibi juga pemberian Bapak Arya Wiraraja

40. ni Pinatih menjawab dan semuanya sudah pergi Raden Arya ke luar istana

38.Raden Wijaya ngandika teng bakal bapak itungin utang tyange gdhe pisan ne sanggup tyane lampi tan sakeng ndahidahi yen siddha sadya ka pungkur gumi Jawwane kalah mula tyang bakal mati apang bareng tyang muponi ajak Bapa

39. inggih nadyan manah tityang dumadak nyidayang ugi

17 a // I rata ngocelang jagat mangkulang ring gumi Jawi ngandika Raden Putri bibi padha suba tahu tyang saba mdasang pabaang bibine bwin mwah aluran bapa Aryya Wiraraja

40. Ni Pinatih saur sembah tur sami budal mapamit Raden Aryya ngajabayang [ 71 ]63

ditemukan I Sorandaka bertanya terus wahai Adiku mendekatlah dulu begitu juga pengikut semuanya sering diingat semuanya adik ipar dimintai kekurangannya

41. baiklah jawab I Sora lamanya entah berapa bulan Raden Bagus Brawijaya menguasai Sumenep juga bawahan dan para menteri tidak kurang kain dan selimut bukti tidak kekurangan apa­-apa Raden Brawijaya dipanggil kembali menghadap untuk membicarakan sesuatu

I Sorandaka kapanggih kapisesed-sesedin ne adi paekang malu nte iringane pada data ne ingetang sai ipah adine tagihin sakuwanga

41. inggih pasaur I Sora kaswen yan kudang sasih Raden Bagus Brawijaya di Sumnep mengagungin tuting panjak pramantri twara kwang kamben saput babuktyan kapepekan Raden Brawijaya malih ngawowonin katangkil mararawosan [ 72 ]64

Pupuh Pangkur

1. ada balai tempat peristirahatan di dalam taman tidak ada bayangan langit hanya menteri yang di andalkan di sana yang datang menghadap tiada lain

17 b. Raden Arya men // dekat dan berkata pelan-pelan Yang Mulia jelaskan maksudnya didapat setiap perkataan

2. dikatakan, di Kamandaka ketujuh upaya itu perlu dipegang perbuatan baik dan hati yang tidak baik tidak diikat denda dan selalu toleransi perbuatan jelek dijalankan dulu kejelekan Prabu Daha diperiksa dari sekarang

'Pupuh Pangkur'

1. ada bale pasanggrahan jraning taman twara da masuter langit sok mantri piandel ditu ne nangkil twara lenan

17 b Raden Aryya nape // kang banban maatur ratu dayane parakang asing mawasana polih

2. kaucap ring Kamandaka ne papitu upayane ne sungkemin samadhana miwah dhudu maryya danda upeksa indajala punika glarang kerusakan Prabhu Dha saliksikang saking mangkin [ 73 ]65

3. hamba mohon Yang Mulia dipersilakan berjalan walaupun hamba harus menaklukkan datang ke bumi Daha mohon maaf menjadi rakyat di kerajaan Daha apabila telah diterima

4. tetaplah tinggal di Daha janganlah bersikap seperti ragu-ragu teruskan dulu akal itu dibuatkan peraturan sesuaikan dengan kedudukan diketahui sudah keadaan seseorang selalu turut pada kebenaran ikuti perjalanan Raja

5. buatlah pikiran menjadi senang waspadalah mengikuti apa yang tidak disenangi kemudian yang mulia tahu pasti timbul rasa kasihan,

3. padagingan atur tityang i ratu aturin tityang mamarggi adyapin tyang manungkul rawuh ka gumi Dha nunas pangampura tur newaka Utun ngawula ring Prabhu Dha yan sampun siddha katampi

4. jnekang pisan ring Dha sampun pisan masalah kadi plancir dayane ubekang dumun kabwalan tatakrama anutang ring linggih kni sampun korup sabran tilad kapatutan pamarggin sang prabhu iring

5. karyyanang lyang pakah yunan sengehang sing kasnengan anutin kinginan raris i ratu wtu banget pangeman [ 74 ]66

semau-maunya akhirnya tidak dipercayai

18 a pintar-pintar ber // upaya bagaikan tidur ketiduran

6. apabila tekad telah bulat alasan apa pun tak di perlukan jauh di sebelah timur tempatnya jarang dilewati oleh manusia namanya di Trik semua Tang Taruk baik dipakai untuk membangun desa Yang Mulia pasti akan membuatkan

7. rakyatnya di Madura semua siap digertak dan juga bertanggung jawab apalagi kedatangan mereka dekat dari Madura membantu walaupun di tempat yang mulia tetapi teguhkan iman di Oaha masih duduk

kaparccaya tan wangde Sakahyun-kahyun

18 a upa// ya kadi pules sasirepin

6. yang manggeh sampun pangeman paalasan nenten tunas nene mangkin deh bdangin genah ipun kapah emasin janma wastan ipun ring Trik sami tang taruk bcik tangun anggen desa sang Prabu janten ngaryyanin

7. kawulane nng Madhura sami tungseh gtakang padha nangganin kalih ta prawuhipun tampek saking Madhura ngayah yadin genah linggih i ratu kewanten pagehang pisan ring Dha kari malinggih [ 75 ]67

8. makanya menemukan kebahagiaan para pemeriksa agar mampu menjalankan tugas amatilah dan jangan berpura-pura perilaku menteri Pramanca Pikiran tidak tenang bagaimana bisa sembahyang menjadi abdi di Kerajaan Daha periksa dengan benar semuanya

9. lagi ada yang membantah diucapkan mantra-mantra itu di setiap ukiran pancinglah kemarahannya tetapi dengan cara tersembunyi keinginan menyerang dari belakang orangnya berani tetapi tidak berguna tahu kepastian

10. dari perbuatan menuruti perkataan

8. awanan manggih pakenak pamriksane mangde ka siddhan mamarggi pdasang sampunang nyaru tingkah mantri pramanca ngkene bhakti kene ma manah tan patut ngawula ring Prabhu Dha pariksa tdhasang sami

9. malih yan wonten matungkas kabancaran punika sabra nang urik dadurus pagdhegipun nghing mangde saking samar kinginingan pagagbuge kapungkur janmane wanen nirgguna pijantenang kni uning

10. ning salah pangrawos turah [ 76 ]68

para bangsawan semua tingkatannya berbeda-beda

18. // beliau sang Raja walaupun tak ada rasa malu bersatu seperti saudara Raja Daha amat mulia cepat-cepat merupakan jalan yang tidak baik

11. sudah menyatu dengan rakyat tidak ada kesulitan semua teratasi tidak akap tenggelam seperti perahu berlayar semua tidak ada pengemudi kalau sudah raja yang memberitahukan keinginan semuanya

12. pulang dari kota datang melihat para buruh di Trik pondok-pondokan dibangun sapramenake tri wangsa ne sami

18 b warggi lyan // ragan sang prabhu yadin ran wenten kemad cara masamten untuk mangde utun lewih yan sang Prabhu Dha dropen tan patut pamarggi

11. sampun pidik ring kaula boya keweh padha ngwa yenin malih tan wangde jaga kalebu kadi jukullg layarang nenten wonten makamudi yan sampun ratu nguni ngang pamanah jagale sami

12. mapamit saking nagara rawuh mangaksi panang gase ring Trik papondok-pondokan wangun [ 77 ]69

yang lainnya seperti sawah kebun dan pasar bendungan dibangun supaya kuat dunia akan membutuhkan pasti banyak yang datang

13. tetapi yang terjadi di Tumapel bekas didirikan paling banyak yang menyerah meskipun rakyat Daha setiap orang yang daLang berbuat dosa dilindungi terbukti mendapat tempat di pulau yang makmur

14. kesenangan diharapkan sekali rakyat agar terus berbakti menyebarkan keinginan mereka

19 a. perbuatan yang menyenang // kan kena hayangan seperti matahari mengisap air tidak ada yang mengetahui di dunia

lyan carik kuben pasar paemplan toya wangun mangde kukuh jagate asing miyarsa janten tbeng rawuh sami

13. kewala sane kamulan ring Tumapel pcakne kadiriin pinih akeh malih ngayuh yadin kawula Dha asing rawuh madosa tis tisinipun mabukti iccanin genab ring gumine lemek becik

14. sukanin ipikin pisan kawulane mangde tkek subakti nebarang arsanipun

19 a tingkahe mangarsa // yang kni samar kadi suryya ngisep banyu tan wonten tangehang jagat [ 78 ]70

apabila ingin berbuat baik

15. itu yang menyebabkan ikhlas dan tidak akan pernah melupakan anak dan istri ajarkan semua rakyat berkelakuan yang baik adik beliau tercatat sebagai guru mereka berbekal makanan tempat duduk dan pekerjaan siap sedia agar menyediakan

16. orang yang menghadap mendengarkan perkataan Raden Arya dibenarkan semua Raden Wijaya menjawab nah bagaimana pendapt Paman Raden Arya segera mengutus membawa surat ke Daha berangkat dengan tergesa- gesa

17. setelah sampai di Daha cepat ceritakan apa yang dipersembahkan

kengin masasana bcik

15. punika ngaryyanang legas mwah tang urip ring panak semah lali kawulane sami uruk ningkahang kapatutan rai Ratu mungguh guru waktranipun sangu tgakan gagaman sregpang mangde cumawis

16. panangkilane ningehang atus Raden Aryya kapatut ang sami Raden Wijaya masaur nah kenken sara bapa Raden Aryya prejani laut mangutus ngalurang tulis ka Dha gagesen sampun mamarggi

17. satekannyane di Dha caritayang sute kaatur glis [ 79 ]71

dikatakan oleh Raja surat telah beliau baea wahai Raja yang terrnasyhur pandai menguasai dunia di Daha memperoleh kedudukan

18. beliau Raden Brawijaya seperti kebingungan karena hujan akan segera turun mencari tempat berteduh Raja sudah tak ingat lagi dengan cucu

19 b beliau // minta maaf lalu menjadi abdi di sini

19. sekali lagi mohon maaf I Wiraraja berkata pelan kesenangan di hati namun terbukti bakti hamba tetap seperti dulu seperti mengajari cara pembuatan minuman ini

kapawosin ban sang prabhu tulise ucapannya inggih ratu cokor i ratU ne kasub wibhuh kasub ngameL jagat ring Dha manyakrowrotthi

18. ida Raden Brawijaya kadi klikklik asatan mangengkik nduLame sabeh makayun ngayuh ngrereh payuban cokor ratu sampun tan eling maputu

19 b ida // nunas pangampura raris ngawuLa iriki

19. samalih ampura pisan I Wiraraja maaturan akidik renayang ugi ring kahyun kewanten macihan baktin tityang manggeh kadi sampun-sampun lwiripun babwatan tatar inum-inuman puniki [ 80 ]72

20. pikiran Raja kalut selesai bicara berlinang air mata aduh tampannya cucu Kakek ikut karena Kakek merasa kasihan Utusan berkata mereka ke sana kamu tolak aku senang sekali suruh mereka cepat ke sini

21. minta permisi karena bingung utusan kembali lagi ke Sumenep datang semua berkata dikotorkan semua Raden Bagus telah mendengarkan dengan jelas Raden Arya sangat senang kemudian segera berangkat

22. Raden Wijaya pergi ke Daha para menteri dan rakyat juga ikut semua sedangkan adik beliau masih di Sumenep

20. kahyun sang prabhune ngresmar sausane mamawos ngem beng yeh tangis aduh cucun kaki bagus nutug ban kaki olas kma tulak iba utusan maatur kai lintang suka pisan tunden dane enggal mai

21. matur pamit sisu tulak utusane bwin ka Sumnep mulih Ika mredatayang atur kataleteh makjang Raden Bagus tdhas mami rengang sampun Raden Aryya lintang suka kapramangkinang mamarggi

22. Raden Wijaya ka Dha sapramantri panjake ya pada ngiring raine di Sumnep enu [ 81 ]73

oleh sebab itulah beliau naik perahu perahu yang akan berangkat belum siap Arya Wiraraja ikut orang Madura banyak yang ikut

23 kelihatan dari depan dan belakang

20 a //Perahu kecil dan sampah dilewati sebentar sampai di Terung di sana Arya Wiraja habis-habisan berkata dan bertanya terus sudah diterirna semua Raden Arya kembali pulang

24. Para pelayar berangkat siang malam cepal tiba di Daha turun menuju ke jong biru disuruh ke kota Raden Bagus melihat utusan datang terbangun serta menyingkap selimut

mahawanan bahita palayare sang lungha Satdarurung milu Aryya Wiraraja wwang Madhura lyu ngiring

23 di duri di malu naram

20 a // jukung sampan di ampel kaliwatin akjep tked di Terung ditu Aryya Wiraja marisesed-sesed ngenyang matur suba katampi makjang Raden Aryya tulak mulih

24. palayare ngalwasang pteng lmah tked di Dha glis tdhun ngungsi ka Jeng biru kaatur ka nagara Raden Bagus nyingakin utusan rawuh matangi sarwwi ngberang kampuhe nadhutaluki [ 82 ]74

25. mengenakan suara berwarna hijau putih bersih berukir badannya kurus dan pucat tidak memakai perhiasan sejak meninggalkan kota jarang mendapatkan anugerah ketampanan makin menggoda

26. utusan keduanya tertegun diam bukan main senangnya Bhatara Smara turun dikira manusia mendekat berbicara dengan sopan hamba ini diurus menjempur Raja ke Daha hari rayanya mereka sekarang

27. ini ada kereta Raden Wijaya dipersilakan ke tempat duduk kemudian naik ke ke reta

mabulang sutrane gadhang danta sentak orangkane maukir ragane keris tur acum twara nganggo mas-masan saskate sah saking negara samun kapaicaneng sawat baguse sayan ngedanin

26. utusane makadadwa caneg bngong gaweke tan sinipi Bhatara Smara turun katarkka ngamanusa nyagjag matur puniki tityang kautus nuhur i ratu ka Dha rahinan ipune mangkin

27. puniki wweten kareta palinggihan Raden Wijaya ngraris munggah di kretthane sampun [ 83 ]75

diapit dengan sepasang payung

20 b// pengikutnya banyak dari belakang yang menghadapi membawa senjata berpencar memenuhi jalan

28. I Pamandaha I Medang I Pawiro I Dangding dan I Nambi semua berjalan di depan ada yang membawa kasur kecil sebagai tempat duduk yang lainnya membawa permata dan yang lainnya membawa peti berisi pakaian bagus

29. I Sora dan I Wagal membawa perisai dan parang wajahnya ketakutan merasa seperti di gambar ramai dan riuh di sepanjang jalan

apitang payung kembar

//iringane pagdhab uli di pungkur ne ngarepin ngaba mamas mabenjah ngebekin marggi

28. Pamandana I Mdhang I Pawiro I Dhangding mwah I Nambi padha majalan di malu ada ngaba lalungka len mangaba lalancang masocca murub len ada ne nampa kre dham maisi pangangge bcik

29. I Sora miwah I Wogal ngaba tamyang mwah kalewang marapit sasbenge katatakut rasa buka di gambar endeh rame sajalan-jaian pagrudug [ 84 ]76

menteri winotan menunggu di kereta

30. jalannya pelan-pelan setiap yang berjumpa kagum semua memperhatikan setelah berada di luar wilayah datang yang mulia menjemput kemudian menunggu di lapangan banyak para pembantu Raja I Jangkung datang menyembah

31. memeberi tahu kepada Raden Wijaya Sudah databg I Panglet berjalan kemudian di utus memeper- sembahkan tiba-tiba Raden Wijaya datang lalu berjongkok sambil mengangkat selimut agak menunduk di depan

21 a Ketika// beliau menyaksikan

mantri nagara Winotan di kereta nyarathin

30. pajalane malenlenan sing kapapas angoon padha mabalih di jaban jbage sampun rawuh sang prabhu kedal mapag ngantos di btenan alun-alun tbeng para bahundanda I Jangkung tka ngabakti

31. ngaturang raden wijaya suba rawuh I Panglet mamargi kautus ngaturin nglaut saget Raden Wijaya tka nyongkon sampun mandunang kampuh saddha ngutuk di payunan

21 a. nadeng sang // prabhu mangaksi [ 85 ]77

32. payah menyaksikan karena banyaknya ketampanan wajahnya menarik hati Raja berkata halus berdiri Agus mendekatlah kedatangan Agus membuat hati Kakek senang sekali sebesar aliran tunjung emas ditemukan ketika sedang mimpi

33. Raja kemudian duduk di balai Pagajahan didatangi datang sang Bhumara lalu duduk di sebelah timur laut tiba-tiba datang hidangan banyak mempersembahkan kepada Raden Wijaya I Wiraraja menyetujui

34. Raden Bagus melihat I Sagara I Winotan dipanggil menyembah lalu berkata sopan dengan Raja

32 lelah salyune ngantenang kabagusan warnnane manudut ati sang prabhu ngandika alus bangun Agus paakang satkan Aguse lyang kakine muput ambul mbahan tunjung emas bakat di sdheke ngipi

33. sang Prabhu raris munggahan di bale Pagajahane ka tangkil linggih sang bhumara rawuh mbucu kaja kanginan saget tka tatampayan kradhap lyu aturan Raden Wijaya I Wiraraja ndagingin

34. Raden Bagus macingakan I Sagara I Winotan ka wangsitin nyumbah matur ring sang prabhu [ 86 ]78

hamba cucu yang mulia datang membawa persembahan itu raja berkata dengan nada sedih terlalu banyak yang dipikirkan

35. pemberian ala kadarnya bukan itu yang Kakek harapkan tetapi supaya ikhlas perasaan agar senang dengan terlalu bodohnya Kakek raja yang rendah dan banyak kekurangan Agus tetaplah tinggal di sini

21b. menunduk // Raden Brawijaya jawabnya hamba sangat setuju karena itu yang menyebabkan datang bersedia menjadi abdi jiwa dan raga hamba serahkan sepenuhnya raja merasa kasihan

patun cokor i dewa maaturan punika matampa rawuh sang prabhu kangen ngandika papak data ne itungin

35. samanya ada pabaang deng da ento ne gumana yang kaki kewala mangde pitulus idpe apang suka dadyanya ban belog kakine muput ratu nista tur katunan Agus jnekang jwa dini

21 b nguntu// Raden brawijaya pasaure tityang lintang sairing kalih ta awanan rawuh sumadhya kumawula patiurip kaatur serah sekahyun sang Prabhu maweweh olas [ 87 ]79

juga para menteri semua

37. perkataanya telah diterima Prabu Jayakatong berkata lagi akan tempat tinggal I Bagus I Winotan yang tabu di sana di sebelah selatan di Desa Jongbiru sangat indah juga tempat tinggal yang luas serta berhadapan dengan sungai yang airnya jernih

38. menyembah I Manteri Winotan seseorang yang datang kemudian diantar pulang para penghadap merasa kecewa karena belum puas melihatnya seseorang yang datang berkata halus kepak raja Parung Sari Drawalika besok tanyakan pada Mundarang

39. besok menjelang Galungan di sana I Bagus sibuk sebagai pengikut

miwah pramamrine sami

37. aturane wus katanggap Prabhu Jayakatong ngandika malih pacang dunungan I Bagus I Winotan te nawang ditu kaja mlah di Desa Jongbiru bwin tongos rowang linggah tur ngaepin tukad ening

38. nyumbah I Mantri Winothan sang bu rawuh kairing budal ngraris tangkilane mrasa samun tonen emed ngantenang sang bu ra wuh alus ngandika sang prabhu parung sari drawalika Mundarang ibukang mani

39. bwin nmenin Galungan ditu ipak I Bagus saha pangiring [ 88 ]80 penyambutan supaya mewah hidangan disiapkan I Kebo Pubuh menyediakan makanan ringan itu dia bersama I Panglet menyiapkan segala yang diperlukan

40. seorang yang diutus menjawab dengan sopan

22a. pulang raja II ke istana

bersiap-siap akan menyambut tamu bingung dan kesibukan Raden Bagus sudah sampai di Jongbiru menemukan balai hiasan di balai tempat menerima tamu menyenangkan

41. karena I Wagal kebingungan sampai di sana mengatur duluan kemudian semua disambut seperti tamu pengikutnya semua pergi I Winotan ikut makan bersama tetapi Raden Brawijaya hanya marah melihat

patamyune apang wibuh tatampayan sregpang sasramanan adakang I Kbo rubuh to ya I Panglet ajak nabdabang bareng nyaratin

40. sang kautus saur sembah

22 a budal mantuk sang pra // bhu ka jro puri ne nabdab pacang patamyu

sisu makarepotan Raden Bagus sampun rawuh di Jongbiru manggih bale papajangan di pasanggrahun ngedanin

41. dening kaipuk I Wagal suba ditu ngentanang ngamaluwin tumuli sami katamyu

iringane tlasan I Winotan ngenakin bareng magibung nanghing Raden Brawijaya bantas macingak ngadgin [ 89 ]81

42. karena mendapatkan sebisanya menjalankan sebagai bukti pemutusan apabila bersedia sampai akhir adik beliau yang paling bungsu lagi menemui kesulitan semua itu memang utama tanpa diduga berguna sekali

Pupuh Sinom

Waktu sore menjelang matahari terbenam segala kesibukan sudah selesai Menteri Winotan permisi pulang ceritakan besok pagi manusia penuh sekali mendengar bunyi gamelan yang menunggu tidak sabaran rakyat dan para menteri

42. wireh nyambuang sasidan ngamargyang babukıiyan ngamgatin yan siddha sadya kapungkur rai nene alitan

bwin bakat ditu bratta ne malabuh apantes nmula uitama tan mari mangisti lewih Puluh Sinom dhauh enen ngalingsirang sang kaipuk usan sami

mapamit Mantri Winotan satwayang smengane mani janma empet titib ningeh tatabuhan muug ne ngantyang masasraman panjak miwah para mantri [ 90 ]82

22 b sudah siap semua mengeluarkan senjata

2. orang desa semuanya datang yang menonton banyak sekali menunggu tentara memenuhi jalan sampai ke pasar gamelan berbunyi berkeliaran memekakan telinga orang-orang berdatangan dibatasi karena keliwat bingung para menteri berkumpul di dalam ruangan

3. Dawuh Ro selesai berhias Prabu Jayakatong keluar Permaisuri juga ikut sambil membimbing Raden Putri hasil silaan dulu sebagai warisan Raja usianya masih mud a tingkah lakunya sangat mulia diberi nama Dyah Ajeng Rama Sutawan

22 b suba ginti pa // da nglusin gagaman

2. wwang desa padasan tkaa mabnged ngantyang mabalih sikepe ngempetin margga tked ka pkene spid gamlane mamunyi ngempengin koping maslur

janmane sayah teka Sisu pasleng langkungin

pramantrine matambun jroning bale bkang

3. dawuh ro usan mapahyas Prabhu Jayakatong mijil pramiswari sareng kodal

tan sah tuntun Raden Putri jajarahane riin makatatagon sang Prahhu tuwuhe kari bajang solahe thakararaspati

kaparabin Dyah Ajeng Ratna Sutawan [ 91 ]83

4. wajahnya sudah tergambar segala tingkah lakunya baik dijadikan contoh di istana laksana Dewi Saraswati cerdas banyak akal dan ayu badannya tak terurus karena kesedihan tak putus sering menghibur diri semampunya

5. Raja menuju pendopo

23 a para penghadap sudah // penuh di depan Patih Mundarang ramai datang yang mengikuti seperti Jinamurti beristirahat di Jongbiru orang-orang bergegas minggir semua jengkok kagum Wajah tampan tanpa cacat

6. dan I Sora mengikuti diapit dari depan dan belakang

4. warnnane lumbrah kagambar saparihpelah sranggara patuladan isin puri pawakan Saraswati prajnyan kencak uring ayu wadhane ngutang pahyas ban sungsute tonden mari kalalipur sai nangunang sasidan

5. sang Prabhu jroning mandapa

23 a tangkilane suba ti // tib di arep Patih Mundarang mabuged tkene ngiring Sang Kadi Jinamurtthi masanggrahan di Jonghire Junnune nyumping gewar pajongkok angoh ngiwasin warnna bagus twara nglah babarangan

6. kalih I Sora ngiringang ngapit di malu di duri [ 92 ]84

seperti melindungi jiwa amatilah dengan jelas membuat hati tersayat wajahnya berseri-seri tetapi sayang tidak memakai perhiasan tetapi kelihatannya prajurit semua ketakutan

7. tertegun di sebelah balehang

Raja kemudian memanggilnya berdiri Raden Brawijaya menerbangkan selimutnya yang putih sutra halus bersusun ukiran bagaikan kayu bersusun ikat pinggang sutra berwarna merah serta tempat tidur yang indah tanpa rambut berserakan

8. sudah tiba di medan perang Raja berkata manis

waluya rwah atma raksa pdasan ja mangiyatin magae ngresang ati gobane maklus-kelus sayang nwara nganggo mas nghing kcuhane prajurit rengu-rengu dening padha kaibukan

7. caneg di samping balebhang sang prabhu ngesengin raris ngadeg Raden Brawijaya ngberang kanpuhe putih sutra alus macawi papatrayan karut ebun mabulang sutra barak orangka mapules rawit tanpa suri rambute btek buyarang

8. suba rawuh di payudan sang Probhu ngandika manis [ 93 ]85

Kakek bersedia sekali seperti ada janji

23 b // Galungan Kakek dulu tidak meriah sekarang Agus temui silahkan duduk Raden Wijaya memberi salam kemudian duduk di pojok timur laut

9. agak miring ke kanan mengikuti duduknya yang di depan raknya ada sekitar enam depan dari tempat duduk raja para abdi semua Patih Mundarang disuruh membawa bakul berisi sirih I Pamandana masih ikut dan I Wiro menjaga air minum

10. I Patih Kebo Mundarang menghadap dengan wajah pendiam berjalan lurus karena Raja beserta istri

kaki lintang sadya pisan alah buka ubayain

23 b // gatungan kaki crik ne jani tkain Agus nglaut suba mnekan Raden Wijaya ngabakti tur malinggih di bucu kaja kangin

9. saddha nyamping di kanawan tarep silane mangiring enggange ada nem dpa uli sang prabhu matinggih sakadeyane sami Patih Mundarang kaintu sok ne ugaba lalancang I Pamandana nu ngiring mwah I Wiro ngamongin toya ajngan

10. I Patih Kbo Mundarang seleb sasbenge nangkil

mepes buntuk nwara ledap dening sang prabhu sa istri [ 94 ]86

semua enggan melihatnya yang bertempat tinggal di Jongbiru ketampanannya tidak tertandingi hanya raja sendiri dan Menteri Sagara Winotan juga tampan

11. kalau diandalkan seperti bunga teratai Raden Wijayalah sarinya harus semerbak mewangi memenuhi seluruh jagat raya kalau itu akan terus dibicarakan ketampanannya tidak akan habis-habis dibicarakan I Winotan dipanggil

24 a Raja kemudian // menyuruh supaya rakyatnya bangkit untuk bersenang-senang

12. I Pangkuh dan I Gengkongbang berlari-lari sambil memanggil menyuruh supaya menyerang

padha cumpu ngiwasin sang madesa di Jongbiru baguse ngayang-ngayang ragan sang prabhu adiu ada hagus Maniri Sagara Winotan

11. yen bungan tunjung ande yang Raden Wijaya nyarinin miik ngalub maimpugan mbetel nungked makagumi ntb bakat bakal umik baguse luput winuwus I Winotan lawenya

24 a sang prabhu ngu // tus angraris mangde bangun kakwulane masasramanan

12. I Pangkuh mwah Cengkongbhang melaib-laib ndawuhin

nggarubhuh apang tundenang [ 95 ]87

rakyat cepat berkumpul jalannya beriringan langkahnya terlihat ragu-ragu disana tanpa tempat duduk Juga tanpa gambelan senjata banyak terlihat seperti keributan

13. Raden Brawijaya pintar mengerjakan sesuatu para pengikutnya bersenang- senang I Sora dilihat meringis canggap mendengar perintah lalu rambutnya terurai yang melihatnya merasa terkejut tertawa raja melihatnya pantasan kamu suka bergurau

14. sementara ditunda perkumpulan Raden Wijaya menjawab pantas jadi orang lucu senang bercanda temannya semua tidak dekat menggodanya

panjake masraman gelis tindake membat ngiring kagok paileha kikuk rika tan patgakan tan matatabuhan nepi sikep lyu ngenah mairib pendehan

13. Raden Brawijaya wikan ngaryya taler kni polih iringane masasraman I Sora kaaksi mingis tangeh maningeh wangsit laut mangambahan ngukguk asing ngenet makesyab icca sang prabhu nyi ngakin ih pangusan pantes doyan brasanduyan

14. nden tindayang sasramanang Raden Wijaya nyaurin patut janma lalucwan doyan macanda puniki timpal ipune sami sing tampek genjakin ipun [ 96 ]88

raja tertawa mendengarnya I Patih berkata sopan pantasan sekarang utusan berkumpul

15. meringis Raja berkata

24 b lebih haik Agus yang // disuruh bersedia menjadi tulang punggung dalam suatu perkumpulan semua supaya bersatu para pembesar kerajaan juga para menteri sampai rakyatpun ikut malu tiba-tiba I Drawalika datang menghadap untuk mengabdi seseorang yang menyuguhkan hidangan sudah tiba

16. kemudian diletakkan Raja turut serta bersatna istri hidangan mewah sekali dikerjakan dengan cepat sekali bunyi gong dan kendang bertalu-talu

sang prabhu icca myarsa I Patih matur ngabhakti nyandang utus ne mangkin masasramanan

15. mingis sang prabhu ngandika

24 b mlah yagus atu // rin ngawakin ngenter sasraman makjang apang mbarengin kadehan meat pramanri tuting panjak ipuk malu saget I Drawalika teka mamarek mgabhakti mangaturang pisuguhe suba napak

16. watra raris kalinggihang sang prabhu milet sa istri pisuguhe wibhuh pisan kataregieg usan glis gong kendange ngembutin [ 97 ]89

Raja berkata lembut Agus suruh menari buktikan sekarang siapa Agus sebenarnya bersamaan dan lawanlah para Menteri Daha

17. Raden Wijaya herkata beri tahukan dengan cepat I Sora kemudian bangun dan langsung keluar ikut I Medang I Dangding

I Wagal dan I Nambi gaya menarinya sangat bagus dan seluruh geraknya juga baik gemulai dan mantap yang lain melihat Raja terdiam

18. menonjol para menteri Daha yang terkenal tingkah lakunya baik I Panglet I Mundarang I Rubuh I Parungsari I Drawalika semua

sang prabhu ngandika alus Agus tunden masraman kadehan Aguse jani cpukang lawanang i pramantri Dha

17. Raden Wijaya ngandika wangsitin I Sora glis raris bangun ngajaba yang bareng I Mdhang I Dangding I Wagai mwah I Nambhi mayasraman tangkep luung tindak paileh mlah tingkes lemuh tur caliring ne ngantenang lyan sang prabhu ngalem pisan

18. nyundul i pramantri Dha ne kasub selahe bcik

I Panglet I Mundarang I Rubuh I Parungsari I Drawalika sami [ 98 ]90

diperintah supaya bangun langkahnya ngawur

25 a gaya berjalannya // kurang tegap sangat senang prajuru Raden Wijaya

19. makin rame bunyi-bunyian gamelan berbunyi I Pamandana melihat seperti ada wanita cantik bunga cempaka harum perkiraannya tidak meleset bernama Dyah Sutawan junjungan kita di sini keinginannya berkata jadinya gugup

20. sirih tanpa alas diberikan secara bergiliran Raden Bagus menoleh sebagai tanda sudah berisi di tengah-tengah satu bukankah hanya tiga wajar yang mulai katakan karena milik yang mulia yang satunya lagi masih dibawa Raja

kawidhi mangda bangun tindake manglewa

25 a tangkep kobok // kwang ginting sanget mlah kadehan Raden Wijaya

19. sayan rames gagilakan tatabuhane mamunyi I pamandana ngatenang istri ayu wenten kadi skar campaka miik panarkkannyane tong sawuh nenyaya Dyah Sutawan gusti glahe ke dini kenehnyane matur dadyanya kemngan

20. canange tan palaletan aturang mapipaling Raden Bagus matolihan iwangsite mrasa misi basanewang absik singke mula atohtlu patut rau bawusang reh dwe kari kakalih ne asiki sang Prabhu

kari ngamlang [ 99 ]

91

21. Begitu pelan bisikannya

Raja seperti menghalangi

berkata Agus Wijaya

Agus bangun sendiri

mengutamakan kesenangan-

nya

Raja berkata pelan

para menterinya di Daha

banyak yang ikut dengan

Bagus

namun diatur sesuai dengan

kewajiban masing-masing


22. I Sagara Winotan


25 b suruh Kakek menegur // nya

ia lawan Agus beroleh para

menterinya di sini

semua takut menasihati

I Winotan yang hanya

dipuji-puji

sepak terjangnya dengan

berkeliling

luwes cepat tanggap

perilakunya tegas

yang dipuji-puji itu

tersenyum-senyum berkata

dan menyembah


21. keto adeng kakisinya

sang Prabhu buka

ngalangin

ngandika Agus wijaya

Agus bangun mangawakin

sasramane mamucuki

sang Prabhu ngandika alus

pramantrine di Dha

kadehan Baguse ngiring

nghing adwang masih

mdama pidabdab


22. Ya I Sagara Winotan


25 b tunden kaki nyenyapa // ti

ya tawan Agus masraman

baan pramantrine dini

padha mirmir mapatin

I Winotan twah kasumbung

tindak paileh naptap

lemuh clang tangkep

ginting

sang kasumbung knyem-

knyem matue nyumbah [ 100 ]

92


23. marilah paduka sebentar

mungpung saya datang ke istana

tetapi pasti diolok-olok

Raden Wijaya terbangun

Raja gembira melihat

yang mendengarkan gembira

dan setuju

bercampur keinginan dan

kegila-gilaan

laki perempuan terdorong­-

dorong tak terkendalikan

melihat tingkah laku

Raden Wijaya

sama-sama melihat tingkah

laku dan ciri-ciri tidak baik


23. ngiring ratu abriyakn

kandungke tityang kapuri

nanghing janten kaguyonan

Raden Wijaya matangi

sang Prabhu lyang ngaksi

ne maningeh giras cumpu

aworin buduh mendra

luh mwani osah mandipdip

ngenot pararasane

Raden Wijaya

pada ngenot polahe ka

durmanggala


Pupuh Durmma

ribut orang dan saling

mendahului

sama-sama punya keinginan

umuk menonton

I Sanjrone terkejut

pejaman yang disembunyi­-

kan

bercampur keluar

karena takut terlambat

tidak dapat menonton


Pupuh Durmma

endeh muug janmane

saling palyar

pada mled mabalih

I Sanjrone gewar

pangleb papingitan

maaduk-adukan mijil

ban takut kasepan

twara mban mabalih [ 101 ]

93


2. ada naik tembok dengan

menyandarkan tangga

orangnya kecil-kecil

bergelantungan dengan

manjat pohon mangga

dan ada yang manjat

pohon cempaka

berloncat-loncatan

yang dibelakang

karena terlalu banyaknya

yang menonton di depan


26a 3. ingkrong // bang berkata

terhadap Raden Wijaya

paduka sekalian

yang akan menari

supaya menunggang kuda

para juru dan para menteri

dikatakan sulit

kalau tidak ada kuda


4. Raden Bagus berkata

memerintah

membawa kendaraan dengan

cepat

setelah tiba diserahkan

warnanya merah tua

bernama I Dalangwusi

Raden Wijaya


2. ada mnek tembok

nyadahang jan

janmane crik-crik

nglanting ngenggalang

ngodkod poh lyan campaka

ancong-ancong ne di duri

ban kalyunan

ne di malu mabalih


26a 3. ingkrong // bhang matur

ring Raden Wijaya

i ratu sareng sami

ne jaga masasraman

mangda nglinggihin kuda

kadehan matih pramantri

kabawos rikat

yan tan wenten nglinggihin


4. Raden Bagus mangutus

ngandikayang

ngambil palinggyan gelis

rawuh kaaturang

ulesnyane barak wayah

maadan I Dalangwusi

Raden Wijaya [ 102 ]94

menggeprak kenudian mencabuk

5. menggeliat lemas seperti dibuat rasa ngeri yang mengantarkan sama-sama menunggangi kuda mengatur rakyat dengan berputar bendera sebagai pembuka taktik berkelahi bendera masing-masing berbeda

6. I Winotan sudah mengatur pengikut naik kuda dengan angguk- angguk I Babarangsela namanya Ki Binderang para menteri banyak yang mengikuti perjalananmya cepat semuanya memakai kuda

7. setelah bertemu berisik suara senjata saling sabet

nyaprak raris nyamti

5. msaleyog lemuh ambul ja papindan karesres ne mangiring padha margakan nabdab panjak maudran lalonteke mamucukin cara masyat tunngule miji-miji

6. I Winotthan suba nabdab ang ututan negakin jaran ngunjit I Babarangsela adaya Ki Binderang pramantri lyu marengin pamarggi enggal makjang hya negakin

7. suba mangkep pakretak matatbekan [ 103 ]95

suara gamelan tidak henti- hentinya Raden Brawijaya pandai mengatur tarian perang orang Daha mengibas-ibas tidak pernah mengejar para menteri melawan

8. kudanya galak bersuara berputar

26 b saling serang menyerang Raden Brawijaya melawan Menteri Winotan sama-sama pakai tameng yang sebanding senjata itu sebanding kudanya bertabrakan miring

9. Raja senang hatinya melihat berkata sambil tertawa berikan Cengkrongbang anak Arsa Wijaya siapa yang pantas menandingi biarlah rakyat para menteri bertanding

gamlane mawanti Raden Brawijaya penter ngenter sasraman wwang Dahane milih-milih tong taen ngulah premantrine nanggenin

8. tgakane galak ngrengeh mauyengan saling gutik-mangutik Raden Brawijaya ngalawan Mantri Winotthan padha madhadap satandi sikepe asah jarane mangkep ngiring

9. sang prabhu enak pakah yunane nyingak ngandika mingis-mingis aturan Cengkrongbhang nanak Arsa Wijaya enyen nyandang ngamusuhin dh pangin panjak pramantrine matanding [ 104 ]96

10. disuruh Raden Bagus supaya beristirahat makin lama makin berlilit yang saling tusuk bergantian saling kejar Patih Mundarang bertanding melawan I Sora I Panglet I Nambi

11. I Rubuh melawan I Wagal I Madang melawan Parusari I Dangding melawan I Demang Drawalika para menteri Daha semua habis ditundukkan lalu dihentikan

12. Raja memerintahkan memanggil sermuanya Raja berkata pelan dan tertawa pada I Winotan rakyat berkeliaran siapa itu baru kelihatan

27 a terdesak // dikejar pedang dikiranya sudah mati

kaaturan Raden Bagus marayyanan sayan puput makililit ne matatbekan mangilir saling ulah Patih Mundarang matanding nglawan I Sora I Panglet I Nambi

11. I Rubuh manglawan I Wagal I Mdang nglawan I Parusari I Dangding manglawan I Dmang Drawalika pramantri Dahane sami tlas kasoran karyyanang mangraris

12. sang Prabhu mangutus ngsengin makjang sang Prabhu ngandika aris mingis ring I Winotan parekane masliweran nyen to bau ngenah

27 a lilih / ubrin pdhang kadennya suba mati [ 105 ]97

13. Winotan tersenyum berkata dan menyembah saya tadinya terdesak karena musuh yang baru saya makin terdesak apabila datang saya bertambah menyerupai saya menghentikan musuh yang dendam

14. tersenyun Raden Wijaya melihat I Sora para menteri tertawa mungkin I Winotan memang dia pemberani tampan dan menarik Raden Wijaya melihat Raden Putri

15. lantas dititipi I Paman dana hai benar cidak salah mirip madu mentah dan lagi disaring datang semakin bertambah manis membuat orang menjadi tertarik aduh awer lagi pula di sini

13. I Winotan knem matur sahasembah tityang waune lilih wireh mseh anyar tityang ngawon-ngawonang yen teka tityang ngumbukin marupa tityang ngaryyanang mseh senghit

14. knyem Raden Wijaya nolih I Sora pramantrine pagikgik kapo I Winotan mula lagas makruna bagus pangus tur raspati Raden Wijaya nyingakin Raden Putri

15. lautan kakingsanin I Pamandana ih saja singja plih mirip madhu matah ne bwin mapastika tka sayan muwuh manis

ngawe kamendran

duh awet saddha dini [ 106 ]98

16. lalu melirik sambil minum air Dyah Sutawan yang dilirik bertemu pandang yang wanita menunduk malu yang laki-laki seketika merendah yang datang diselanya sirih dan pakaian

17. perkataan raja, itu hadiah menang terimalah pemberian Kakek terima kasih sekali besok lagi mulai berlatih menari bersama para mantri di sini berkata tidak menolak

27 b Ra // den Bagus pamitan

18. Setelah pergi perjalanannya jauh sekali seluruh pembantu kasihan melamun gila sama tertarik Raja kembali ke istara tak diceritakan Raden Bagus dalam perjalanan


16. laut nyaru myarere ngunggahang toya Dyah Sutawan kauksi mapapas cacingak ne istri nguntuk jngah ne lanange ngees prajani

kasiag tka canang sahapisalin

17. pangandika sang Prabhu to upah mnang tampi pabaang kaki suksmayang pisan mani bwin masramanan ngajak pramantrine dini matur sandika

27 b Ra // den Bagus mapamit

18. suba budal pamarggine enggal sawat sapanjrowane sami kangen sangosmang buduh pada kamendran sang Prabhu budal kapuri tan kacarita Raden Bagus di marggi [ 107 ]99

19. termenung payah sesapainya di pondok lalu bersandar kesejukan pada malam hari semua para prajuru termenung dan tunduk tidak mengerti duduk sampai sore tidak bersuara Raden Wijaya dirasakan marah sekali

20. ingat I Sorat tertawa sambil menceritakan I Wino yang terdesak dipukul dengan pedang hampir jatuh dia tadi I Banyakkapuk mendengar Kapetengan tertawa terpingkal-pingkal

21. Raden Bagus tertawa kebetulan saja bapak tidak menonton ulah orang Daha yang tadi ada pemberitahuan besok akan ada lagi ini bapak semua saya suruh sebagai panglima

19. bngong lelo tked di pondok masadah kaayuban sulairi kadehane padha bcong nguntuk kemngan oegak makasanja nyepi Raden Wijaya karasa sanget brangti

20. inget I Sora engkel sambil nuturang I Wino sane lilih katigtig ban pedang das labuh ika tunyan I Banyakkapuk miragi I Kaptengan kdek padha pagikgik

21. Raden Bagus ica ih nadakang saja bapak twara mabalih tangkep i wong Dha ne bau pangandika mani bakal ada bwin ne bapa padha tunden tyang nyenapati [ 108 ]100

22. makin mereda I Kapuk I Kebo kebingungan raja seperti menyembah anggaplah saya seperti kerbau piaran senjata saya seperti

28 a tanduk yang tak ber // aturan

23. tertawa terpingkal-pingkal yang di sana mendengar semua I Wagal menjawab tanduknya yang diandalkan yang bukan-bukan dilakukan oleh kerbau orang Daha itu menurut pada Kakak peranakan gajah besar tetapi tidak menakutkan

24 . I Sora menjawab I Wagal keterlaluan tadi kelihatan datang berserakannya tampak aneh dia jarang berdesak-desakan Raden Wijaya menjawab itu keduanya

22. nduuh I Kapuk I Kbo kaptengan RalU manadhah ngabhakti saksat parisasat tityang kbon ingonan gagaman tityange kadi

28 a tanduk pa // kendang puputang antuk ngambit

23. kdek ngakak ne dituningeh makjang I Wagal manyautin tanduke kendelang boya-boyan mahisa wwang Dahane turah bli pranakan gajah gdhe tWara ngresresin

24. I Sora nyautin I Wagal bas cabar iyatin teka tuni ambyarane tawah ya langah mapelpeian Raden Wijaya nyaurin nto makadadwa [ 109 ]101

kata-katanya sama-sama salah

25 . belum sampai apa-apa sudah bertentangan lagi pula melekatnya di sini awet merasa sulit lagi pula rasanya tidak bisa seperti yang dipersiapkan kemari menyebabkan rusak perhitungannya sering

26. Diolok-olok tertegun semua memikir-mikirkan merasa disindir I Rawiro menyembah paduka hamba melihat bintang besar itu tadi bersinar terang mungkinkah firasat alam

27. lalu mendekat I Sora sadar akan adanya sindiran dengan sikap merendah berkata dan menyembah Paduka sesembahan hamba sepertinya saya pernah melihat

rawose padha plih

25. tonden kanti akenken suba matUngkas bwin panemple dini awet mrasarikat kalih rasa tong siddha buka ne sadyayang mai makada usak paitungane sai

26. kadeade caneg padha ngrasa-rasa rasa kasasimbingin I Rawiro nyumbah ratu tityang ngantenang bintang ageng ika tuni macanya pisan pilih swaran sasih

27. maekang I Sora langeh tken sipta mepes matur ngabakti ratu panembahan rupa tityang ngantenang [ 110 ]102

28 b // ada seorang wanita yang cantik dan utama mirip bintang di halaman istana

28 yang dua orang dj depan hamba kenal I Sodraka bersanding dengan Ni Madraka sepertinya bekas pembantu adik Paduka yang dulu mungkin itu sebab dukanya yang sekarang

29. pembicaraan bapak semuanya memancing hal yang tidak baik saya juga menemukan bulan kesiangan membuat perasaan terganggu bingung birahi yang merangsang karena terlalu lama pudar karena tertutup mendung

30. menurut pendapat saya mungkin juga pernah tidak sempurna

28b. // wenten istri ayu lewih masawang bintang ring bancingah malingglh

28. ne kakalih ring ngarep elingin tityang I Sodraka masanding sareng Ni Madraka rasa pcak pangayah rain i ratune riin nawi punika dening sbele ne mangkin

29. munyin bapa makjang nuldulin wisya tyang masih npukin bulan kalemahan ngaenang kneh obah paling kasmaran nyusupin bane bas lawas ucem gulem nyaputin

30. tampin tyang pilihte taen kapangan [ 111 ]103

sepengetahuan saya sekarang berkata halus dan pelan- pelan anggaplah seperti begitu karena sedih jadi sangat kurus menurut pendapat hamba sedih meninggalkan negara

31. jangan terburu-buru curiga memikirkan tunggulah sebentar datang I Madraka dia tempat penyelesaiannya pada akhirnya Raden Wijaya makin tertekan karena birahinya pikirannya kusut hancur

32. memegang kaki I Sora dengan menahan air mata menyesal disertai tangis jangan lupa berkata ingat-ingat sekali

29 a bagaimana kala // Kakanda Arya Wiraja bukankah patut dipegang dan dibela

penawang tyange mangkin matur manis banban masate sapunika doning lemlem bengel kiris manahang tityang sungsul ninggal nagari

31. sampun age sumlang mapakahyunan antosang dumun pilih rawuh I Madraka ipun genah muputang Raden Wijaya sumangkin leleh mulisah kahyune dekdek rujit

32. nglut cokor I Sora ngembeng yeh mattha nyelsel matungtung ling matur sampun lipya eling-elingang pisan

29 a punapi atur // i bli Aryya Wiraja boya gamel pitindih [ 112 ]104

33. Yang dinasehati menjawab dengan tangis seperti berpikir sadar lehernya I Sora dipeluk dan dirangkul pulang kemudian diantar ke pasanggrahan datang-datang lalu tidur

34. dikerubunkan selimutnya makin erat para juru yang menjaganya duduk di bawah Dyah Sutawan diceritakan begitu larut malam terbangun bercakap-cakap gembira bercampur sedih

35. pembantu istana menghadap ke istana menceritakan diri terlalu kangen olehnya mengantarkan Raden Wijaya diceritakan termenung melamun jauh sedih setiap yang melihatnya kagum dan menjadi iba

33. sang papungu nyaurin ban loyan cingak buw mapineh eiing baonge I Sora katkul tur kaemban mantuk tumuli kairing ka pasanggrahan rawuh -rawuh mapugling

34. karubungang kampuhe sayan koskan kadehan gebagin negak di btenan Dyah Sutawan ucapang mara joh pteng matangi mararawosan lyange mawor sdih

35. parek tka ka puri ngan dayang awak kangen kalintang gati bannya ngiringang Raden Wijaya kocap naneng bngong sawat sdih sing mangantenang angob ngolasang ati [ 113 ]105

36. wajah pucat seperti kemasukan nafsu birahi badan lesu dan kurus disuguhkan makanan tetapi tidak di makan bersisir tidak berisi barangnya berhias selesai memakai bunga

37. tetapi ada karena rasa gembira di hati rasa ingin kembali lagi pulang ke kota Tumapel pasti bisa tetapi masih ada satu yang disesalkan menyerahnya di sini

29b38. Dyah Sutawan//merasa tertekan mendengarkan berita sedih seperti dibanguni sebab tidak ada bedanya dengan pikiran yang sama sama-sama mengalami kesedihan merasa-rasakan lama disiksa oleh Tuhan

36. warnna acum kadi ka wisyah smara raga leseh rur kiris katuran ayunan tan wenten ja ngayunang masuri tan wenten pati mapayas usan maskar mapaplik

37. nanghing wenten saking lyang pakahyunan rasa matulak malih mantuk ka nagara Tumapel janten siddha kewanten kari asiki ne kasebtang panungkule iriki

29 b38 Dyah Sutawan // nghes miragyang orttha sdih alah dundunin dening twara bina tken kahyun asah padha nandangin prihatin mangrasa-rasa awt saranten widhi [ 114 ]106

39. dengan merendah dan berkata dengan sopan I Sadrakara menyembah Paduka sebaiknya sekarang mengadakan suatu kunjungan kepada Raden Brawijaya dipakai sebagai ciri bahwa kita masih ingat dan tetapi taat serta dekat dengan sepupu

40. supaya jangan kanda Paduka salah terima dikatakan Paduka lupa ikut juga Ni Madraka memberi pertimbangan dan semuanya memaksa disertai tangisan bertambah susah Dyah Sutawan mendengar

41. mengusap air mata sambil berkata tidak saya pikirkan sekarang tidak ada panjang nah yang akan datang saya doakan Kakanda supaya berhasil sebab saya hidup tetapi seperti mati

39. mepes matur I Sadrakara manyumbah ratu bcikan mangkin ngaturang tinjowan ring raden Brawijaya anggen pracihnaning eling kari susrusa mareka ring mingkalih

40. mangda sampun rakan i ratu kemperan kabawos ratu lali milu Ni Madraka nimbangin tur makejang mikdeh madulur ling sayan kewhan Dyah Sutawan miragi

41. Ngusap toyan cingake sambil ngandika sing kneh tityan jani twara ada lantang nah bwin awkasan ditu astitiyang i bli mangde katkan reh tyang idup mati [ 115 ]107

42. karena sekarang sudah sampai waktunya setiap hari menderita dan malu sepertinya tidak mempunyai kedudukan tidak mempunyai kasta aduh sudah jalan unruk mati yang akan membela siapa yang akan dilihat

43. itulah sebabnya saya ditambah lagi rasa malu mungkin sudah kehendak Tuhan

30 a // begitulah kata-kata Raden Ratna Sutawan lalu keblinger dan tenidur di tempa! tidur rakyamya menjerit menangis

44 permaisuri terkejut mendengar dan tergagapgagap bersamaan orang banyak mengantarkan kebingungan semua yang datang mendekat lagi pula gugup


42. Apan jani suba tutug tani bagya kaerang-erang sai buka tan pawangsa twara prawak menak aduh mbaan suba mati bakal ngwirangang nyen gurape tolih

43. ento krana tyang imbuh in ban jengah kapo panitah widdhi

30a // pangandikan Raden Ratna Sutawan laut kalnger mapungling jroning pamreman panjake nyrit mangling

44. pramiswari kagyar ngrenga matabtaban rantaban ne mangiring sisu padha tka nyagjag padha kamemgan [ 116 ]108

Dyah Sutawan masih dalam keadaan pingsan lemah dirangkul Permaisuri melihal

45 dengan menahan air mata dan memerintahkan untuk membersihkan air selelah membersihkan muka Diah Ratna Sutawan sadar membersihak air mata takut orang menolongnya ini apa merupakan bahaya yang menyebabkan seperti sekarang

46. sambil menangis Ni Sodraka berkata sambil menyembah bukannya karena apa bekasnya mengadakan penyelesaian satu bulan tUjuh hari setiap dialus-alusi menepuk dada lalu berkata Permaisuri

47. aduh anakku mengapa sih menyiksa diri itu yang mana lagi akan dicari ningrat sudah ningrat

Dyah Sutawan kantu kari lelo masundang Pramiswari nyingak

45. ngembeng tangis nundenang ngusapin toya suba mararaupan Dyah Raina Surawan eling ngusap yeh cingak jejeh anake nulungin ne apa bhaya makada buka jani

46. sambil ngling Ni Sodra ka matur nyumbah boya antuk punapi pcak masasiddhan asasih pitung dina sabran disasirih mantegin rangkah ngandika Pramiswari

47. aduh dewa nguda si nya kitin awak nto ne ken bwin alih menak suba menak [ 117 ]109

kecantikan sudah terlalu cantik yaitu yang sebenarnya itulah yang dicari melaksanakan tapa brata ah janganlah terlalu sering

48 mungkin menyebabkan menjadi penyakit yang berkepanjangan

30 b juga // kasihanilah Bibi Dyah Rama Sutawa menjawab dengan air mata Raja katanya menyayangi membangun tempar hiburan tak lain yang dipuji

49 Raden Bagus dan para juru disa yangi tidak ada bandingannya karena Raja Daha makin benambah sayang Raden Wijaya makin keras kemauan menghamba siang malam datang menghadap

jgege ngonang suba mlah twah nyandang bnehe isti nginemaneng mabrata dong da ke bas sai

48. sinya krana dadi sakit kadadawan

30 b pada // lem kuda bibi Dhyah Raina SUtawan masaur ban yeh cingak sang Prabhu kocap ngasihin nangun pasraman tan lyan kapuji-puji

49. Raden Bagus tkaning para kadehan kekalem tan patanding doning Prabhu Dha sayan muwuh pangeman Raden Wijaya sumingkin saat nyewaka pteng lemah mamangkil [ 118 ]110

50. lagi pula perasaan dunia sudah diperiksa Raja makin lupa terhadap lima malam petaka bahaya yang tidak dapat dikendalikan menjadi sangat memberatkan Raden Wijaya di sana menjalankan surat

51. ke Sumenep diserahkan kepada Raden Arya mencari daya upaya lagi dan lagi pula memberitahukan segala sesuatu yang ada di Daha Raden Brawijaya lagi sekarang ceritakan sehari tidak menghadap

52. membuat kepribadian menggambarkan dirinya meniru cerita lama ketika Dewi Sita diculik dibawa ke istana Lengka berserakan dan akhirnya ketahuan memilih

50. kalih kneh jagate suba kapriksa sang Prabhu sayan lali tken pancabaya baya pan dadi titah dadi manden rani gigis Raden Wijaya ditu nyalanang tulis

51. ka Sumnep kasrah tken Raden Aryya ngalih upaya bwin tur makatauwwang sinikase di Dha Raden Brawijaya malih mangkin satwayang adinda twara nangkil

52. nggae talingkahan raga ne gambarang nurah critane riin duke Dewi Sittha di jro Lengka kajarah kaoyag katara milih [ 119 ]111

menghunus keris ada di sana yang telah disediakan

53. beralaskan kertas bentuknya nyata rambutnya indah sisirannya rapi tujuannya jelas prajuru itu semuanya memuji-muji senyumnya I Sora suaminya baik

54. Pantas sekali penampilannya menjinjing kepala I Medang lalu menjawab kanda begitulah sudah sikapnya dengan muka tebal ditakuti orang setiap hari tertawa bersemaan terpingkal-pingkal setiap yang mendengar

55. ih warga dalem ikut diceritakan melirik matanya melotot kabur sangat tegang sosok cahaya mukanya jernih

ngembus kaduran ada ditu kadamping

53. madasar kareras papin dane sinah bokbokannyane rawir sasitsitan slar ulengannyane kdhas kadehane ngalem sami knying I Sora mwanin ipune bcik

54. Pantes pisan sbenge nadtad punggalan I Mdhang manyautin bli kelo suba jnenge ngadu pongah takutin jalma sai kdek mabriyag engkel asing miragi

55. ih wargga daleme milu magambarang nirek matane nlik bureng sanget sengat pangus sbenge gtar [ 120 ]112

I Sora berkata dan
tersenyum
mengenai hal di mana jalan
cerita yang diambil

56 . barangkali pada waktu
masuk dalam hut an
lalu mencari bantuan
melawan I Rawana
pada akhirnya berakhir
Desa Lengkanya kacau
pada waktu itu datang
Ni Sodrekara secara
sembunyi-sembunyi


57 . para pembantunya terkejut
dan kebingungan keluar tetapi ada yang masih
tertinggal
oh kamu yang datang itu kata I Pamandana wahai
para pembantu segeralah
manghadap ke sini
Raden Wijaya terperanjat
31 b me // noleh tersenyum

58. Ni Sodraka mengusap-usap kakinya sambil menyembah nyembah
duh paduka seperti
bermimpi

I Sora maatur kning bnengan dija
lalampahane mambil

56. manawi dawge nyusup
jroning alas
ngraris mangrereh kanti
ngrusak I Rawana
kapuputan nyidayang
Desa Lengkane judi
kalangan leka
Ni Sodrekara nyilib


57. kawulane langkejul sisu ka
jaba
sokade anae kari ih nyai ko tka
munyin I Pamandana
nah parek enggalang mai
31 b Raden Wijaya kagyat ma
tolyan knying


58. ngusap cokor Ni Sodra ka
nyumba-nyumbah

duh ratu kadi ngipi [ 121 ]

113

gembira hati saya

tidak lain hanya pemberian

Tuhan

saya sudah mati hidup lagi

karena dapat

melihat paduka pada hari ini


59. beliau adik paduka hamba

beritahukan

sering sampai larut malam

tidurnya gelisah

tidak lain dibicarakan

kedudukan paduka di sini

maka hamba

tanpa izin datang ke sini


60. lagi pula beliau adik Paduka

lebih dahulu

ketika baru datang ke istana

Sri Baginda Raja mencari­-

cari

beliau sama sekali tidak

suka

diambil dijadikan istri

kalau dengan cara paksa

pasti memperpendek umur


61. sampai pucat beliau bekas

dikurung

mengurangi tidur


lyang pamanah tityang

wantah bhatara icca

tityang padem malih urip

antuke siddha

nangah i ratu mangkin


59. ida rain i ratu aturang

tityang

nyabran makadoh wngi

preme belasak

tan lyan kabawosang

linggih i ratu iriki

awanan tityang

mabos rawuh mariki


60. kalih ida rain i Ratu riinan

daweg wau ka puri

sang Prabhu mburutang

ida tan sudi pisan

kaalap kaanggen rabi

yan maprakosa

janten munggelin urip


61. kantos acum ragane pcak

madhapa

mrem kang nunain [ 122 ]

114

kebetulan mengangkat putra diatur oleh Sri Baginda Raja itulah sangat membuat segan Raja Daha sulit pikirannya sekarang

62. kemudian adik Paduka berbuat apa adanya diri beliau sendiri disakiti sering berpuasa Paduka yang diharap-harapkan bertemu lagi sekilas Raden Wijaya sesak nafas menahan tangis

63. bersimpuh tertariknya I Pamandana

32 a // perasaan di dalam hati aduh jiwa ragaku ingat Paduka dengan hamba berdoa dengan hati yang tulus Raden Wijaya makin merasa tertekan dan bingung

64. prajuru itu susah semua memikirkan ada yang datang menangis

katuju ndamaputra pandikandha sang natha punika banget ngemadin sang Prabhu Dha rikat kahyune mangkin

62. Raris rain i Ratu nangun sasiddhan ragane kasungkanin sabran ngupawasa i ratu kaistiyang mapanggih maliha palih Raden Wijaya begbegan ngmu tangis

63. maledoh kalangene I Pamandhana

32 a // pangrasane di ati aduh atma jiwa eling Ratu ring tityang ngacep antuk brattha lewih Raden Wijaya sumingkin engsek paling

64. kadehane ibuk padha ma knehan adane muug ngling [ 123 ]115

I Mahisa Wagal
mau mengamuk keluar
I Sora makin erat memegang
makin gelisah
Raden Wijaya menangis

65 . menjadi marah berkeinginan
meneruskan tidak tidur I Sora cepat mengetahui
lalu menasihati dan
janganlah
terlalu terburu-buru berpikir
runggulah kata kakanda kalau tidak ditunggu
mung kin buruk yang akan
ditemui


66 . kalau dianggap benar
sebaiknya adakan pember ian
titipkan ke dalam is tana
di sana dititipkan
selengkapnya beserta
pakaian
empat buah cincin
bagus-bagus
terbungkus rapi
dengan gambar yang dibuat
tadi


i Mahisa Wagal
nagih ngamuk psuwan
I Sora nkekang ngisi
sayan ngadesah
Raden Wijaya nangis

65 . dadi renget makayun
nglautang ndhaga
tangeh I Sora glis
makeling sampunang
gagison pakayunan
antosang rawos i bli
yen tan jamosang
pilih kawon kapanggih

66 . yan kapatut bcik wen
yan kapalUt bcik wenten
ang paicca
papetang ka jro puri
ditu kattitipang
sakuub miwah was Ira
bungkung patpal becik­
becik
makaput melah
ban gambareka tuni [ 124 ]116

67 . Kakak Sodrakara ini bawa
persembahkan
saya masih sayang pad a jiwa
tidak menghitung rasa malu
lupa dengan kasta
datang menjadi abdi di sini
jadi bawaan
adikku sebabnya datang ke sini

68. sudah selesai menyampai
kan pesan Ni Sodrakara

32 b // mohon pamit lalu keluar Raden Bagus keluar
melaporkan kesedihan
di pinggir sungai berjalanjalan
I Pamandana
pembamu kecil ikut

69 . I Rudita namanya dan I
Wirajata
berasal dari kaum
bangsawan Singasari
ini yang menyalahkan
membawa sorok dan jala
putus ceritanya lagi
sekarang diceritakan

67. embok Sodrakara ne aba
aturang
ryang nu nyayangang urip
twara ngitung jngah
engsnp teken kawangsan
tka ngawulane dini
dadi tadtad£ln
iyadi krana nuli

68. suba pragat mbesenin
Ni Sodrakara

32 b // mapamit gelis mijil
Raden Bagus kadal
nglapur kasungsutan
di tpin yehe malali I Pamandhana parekan crik ngiring

69. I Rudhita adanya mwah
I Wirajatha wit menak Singhasari
puniki ngiwangang
ngaba sorak pencar
punggelang satwane bwin
jani ucapang [ 125 ]117

matahari sudah condong ke barat

70. sudah terbangun Dyah Sutawan di tempat tidur bekas pusing tadi mendengkur di tempat takut menunggu dipanggil bantalnya yang selalu ditelungkupi rambutnya terurai kusut banyak melilit

71. seperti mendung yang berkumpul penanda akan turun hujan pinggang lurus dan ramping seperti pelangi penglihatannya jauh sekali seperti meniru cahayanya petir cahaya mukanya bersih seperti langit yang bening

72. penglihatannya seperti sinar bintang bentuk mukanya seperti bulan terbayang seperti Dewa Asmara

suryyane suba lingsir

70. ba matangi Dyah Sutawan di pamreman laad linyunka tuni ngrek di pamreman rakut ngantyang kasengan galenge tan sah kakebin rambute buyar samben lyu makilit

71. sawang gulem ne ngembun mangmu ujan madya rurus tur ramping kadi kalialah panyingakane sawat nurah saledetan tatit sasbeng kusya mairib langit hning

72. buka bintang palyate pakantenan warnnane pola sasih

marawat smara [ 126 ]118

perasaan Dyah Sutawan tak menentu dan ketakutan bukan main takutnya keluar

33a 73 tiba- // tiba datang Sodrakara lalu menyembah tergesa-gesa berkata ini pemberian kakak paduka lihat segala sesuatu dari mereka diterima baik berupa surat lihat di pembungkusnya


74. lagi pula ada pesan beliau pada hamba hamba diutus lagi kembali keluar bagaimana perkataannya akan saya bawa sekarang perintahkan pada hari ini secepatnya

75.kakak Paduka bagaikan kumbang melihat bunga yang harum yang ada di dalam taman kira-kira dapat melihat

kayune Dyah Sutawan kesyar-kesyor twara mari jejeh ngatugtag wtu emeng tan sipi

33a 73 sa // get tka Sodrakara saha sembah papeson matur manis puniki paicca rakan i ratu cingak sadaging ipune tampi madewek surat ring pangapute aksi

74. malih wenten pabsen ida ring tityang tityang kautus malih ka jaba matulak punapi pawacana juga gawan tityang mangkin pangandikayang tpengang kni glis

75. rakan i ratu kadi tambu lilingan ngawas skare miik sangijroning taman bantas polih macingak [ 127 ]119

belum dapat mengisap sarinya paduka tidak lain bagaikan bunga yang harum

76. Dyah Sutawan perasaannya tidak enak ketika mendengarkan dan bangun duduk ncngusap mata mata bengkak menambah kecantikan rambutnya terurai lalu diambil terus di sanggul sanbil menjawab dengan pelan

77. saya sangat berterima kasih atas ketulusan hati Kakak tapi yang di rumah pemberiannya agak murahan pembungkusnya seperti

33 b lebih // berat tidak dapat diukur

78. cocoklah dipakai perhiasan Dewi Sita Kakak ibaratkan seperti bentuk di kertas

durung polih ngisep sari i ratu tan lyan maraga skar mik

76. Dyah Sutawan ngras kayune mamirengang tur matangi malinggih ngusap panyingakan bengul ngimbuhin mlah rambut sambeh paglawir saup pusungang sambil adeng nyaurin

77. duh kaliwat-liwat bantyang nyuksmayang Swecan kayun i bli nanghing ne jumahan paicane temberan pangaputnyane makadi

33 b makabo // bottha twara bakat timbangin

78. pantes anggon papahyasan Dewi Sitta ne siptayang i bli mapinda di kretas [ 128 ]120

seorang wanita mulia setia pada suami tiada bandingnya merusak perasa susahnya seperti di kawinkan

79. tiba-tiba datang seorang pelayan dari tempat tidur atas perintah dari Permaisuri jongkok kemudian berkata sopan sambil menyembah apakah Paduka sehat Paduka dipanggil sekarang untuk membenarkan kelakuan orang Jawa

80. barangkali yang mana cocok ditaruh di tengah juga yang mana untuk di pinggir itu yang tadi Paduka dikatakan sedang dalam keadaan sakit yang tadi Permaisuri juga sakit maunya berkunjung ke sini

anak istri uttama patibrattha tan patanding ngrusak pang rasa ibuke ala antenan

79. saget pangayah ali pasaren tka putusan pramiswari nyongkok matur nyumbah nawi Ratu pakenak ratu kasenganne mangkin pacang matutang papanen bikas Jawi

80. yan punapi anut magnah ring tngah kalih jaga ring tpi sane ikatunyan Ratu katur panungkan ne inuni Pramiswari taler panungkan ukuh nglawad mariki [ 129 ]121

81. baiklah sekarang sudah
waktunya mengabdi
lalu berjalan bersama-sama
tidak ada yang berhias
rambut terurai
bersanggul tanpa bersisir
makin diperhatikan
rupanya menarik hati

82. setelah sampai di tempat
tidur diceritakan
orang yang bercerita merasa
sedih

34 a //banyak mendapat
menjaring
menyuruh mengambil
suguhan
di tepi sungai yang sejuk
selesai dimasak
ikannya disimpan dengan
baik

83. para juru dan rakyat ramai
makan bersama
siang malam tidak henti-hentinya
bersenang-senang
menghibur hati yang sedih

jalan suba mamarek suba
etangan
raris sareng mamarggi
twarada mapahyas
rambut masurambeyan
maglung twara masuri
sayan kawangwang
warnnane nudut ati

82. sarawuhe di pasaren
kacarita
sang manglalipur sdih

34 a // lyu mbaan mencar
nunden njuwang gibungan
di sisin tukade htis
Puput maolah
mbene maapikin

83. kadhehan mwah panjak
rame magibungan
pteng lemah tan mari
ngadakang sasukan
nglipur kayune bungsang [ 130 ]122

setiap pulang dari menghadap Raden Wijaya ikut hanya berdiri

84. Waktu itu datang surat untuk Raden Arya memberitahukan supaya segera Raden Bagus meminta untuk membangun desa Trike sudah permisi Raja mengizinkan bebas datang mengisinya

85. sudah diberitahukan kepada Arya Wiraraja mengenai hutan yang akan dikerjakan segera diberi hadiah di sana orang Madura banyak datang ke Terik lama-lama ada makanan tidak mencukupi

86. di sana tersebar di hutan mencari makan ditemukan buah bila yang rasanya pahit

tunggal mantuk uli nangkil Raden Wijaya milet bates ngadgin

84. ditu tka surat aturan Raden Arya ngaturang apang ngraris Raden Bagus nunas nangunang nganggo desa Trike suba kapamit sang Prabhu icca bebas teka ndagingin

85. kapiuningan suba Aryya Wiraraja ban alase di terak gantas kapaicca ditu i wang Madhura yu tka nanggas ka Terik kaswenan ada kasangon kwang bhukti

86. ditu sambeh di alase ngalih amah nadakang bila pait [ 131 ]123

semuanya kebingungan buah apa saja dapat dimakan semua mengatakan pahit yang lain muntah karena rasanya memabukkan

87. yang sudah memungut lalu dibuang-buang,

34 b buah bi // la pahit banyak orang yang heran makanya disebut daerah Majapahit itu sebagai bukti siapnya memerintah bumi

88. siang malam tidak lagi diceritakan daerah di Terik sampai berupa desa datar dan luas menurut tafsiran akan jadi baik dengan cara mengusahakan Raden Aryya menyeleng- garakan

89. makin dekat sehingga orang-orang Madura

makjang kemengan bwah apa bakat amah makjang ngorahang pahit lenan ada ngutah ban rasanya munyahan

87. nene suba nuduk kaentung- entungan

34 b bwah bi // lane pahit lyu anak ngangobang sangkan payu kesambat tatanggas Majapahit nto cirin siddha sadyane muter gumi

88. pteng lemah malih twara da kaucap panangease di Terik kanti minda desa mlah napak tur jimbar tatakehan pacang bcik saking nyaahatang Raden Aryya ngitungih

89. sayan paek pan kanti wong Madhura [ 132 ]124

mengungsi ke Majapahit meskipun orang-orang Daha juga dekat datangnya I Wiraraja memberitahukan Raden Wijaya datang ke Majapahit

90. diceritakan Raja sudah berhias pagi-pagi sekali akan dihadapi keluar ke halaman istana penuh para camat para pengikut banyak yang hadir Patih Mundarang sebagai tokohnya menghadap paling awal

91. orang-orang jongkok di sepanjang jalan senang semua melihat Raden Brawijaya datang pada saat upacara dimulai berjalan tak beraturan pada waktu menghadap seperti pelayan Dewa prajuru itu menakuti

mgungsi ka Majapahit yadin i wong Dha masih paek tekanya I Wiraraja ngaturin Raden Wijaya rawuh ka Majapahit

90. kacarita sang prabhu sampun mapahyas pasmongan katangkil mijil ka bancingah tbeng para punggawa prarangga prakbo titib Patih Mundarang mucukin negak nangkil

91. pajongkok jalemane salantang margga suka padha ngiwasin Raden Brawijaya rawuh saupacara majalan ngambyar ngarepin mirib gandarwwa kadehane ngresresin [ 133 ]125

92. bersuara gemuruh berduyun- duyun sampai di bawah halaman istana

35 a Ra // den Wijaya cepat cepat menurunkan selimut berwarna merah dan hijau memakai selendang sutra berwarna putih memakai sarung keris yang bersih terpotong-potong kayu berwarna hitam dengan baik

93. sampai di hadapan Raja jongkok sambil menyembah Raja gembira melihat I Yagus Wijaya pertama kali Kakek melihat wajah mukamu Agus sekarang sangat menyenangkan hati Kakek

94. baiklah Paduka atas ketulusan hati Paduka sebabnya seperti ini karena terlalu gembiranya menjawab sambil tertawa Raja duduk menunduk

92. gredeg nering ngiring tked beten bancingah

35 a Ra // den Wijaya giis kampuhe tdhunang mabikas barak gadang mabulang sutrane putih morangka danta pelet mackah bcik

93. tked dhi payunan nyongkok saha sembah sang Prabhu Iyang ngaksi I Yagus Wijaya Tumben kaki ngantenang sasbeng Aguse jani nyukanin idep kaki

94. inggih Ratu antuk swecca pakayunan awanon sapuniki legane kalintang nyaurin sambil icca sang Prabhu nguntuk malinggih [ 134 ]126

Raden Wijaya menghadap ke atas lalu menyembah

95. menoleh melihat Raja Rai Winotan menyembah dan berkata dengan tersenyum bekasnya suram sekali kelihatan matahari itu mungkin sudah memberi tahukan menjelang pagi yang menyebabkan menjadi senang dengan berjalan-jalan membawa senapan

96. tertawa Raja ah wajariah anak muda memang senang melancong kelahiran Madura senyuman yang digunakan untuk mencari hanya 12 pasti dapat banyak semak-semak di perkebunan dibakar

97. I Wagal berkata henar 35 b sekali // itu kandang dibangun lebih dulu

Raden Wijaya nyumbah munggahan nangkil

95. nolih ngaksi sang Prabhu rai Winotan nyumbah maatur knying pcak remrem pisan kanten suryya punika pilih ngatag galang kangin engken doning enak mencareyan mambedhil

96. mingis sang Prabhu ah prah anak bajang mula dmen malali tumbuhan Madhura knying anggen pangulah angan roras polih ugi hbete katah ring rendange enjutin

97. I Wagal matur patut 35 b pisan pu // nika garogol wangun riin [ 135 ]127

supaya lebih luas diperbanyak jerat dan ranjau jalannya binatang masuk pintu penutup buka dan tutup segera

98. Raja tertawa semua menteri itu senang benar itu dilaksanakan Bagus besok pergi terbayang dalam bayangan datangilah ke Majapahit tetapi harus secepatnya lagi kembali ke sini

99. supaya jangan terlalu sepi di negara terutama Kakek cukup lama ditinggalkan oleh Agus pergi Winotan berkata sopan benar sekali pasti sepi di sini

100. Raden Bagus tersenyum berkata sambil menyembah baiklah tidak akan lama hamba lagi kembali tetapi tunggu di musim terang

mangda masalwanan pakehin lutih sungga marggin burone mangranjing gaglebegan bukayang uneb glis

98. sang Prabhu mingis sa pramantrine lega bneh ento jalanin bagus mani lwas mugroh jroning rarangan tkain ka Majapahit nanghing enggalang bwin matulak mai

99. apang da bas sanget samun di nagara makadinya kaki maklo tong nyandang kalahin Agus lewas I Winotan matur bhakti sawyakti pisan janten samun iriki

100. Raden Bugus knyem matur saha sembah inggih tan wenten lami tityang malih ulak nging amos masan trang [ 136 ]128

hamba sekalian permisi jadi besok dipagi hari hamba berangkat

101. Raja mengangguk lalu pergi ke istana Raden Wijaya pulang menuju ke pondok begitu datang ke tempat tidur langsung tidur bantalnya ditelungkupi teringat akan masalah yang dibicarakan adiknya akan berpisah

36 a dihibur-hiburnya //

102. sedikit pun tak terlupakan tersedu-sedu menangis merasa ditinggal mengakibatkan perasaan menjadi kusut sebab keduanya adiknya berjauh-jauhan sama-sama berbeda tempat

103. dalam hati jadi bingung seperti jadi serba salah menyebabkan bertambah sedih


tityang sapisan mapamit durus ne benjang smeng tityang mamarggi

101. sang Prabhu manggutan budal ngapuriyang Raden Wijaya mulih ngungsi papondokan bu rawuh ka pamreman chug galenge kakbin kangen mawosang raine pacang blasing

36 a palila-lilayang //

102. tong lali akdhap sango-sango manangis mrasa bu usaddha ngawiragas laga reh raine makakalih maajoh-johan padha mlenan gumi

103. pitungane emeng dadi alah bengkang mapwara sayan sdih [ 137 ]129

tidak punya akal untuk memikirkan diri sendiri air matanya ditahan usap-usap dengan tangan semakin deras keluar

104. Raden Bagus tidur I Sora makin mendekati perlahan-lahan berbisik-bisik kamu Wirajata dan Ni Sodrakara ke sana segera juga harus cepat-cepat ke kota melancong

105. yang diutus sudah berangkat ceritakan di rumah Dyah Sutawan mendengar Raden Bagus diceritakan sudah berangkat pulang berdomisili ke Majapahit Raja tersenyum merencanakan pergi besok

106. terisak-isak Ni Sodraka berkata dan menyembah ya Raja mungkin Tuhan yang menyebabkan sengsara

twara nglah daya ngencanin kayun raga yeh cingake pakowatin usap ban tangan semingkin meles mijil

104. Raden Bagus sirep I Sora ndeskang adeng makisi-kisi cai Wirajata miwah Ni Sodrakara kma enggalang ne jani masih enggalang ka nagara malati

105. ne kautus majalan di jro ucapang Dyah Sutawan miragi Raden Bagus kocap suba mapamit budal madesa ka Majapahit sang Prabhu icca ayat lungha ne mani

106. sngi-sngi N Sodraka matur nyumbah duh Ratu kapo widhi ngaryyanang sangsara [ 138 ]130

baru punya perasaan enak lagi sakit parah bertumpuk-tumpuk banyak dewanya yang tidak senang

107. sebaiknya dia kakak Paduka jangan

36 b datang menginjak ke sini supaya lebih baik penyakitnya ditahanlah ini datang yang kedua kalinya sangat tidak dimengerti pikiran hamba sekarang

108. benar kakak saya tidak mengira sama sekali dengan kata-kata kakak dengan orang yang ksatria bukan Raja mulia pikirannya kurang setia akhirnya hilang jadi buyar ikhlas pergi menjauh

109. nah memang tidak bisa disembuhkan tetapi yang dipakainya cuma satu terserah nasib kita

wau makayun enak rahat panungkane malih masusun katah dewane ja bas dhengki

107. pisan ipun rakan i Ratu sampunang

36 b rawuh ngentap iriki mangda pisan-pisan panungkane tahanang niki tka mingkalihin banget kamagan manah tityange mangkin

108. saja embok tyang tong madaya pisan ken rawos i bli ban anak satriya tusing ratu utama kayune kwangan tindih dadyanya myang tinas budal ngejohin

109. nah mula sing dha dadi pacang sgerang twah kaanggonnya absik tuduhe sarannya [ 139 ]131
biarkanlah saya sendiri
biarpun hidup atau mati
supaya tidak repot
menerima kehendak Tuhan

110. mengusap-usap air mata Ni
Sodrakara
Paduka janganlah lupa
berpegangan pada tata cara
loyalitas itu harus dipegang teguh
pemberian itu semua diibaratkan
seperti mencari kakak
Paduka

111. kalau diceritakan kata-kata di dalam istana itu panjang
Ni Sodraka keluar membawa sesuatu pura-pura tidak tahu I Wirajata dijumpai Juga Rudita juga berpura-pura
melancong

37a I Rudita tertawa // terbahak­ 112 bahak saya

dpang tyang padidyan
yadin idup yadin mati
apang da rembat
nampi panitah Widhi


11O. muyadsadin yeh mala
Hi Sodraka ra
Raw sampunang lali
ngamlang sasana
subhakline lindihang pakirim punika sami
parisasaltang
rakan i ratu istri

111 . yen satwayang rawose di puri lantang
Hi Sodraka mijil maaba-abayan nyaru twara da nawang
I Wirajatha kapanggih mwah I Rudita masih nyaru malali

37a I Rudhitha kdhek // losan 112 tiyang [ 140 ]132

menunggu dari tadi kebetulan berpapasan tersenyum Ni Sodrakara cepatlah berjalan pulang beri tahu akan datang ibu pada hari ini

113. berjalan bersama-sama tiba di pesanggrahan dijumpai sudah penuh para undangan kuda semuanya sudah siap akan penyelenggaraan besok Raden Wijaya di tempat tidur duduk

114. tiba-tiba datang Ni Sodraka segera mendekat I Sora menyapa nah silahkan ke dalam menghadap ke tempat tidur Raden Wijaya mendengar sepertinya terkejut berkata dan tersenyum- senyum

115. ingat-ingatlah Kakak berjanji pada saya masalahnya tidak dibela nganti uli katuni katuju mapapas knyem Ni Sodrakara Jalan te enggalang mulih aturang tka meme bwin ne jani

13. bareng majalan tked di pasanggrahan katpuk subse titib jalma sarathan jaran padha madabda pacang pangrembate mani Raden Wijaya di pamreman malinggih

114. Saget tka Ni Sodraka enggal nyagjag I Sora manyocapi nah nglawut mulyan mamarek ka pamreman Raden Wijaya miragi masawang kagyat ngandika knying-knying

115. inget-inget embok su makuta tyang bane kwang tindih [ 141 ]133

bukannya sifat seorang bangsawan ingkar seperti ikhlas menjauh tinggal sekarang begitulah diberitahukan ditanyakan adikku

116. saya mohon karena bersalah harus dihukum nah beri tahukan kepada adikku saya tidak akan ingkar dengan kata-kata saya bingungnya bukan main menjadi ingkar janji lupa dengan kata-kata

117. tetapi begitu kalau saya punya umur panjang

37 b saya ber // sedia lagi kemari menyampaikan kepala mengubah perilaku sebagai pembantu terhadap Raja di sini Jangan tidak percaya beritahukanlah adikku

118. Ni Sodrakara tertegun lalu menyembah dan mempersembabkan sesuatu pemberian sing ja bikas menak mitya mairib tinas ngejohin madesa jani keto aturang pisesedin i yadi

116. tyang nunas pamresisip pamidanda nah sadukan i yadi tyang sing ja piwal tkening munyin tyang ngae kmagan tan sipi dadi malecca palih tkening munyi

117. Nanghing keto yen tyang awet dadi janma

37 b ryang sa // dya bwin mai ngaturang punggalan nyalinin bikas manjak tkening sang Prabhu dini nda sangsaya piuning ja hyadi

118. Ni Sodrakara caneg ma kapyut nyumbah tur ngaturang pakirim [ 142 ]134

karena ada tanda-tanda akan menyerahkan kepala lalu mohon pamit tuanku mudah-mudahan juga berhasil pekerjaan itu

119. sudah pergi I Sodrakara I Sora mungkin Paduka berkata dia Nia Sodraka mengerti dengan kata-kata sindiran Raden Brawijaya tersenyum ah paman Sora namanya saja dalam istana

120. selimut pemberian itu diambil dan dibuka berisi kata-kata yang menyenangkan di tengahnya berbentuk tunjung menonjol dua di batu yang hitam dan indah berisi ukir-ukiran menarik sesuai dengan sisinya bane kasiptayan pacang masrah punggalan karasa laut mapamit ratu dumadak siddha karyyane ugi

119. suba budal I Sodrakara I Sora matur Ratu manawi ipun Ni Sodraka tangeh ring sasiptayan Raden Brawijaya mingis ah Bapak Sora bas anak isin puri

120. kampuhe pakirim jmak tur kberang malengkara ngedanin di tngah mapinda tunjung malodlod dadwa di batu iteme rawit makakarangan langa manut tpi [ 143 ]135

121. kedap-kedip rupanya berkelap-kelip pekerjaannya rapat dan indah hanya pekerjaan tangan tertarik setiap yang melihat karena kelihatannya tidak begitu manja Raden Wijaya bingung bercampur sedih

122. Dyah Sutawan tidak henti- hentinya dilihat-lihat

38 a // menyita waktu setiap hari Raden Brawijaya polanya itu diperhatikan menggerutu sambil mencubit-cubit yang ditengah-tengah ciri-cirinya hancur-lebur Sri Sukanya Sri Singa Labaka sudah terkenal perkumpulan yang baik di mana akan dicarikan karena memang utama laksananya memang baik sifat dan perilakunya juga baik

121. pokadepdep gobannyane Kenyab-kenyab ktegane nges alim twah pakarddhin 1angan cumpu asiing ngantenang pangaleme tani gigis Raden Wijaya inguh mawuwuh sdih

122. Dyah Sutawan tan pgat kacingak-cingak

38 a // nantung pitungan sai Raden Brawijaya papindane pdasang ngremon sarwwi nundik- nundik nene di tngah sasiptayane latig

123. Sri Sukanya Sri Singha Labaka lumbrah pamupulan sarwwa lewih dija kar alihang anak mula uttama pamarggine mula bcik tatingkahan melah [ 144 ]136

apa pun yang dilaksanakan serba baik

124. begitu cepat menafsirkan terhadap kakaknya yang masih berada di sebelah timur Madura itu Raja Sukanya pantaslah menjadi Permaisuri selalu teguh tidak bisa dikagumi

125. begitulah pikiran Raden Wijaya bertambah sedih jatuh cinta kelewatan terlalu sedih sesak menjadikan lupa diri I Pamandana takut dan kebingungan membantunya

126. semua prajuru menangis tersedu-sedu mengeluarkan kata-kata sedih paduka junjungan hamba sing solahang sarwwa bcik

124. tka sanget cacepsan masasiptayan tken rakane kari di dangin Madhura ento Prabhu Sukanya pantes nyneng pramiswari pageh satata twara da bisa gunggih

125. sapunika kayune Raden Wijaya maimbuh-imbuh sdih kasmaranne mamrat sungsut kalintang-lintang engsek dadi twara meling I Pamandhana Jejeh sisu nulungin

126. kadhehan paslegut negling makjang masasambatan sdih ratu gustin tityang [ 145 ]137


apa itu yang menyebabkan kalau setiap hari seperti ini ingat-ingatlah Paduka jangan sampai lupa

127. Raden Bagus sadar mengingat-ingatkan diri I Sora yang memberikan segera air untuk membasuh muka setelah dipakai mencuci muka lalu berkata agak cemberut hai paman Sora rasa-rasanya besok

128. sepertinya tidak akan sampai di sana di tempat tujuan biarlah mati di sini jiwa dipersembahkan terhadap Raja Daha kalau mati mengamuk di istana selamat dapat ditemukan dengan emas dan manik hamba


punapi ja ngaryyanang doning nyabran sapuniki eling-elingang Ratu sampun bas lali

127. Raden Bagus eling manegiegang rangga

38 b I Sora mangaturin toya raup enggal suba karaupang ngandika masawang jngis ih bapa sora rasa-rasanya manni

128. buka tong tked ditu di mararyan dpangin mati dini uripe aturang tkening Prabhu Dha yen mati ngamuk di puri swasta kacingak ban mas tityange manik [ 146 ]138


129. baiklah paduka saya ini I Wagal sendirian mohon diri mengamuk ke kota janganlah bersamaan pasti hancur-lebur semuanya Daha itu saya injak-injak sekarang

130. makin bingung pikiran I Pamandana malu sekali mendekati I Wagal cepat-cepat menerobos mau keluar I Sora mendekati dan memegang melakukan sembahyang dengan kata-kata kasar ah benar kamu berani

131. saya kira ada yang menyembelih kambing dan kerbau besok jadi bisa sendirian kamu di sini mati junjungan kita bagaimana laki dan perempuan tidak dilihat I Misa Wagal dendam dan termenung serta membisu

1129. inggih Ratu puniki tityang I Wagal padewekan mapamit ngamuk ka nagara sampun ja masarengan janten dekdek lidek sami Dha punika ijak tiryang ne mangkin

130. sayan emeng knehe I Pamandana lek gati manyagiagin I Wagal ngenggalang nrobos nagih peswan I Sora nyagjagin ngisi

masajen banggras

ah wanen saja cai

131. kaden ada nampah kambing benjang misa

dadi bakal padidi cai dini bangka gustin gelahe kudyang istri kakung sing datolih

I Misa Wagal jngah bngong mamendil [ 147 ]139


39 I Pamandana berpeluk // an

132. erat berkata dengan memohon belas kasihan aduh paduka kuatkanlah pekerjaan itulah ditekuni usaha kita supaya tidak ketahuan mencelakakan diri apabila ini dituruti

133. dan itu juga nasihat Raden Arya nasihat daya upaya yang baik mungkin akan berhasil sekarang pasti akan ketahuan bila nafsu itu dituruti janganlah goyah rusak dan bergoyang akhirnya

134. banyak yang meminta nasihat Raden Wijaya masih bingung merasakan menuju ke tempat tidur kemudian meringkuk


39 a I Pamanda ngatkul // nglut

132. raga matur ngolasang ati

duh ratu paghang karyyane palengpengang upayane mangde sangid

mencanen raga yen tuukin puniki

133. kalih punika saatur Raden Aryya pitket dayasandi

meh jaga kasiddhan ne mangkin janten wera

yen kamdendrane ulurin sampunang obah rusak oyag pangiring

134. lyu atur pamungu-mungu nawgang Raden Wijaya kari begbegan mangrasa ngarojog ka pamreman mabungkelek myapit tumuli [ 148 ]140


tidak diceritakan setelah malam diceritakan besoknya

135. ribut terburu-buru ada yang bingung mengambil kuda yang lain mengambil burung semua memuja anjing ada yang membawa kendi bersamaan dengan sapi lain lagi ada yang bersiap- siap berjalan mendahului

136. Raden Bagus sudah menunggangi kuda berjalan dipayungi sampai dengan prajurunya semua menunggangi kuda orang Madura banyak yang mengantar sebentar saja sudah jauh sekali jalannya lancar

137. sampai di perempatan

39 b yang besar ter // pencar orang-orang yang menonton Raden Brawijaya


tan kacarittha pteng satwayang mani

135. mabyaywan ada sisu nymak jaran len ada nymak kdhis basong padha nyarcca ada ngaba caratan mapangdengan ban sampi len ada ngrembat

majalan ngamalwin

136. Raden Bagus sampun ngalinggihin kuda mamarggi mapayungin tkaning kadehan padha negakin jaran wwang Madhura tbeng ngiring akjap sawat

tindakane narisdis

137. tked di pempatan agunge 39 b pasa // nial jalmane mabalih Raden Brawijaya [ 149 ]141

prajuru sekalian semua yang mengantarkan menunggang kuda cepat-cepat turun masih membawa pecut

138. menurunkan selimut dan tulisnya asli berwarna berikat pinggang sutra berwarna ungu pangkal keris berkilau orten-ortennya berpola kupu-kupu mengisap sari rambutnya terurai indah lipatannya

139. jalannya pelan-pelan halus dan santai di depan upacara di samping tempat duduk Raja anjing banyak herkeliaran mendahului dengan burung seperti pemikat bersama dengan senapan

140. yang menonton laki perempuan merasa heran upacaranya di sini


kadehane makjang sapangiringe negakin

tuunan enggal hnu ngaba camti

138. nyrodang kampune jos tulise mawarnna mabulang sutre tangi

orangkane ngranyab papulasan mapinda kupu-kupu ngisep sari rambuten buyar langa malipat aking

139. pamarggine banban alus magamparan upacara ngarepin di samping palingghyan

basong lyu madandan ngamalwin miwah kdis soroh pamikat bareng tkening bdil

140. mabalih angob luh mwani ngrawosang upacarane dini [ 150 ]142

miliknya di Daha tidak ada yang mirip memang tidak tercela orang yang utama Raden Wijaya semua upacaranya baik

141. lagi pula rupanya ganteng tak ada bandingan perhitungan yang menonton mungkin menyebabkan orang gembira makin jauh sekali Raden Wijaya berjalan di Desa Daha semua menderita sedih

142. laki perempuan sepertinya mati menyesal

40 a // satu pun tidak ada yang sadar Raden Brawijaya memutar daya upaya segera melewati kota banyak desa banyak yang sudah dilalui

143. perjalananya pada waktu bulan kesembilan


dwene di Dha sing da angan mainab mula twah nulus sang lewih Raden Wijaya saupacara bcik

141. tur warnnane bagus tong bisa marnnayang paitungan mabalih kapo kapaegar

sumingkin ejoh sawat Raden Wijaya mamarggi di Desa Dha makjang sangosdih

142. luh mwani ambulmati mapang enan

40 a // tong tangeh bsik-besik Raden Brawijaya ngidrang indrajala glis ngalintang nagari soroh padasan lyu suba kentasin

143. pajalane nmonin sasih kasanga [ 151 ]143


turunnya hujan terus- menerus air tergenang becek sepanjang jalan tanah becek menyulitkan orang melakukannya usahanya seperti

144. makanya sering berhenti sambil bersenang-senang menuruti kesenangan hati ada yang masuk hutan berburu dan mencari burung berburu menggunakan senapan yang lainnya berpencar tidak kurang kemauan

145. matahari bersinar redup pelangi kelihatan membentang guruh berbunyi jauh sekali semua menjadi gembira gunung itu banyak popohonannya yang indah pepohonan kelihatan hijau dituruni hujan ada tumbuh masuli


sryokan ujane titir

hyehe makembengan buug salantang jalan Ibok dalem makewehin janmane ngrembat Saratane makadi

144. sangkan janggel-janggel sambil makasukan ngulurin dmen ati ada ne mangalas maboros mapapikat mageroh mamalem bedil

ada len mencar twara kwangan buddhi

145. Suryya remrem kalialah kanten nyalebat

greh sawat mamunyi pada ngawe liyang gununge rentab mlah kakayone ngenah wilis cpolin ujan

mentik ada masuli [ 152 ]144

Pupuh Sinom

1. perjalanannya tujuh hari sampai di Majapahit menuju ke sebelah utara pesanggrahan hiasan di pura yang dilihat berhadapan dengan sungai yang jernih

40 b ada yang mengalir // dari barat dari selatan juga ada percampuran airnya menakuti gemuruh suara airnya tidak henti-hentinya bergemuruh

2. di pinggir-pinggirnya kering bercahaya pasirnya putih pasir itu dibatas-batasi oleh cadas menonjol barunya tinggi berdampingan dengan bambu kuning dikumpulkan kura-kuraa yang bertelur banyak berserakan buaya di sana menjaganya

Pupuh Sinom

1. pamarggine pitung lemah tkede di Majapahit ngungsi dajan pasang- grahan tatangga sane kaaksi ngarepin tukad hning

40 b ada membah // uli kawuh uli badlod ada pacampuhnyane ngresresin hyehe muug tan pgat magagredegan

2. di tpi-tepine asat ngempur byasmyane putih maslag-slag parangan ngenjor batune ma nginggil masanding tiing gadhing patambunan mpas mataluh akehe pasurambyah buaya ditu ngumahin [ 153 ]145


setiap selokan besar airnya dalam berpusaran seperti telaga

3. perahu ke sana kemari setiap hari membawa dagangan ada yang datang ada yang pergi kemudian ada yang kembali lagi orang Madura banyak sekali yang memenuhi bergantian datang berjalan melalui darat ada yang berjalan melewati pasisir dan juga letak desa di sebelah utara Wirasaba

4. Titik besar untuk menyeberangi sungai letaknya di sebelah tenggara Raden Bagus Brawijaya ke pasanggrahan melihat rumah-rumah yang terbuat dari bambu penempatan rumah sesuai terletak di tempat yang rendah

bilang tibu dalem budeg manalaga

3. jukung paslur ngalmah mambuwat dagangan becik ada tka ngalwasang ada matulak tumulih wwang Madhurane itib tbengin magilir rawuh majalan ngambah darat nu majalan ngambah sisi pada desa nongos dajan Wirasabha

4. Titi gdhe mgat tukad dadjbag kiod kangin Raden Bagus Brawijaya kapasanggrahan mangaksi sawawangunan tiing cacokol balene anut apalbah-lbahan [ 154 ]146


berdinding gedeg air besar masuk ke dalam istana

41a 5 kelihatan // seperti persimpangan melakukan upacara dengan baik penuh dengan pondokan banyak yang diandalkan di istana pepohonan bisa tumbuh dan berbuah terus- menerus tumbuh daun dan berbunga segala macam bunganya harum sirih pinang dan buah buahan bermacam-macam

6. gajah angsoka tergeletak rimbun dan sejuk di bawahnya tempat itu hawanya dingin Raden Wijaya dihadap di luar tengah penuh sesak para menteri menghadap ke depan berkata dan menyambah I Sora


mapanli bdheg pasti yeh mawug kapuri gdhe matantan

41 a 5 kanten // kadi pasimpangan

maupacara tur bcik

empet umah papondokan tbeng mikandelin puri

pamulayane dadi mentik mabwah nwara suud

mahdon mapadhapa sakadan bungane miik

sdhah jambe woh-wohane melagendah

6. angsoka asti ngrempayah ayu batannyane htis

magigilang pagnahan Raden Wijaya katangkil di jaba mgah titib pramantri marep di ayun

matur myumbah I Sora [ 155 ]147

karena sudah tiba di sini lalu bagaimana keputusannya sekarang

7. benar ini dia Paman Wagal silakan pergi sekarang ke utara dengan Paman Arya katakan saya sudah berada di sini rencananya akan menunggu sekembalinya Paman terus menyerang ke Daha itu Paman Kapuk yang menyertai yang diutus keduanya sudah berangkat

8. perjalanannya tidak diceritakan sampai siang dan malam mungkinkah tempat yang dituju akan didatangi tak henti-hentinya ke Majapahit dari Daha sendirian 41 b orang-orang // dusun banyak

reh sampun napak iriki sapunapi mangkin puput pakayunan

7. bneh ne ya Bapak Wagai kma majalan ne jani kaja tken Bapa Aryya orahang tyang suba dini itungan bakal nganti satulak bapane nglaut magagbug ka Dha ento bapa Kapuk mbarengin sang kautus makadadwa suba Iwas

8. pajalannyane tan kocap kanti pteng Imah pilih ungsen-ungsene nkayang tan pgat ka Majapahit uli Dha paindi

41 b wwang // desa padasan liyu [ 156 ]148

dari daerah lain juga ada dasarnya masyarakat yang dulu sama-sama menyerah dan kebanyakan kembali menjadi abdi

9. sama-sama sudah mendapatkan pekarangan bukti penuh kesenangan Raden Bagus lagi keluar di ruang tengah dihadap penuh para menteri para pengunjung disana semua dipanggil semua mendekat menyembah di depan duduk berjejer-jejer

10. nah kalau disesuaikan dengan ajaran agama memilih seseorang yang pantas jadi camat jadi kepala dusun dan panglima perang seperti sebagai patih keturunan dan tingkah lakunya harus sesuai

uli gumi len ada kamulan panjake riin padha nguyuh lyunan tulak ngawula

9. suba padha mbaan karang bhukti mepek kasukanin Raden Bagus malth kodal ka jaba tngah kaungkui tbeng soroh paramaniri saungsen-ungsene ditu makjang kapsengan padha mahkang ngabhaki di payunan maderek derekang negak

10. nah anutang tken sastra goban janmane maslik ne nyandang dadi punggawa kliyang mwah senapati

makadinya papatih wangsa bikase kapaur [ 157 ]149

sampai dengan pandangan mata dan paras muka I Sora berkata sambil tersenyum yang mana Paduka yang cocok diangkat sebagai patih

11. tetapi dari penafsiran yang kurang tepat menurut penafsiran hamba mengenai hal ini orang yang badannya lebar hitam matanya bagus bening dan bercahaya putih mulut lebar dan bibir agak menonjol menakutkan hati kalau melihatnya Raden Bagus tertawa melihat senyum-senyum dan biarkanlah I Pamandana

42a 12 Be // nar pantas ia berani menggertak suka berjanji tetapi sering diingkari pandanganya itu yang menentukan

tutipalyate sasbengan I Sora maatur knying engke Ratu jaga anut papatihang

11. nanghing saking ngawag- awag tatarkkan tityang puniki janmane madewek ibag slem matanipun becik nrebes makalyah putih bungut linggah saddha bujuh ngresang manah ngantenang Raden Bagus icca ngaksi knyung-knyung dpangin I Pamandnana

42a 12 Sa // ja pantes wanen ngretak doyan lompang kreng nyanggupin di palyate ngarwanang [ 158 ]150

jalannya seperti jalannya kambing tertawa semua terpingkal- pingkal Raden Bagus itu yang dikatakan dalam berwibawa dan badannya menarik memang bagus tetapi di belakang cacatnya

13. itu yang kepalanya kecil suaranya nyaring dan pandai menghitung-hitung sastra dinamai Suprajata keberaniannya bertanding sekali diperintah terus menuju balai yang berada di sebelah utara cocok dipakai sebagai panglima perang di medan perang diberi nama I Jagawastra

14. sudah diantar ke utara Raden Bagus lagi melihat itu yang paling selatan yang pendek matanya besar dan brewok mulut terbuka berbicara

tindak agud jogiog kambing kdek matulwan sami pingkel-pingkel Raden Bagus ento kasambat di sastra abre pawakan ngedanin mula luung nanghing di duri carccanya

13. to ne crik awak tendassa munyi sempyar pantes ririh ngtekin itungan sastra Suprajata kaadanin kawanennyane matanding len apisan tunden nglawut ka balene sikaja nyandang anggon senapati di pasyatan adanin Jagawastra

14. suba kaajak ngajanang Raden Bagus ngakdi malih ento ne tanggu siklodan ne endep ya bloh bris bungut ngepah mamunyi [ 159 ]151

kakinya berbulu lebat juga diantar ke utara Kapal Anggo diberi nama itu lagi yang mukanya lebar

15. berbicara kasar dalam ajaran agama Januwak katanya dinamai keberaniannya tidak ada yang menyamai

42 b Surasa // mpana dinamai yang lainnya juga ada di barat pahanya kuat matanya besar berwarna merah juga suruh melainkan I Tunjungtutur dinamai pada waktu berada di sebelah utara di sana dikumpulkan

16. itu ada yang kelihatannya botak cemberut dan mulutnya lebar sangat cocok berkumis dan berjenggot I Wirasanta dinamai

batise jembreng mabulu masih ajak ngajanang Kaphal Anggo kaadanin ento bwin ne belbel mwane lumbang

15. mamunyi gangsuh di sastra Januwak reko kadanin wanennyane twara padha

42 b Surasa // mpana kadanin ada len ento bwin badawuh mapahasituh mastha gdhe kaphalang masih tunden ngelenang I Tunjungtutur adanin dikalane sikaja ditu punduhang

16. ento ada ngenah lengar jimbreng bungutnyane spid bris kales tur sawawa I Wirasanta adanin [ 160 ]152

bentuk badannya kecil dan menarik temannya itu juga baik matanya bundar bentuk tubuhnya kekar kuat dan sintal tetapi agak sedikit kecil sesuailah bernama I Jajaka Pidikan

17. itu yang berdua bagus rupanya tinggal di sebelah timur mungkin cocok bersaudara ada yang mengatakan benar mereka ini saudara kembar anak I Kuwu resmi dari Sida Bawana Raden Wijaya memberikan nama Singanuuk mempunyai adik Singandaka

18. itu yang berada paling di tengah pembawaannya disebut dalam sastra berjenggot dan berkumis serta suaranya pelan I Parajata namanya

jajleg mlah crik nto sandingannyane luhung matabloh prawakan kiyal kukuh renten tet cenik qpaha madan I Jajaka Pidhikan

17. ento ne ajak dadwa mla gobanya nongos badangin nenga asin maryana ada ngaturang sawyakti ipun kembar piniki kapyanak antuk I Kuwu sah saking Siddha Bawana Raden Wijaya ngwastanin Singhanuuk mahaddhi I Singhandaka

18. ento ne paling tngah nyarcca katuduh di aji bris kumis munyi banban I Parajata adani [ 161 ]153

setiap ucapannya menarik

43 a konon suka menyiksa di // ri dari Lawor asalnya merambat-rambat ke sini ada yang melaporkan yang di tengah itu bingung

19. bentuk tubuhnya kecil pandangannya galak betisnya kuning langsat jarang ngomong dan kata- katanya pelan bulu kakinya lebat berjenggot dan berkumis benarlah dia itu menurut Sastra Parabantaka dilukiskan di sana suruh pindah ke utara I Caritangsa dinamai di Mamling konon memang asalnya

20. sekarang ceritakanlah lagi melarikan seorang wanita kemari kelimanya diambil sekalian

sing kcapanga manis

43 a kocap dalem ma mamiyut di Lawor panangkanya maambar-ambaran mai ada matur punika paling ring tngah dedeg alit palyat galak btek batis lumlum gadhing clepeh-clepeh tabuh banban godeg atub jenggot kumis bneh hya nto di aji Prabhantaka kambat ditu tunden gilih ngajanang I Caritangsa adanin di Mamling kocap mula panangkanya

20. mangkin malih carita yang nginggatang anak luhmai lalima jwang apisan [ 162 ]154

tersenyum I Sora menjawab Paduka itu lagi rupanya rusuh yang memakai selimut berwarna hijau pura-pura sedih mungkin bangga bekas mendapatkan yang sudah layu

21. tertawa Raden Bagus mendengarkan ih tidak berubah sedikit pun orang suka membuat ribut semua tertawa yang menghadap I Sora tertawa sanbil menyembah salahkah hamba berkata menunjukkan dalam padangan Raden Brawijaya tertawa dan menjawab itu Subik

43 b sa // namanya

22. sesuai dan seperti orang bangsawan nenandakan ikhlas berkorban


knyem I Sora nyawurin Ratu punika malih sasbeng ipune rusuh sane masapt gadang mapi-api rupa sdih nawi ajun pcak polih sampun ayab

21. mingis Raden Bagus nyarsa ih twara wwah angan akikit anak gati juru ngora mabriyak ane manangkil I Sora engkel ngabhakti sisipang tityang maatur raunarohang ring palyat Raden Brawijaya mingis tur masahur ento Subhiksa

43 b sa // adanya nepek tur maklus menak pracacah lagaweng pati [ 163 ]155

diberi nama Rara Sindura kumpulan di sebelah utara lagi pula diberi bagian masing-masing dibekali seratus ini adik I Sowang pertimbangkanlah di sana yang diutus I pamandana membagikan

23. Raden Bagus lalu pergi ramai masih bersenang senang di luar bersuka ria I Sora di sana mengajar memperhatikan para menteri semua pagi dan sore dididik melakukan kebenaran bersopan santun dan hormat Raden Arya di Madura diceritakan

24. sebabnya mempersiapkan perahu Radenyayestri ke Jawa I Wagal sudah bertemu berkata dan disuruh kembali lagi ada laki-laki seorang

adanin Rara Sindhura poosang badaja masih kalih lautan dumin babkalan padha nyatus nene adi I Sowang ditu ja suba itungin ne kautus I pamandhana ngeduman

23. Raden Bagus raris budal rame makasukan kari di jaba maimyan-imyan I Sora ditu ngajahin nepesin mantrine sami slid sanja kapauruk ningkhang kapatutan matata krama astiti Raden Aryya di Madhura caritayang

24. Awanan nabdabang prawu Radenyayestri ka Jawi I Wagal macunduk suba ngrawos tur katulak bwin wenten lanang asiki wenten lanang asiki [ 164 ]156

asalnya dari desa Tunjung kemauannya Raden Wiraja itu yang dilakukan supaya ikut membawa pemberian Raden Arya Wiraraja

25. karena tidak ikut pergi begitu Ni Pinatih yang mendahului cepat berangkat dan tidak

44 a dicerita // kan hampir diam di Majapahit Raden Bagus menyemputnya dan bertemu di Wirasaba setelah diajak ke desa Raden Ayu Ni Pinattih Raden Bagus lagi dihadap di luar

26. duduk di halaman tengah I Pamandana kemudian disuruh ke istana untuk mempersiapkan tempat pembantu wanita semua terutama Raden Putri pengaruran tempat sudah sesuai

padasan ring Desa Tunjung onan Raden Wiraja punika kamarggyang ngiring mwat aturan Raden Aryya Wiraraja

25. dening twara miiu lwas sok Ni Pinatih ngrihinin majatan enggal tan

44 a koca // p meh das nincap Majapahit Raden Bagus mapagin di Wirasabha macunduk wus maajak ka desa Raden Ayu Mi Pinattih Raden Bagus malih katangkil ring odal

26. malinggih di jaba tngah I Pamandana tumulih kautus ka puri ndabdab gnah panjrowane sami makadi Raden Putri cacokolo sampun anut [ 165 ]157

sampai dengan tempat pengikut Ni Pinatih tidak lepas cepat keluar dan I Pamandana kembali

27. I Wagal tiba-tiba datang Raden Wijaya menanyakan bagaimana paman semua pergi yang ditanya menyembah sekembalinya hamba kemarin dari Madura Raden Arya yang mengatur pemberian akan ke sini pernah anak ada yang ikut datang membawa

28. Raden Bagus kelihatan bergembira dia masih di mana sekarang bagaimana rupanya I Bagus ingin sekali saya melihat tuanku wajahnya tampan pantas dipandang oleh orang yang ganteng

44 b peramah dan sifatnya biasa saja

tuti tongos tuiuian Ni Pinatih etong lepih enggal psu I Pamandana matulak

27. Wagal sagetan tka Raden Wijaya nakenin kenken bapa pada Iwas sang katakenan ngabhakti sarawu iryang ibi ring Madhura sane sampun Raden Arya nabdabang aturan jaga mariki prenah oka wenten saremg rawuh mggawa

28. Raden Bagus sawang egar hya hnu dijaha jani kenken si bagus gobannya mied san tyang ngiwasin ratu rupane bcik myandang aksi anak bagus

44 b srenggara tameng smita [ 166 ]158

sesuai dengan pengalaman di kota bertempat tinggal di tepi siring di sebelah barat Madura

29. tadi di Wirasaba Banyak Kapuk menyertai Angsoka dengan I Santa jemputlah segera ke sana suruh supaya dia terus ke sini yang diutus semua bergcgas berjalan keluar yang haru datang dijumpai turun dengan cepat dari kudanya

30. karena utusan datang menyuruh agar segera masuk sudah naik ke halaman istana senang semua yang melihat yang baru datang langsung duduk I Kapuk ke dalam melapor memberitahukan bahwa sudah datang

sawawi subeng nagari ngiring tunjung madesa dawuh Madhura

29. ne wahu ring Wirasabha I Banyak Kapuk nyarengin Angsoka ajak I Santa enggaliang kma papagin undenang nglau mai sang kautus padha iju majalan mgajabayang sang bau rawuh mapanggih suba tuun uli di jarane enggal

30. baane utusan tka ngaturin apang mangraris sampun munggah ka bancingah suka salyune ngliyatin sang bawurawun maiinggih I Kapuk ka jrowan matur ngaturang suba tka [ 167 ]159

yang dipanggil masih menunggu di halaman istana I Kapuk lagi disuruh kembali

31. yang dicari sudah cepat datang menurunkan selimutnya yang hagus sutra kembang berwarna dadu memakai kain tenun berwarna ungu berikat pinggang sutra kuning wajahnya tersenyum dan tampan cocok menjadi peminpin perang Raden Wijaya memanggil ke sini Dinda mendekatlah duduk

32. yang dipanggil lalu mendekat membawa talam bundar yang terbuat dari enmas

45 a nyem // bah sambil menunduk berbicara dengan pelan

sang kasengan ngantos kari di bancingah I Kapuk bwin kak tulak

31. ngalih enggal suba tka nyrebetang kampuhe bcik sutra dadu kakembangan mawastra peremastangi mabulang sutra kuning sasbeng knying tur bagus pantes mangembar yuddha Raden Wijaya ngulapin mai adi dinite pahkang negak

32. sang kandikayang nampekang nampa bokor mas masangling

45 a nyu // mbah mepes matur banban [ 168 ]160

paman Tuanku ini persembahkan sedikit keluar lancar namanya selimut dan sebabnya Paman belum dia datang ke sini masih mengurus membalas pemberian I Tatar

33. lalu melengkapkan menyelesaikan percakapannya mengenai minta tolong supaya berhasil I Tatar datang membantu mengadakan keributan dijanjikan Putri perahu sudah berangkat membawa surat ke Tatar dan dipesan-pesani supaya segera kembali pulang ke Madura

Pangkur

persembahannya sudah diterima yang baru datang lagi berkata dan menyembah


i bapa ratu puniki maaturan akidik wijil tatar wasta kampuh kalih dening i Bapa durung dha rawuh marik kari nabdab ngwales pakirim I Tarar

33. Raris muputang nethepang pangrawose ngdih kanti mangda kasidan I Tatar rawuh nulung nangun kali kakon-akonang Putri bahittha mamargi sampun makta surat ka Tatar kalih kabsen-besnin mangda glis tulak mantuk ka Madhura

Pangkur

1. aturane wus katanggap sang bu rawuhbwin matur ngabakti [ 169 ]161

sekarang paduka disuruh menunggu mengakibatkan pikiran menjadi tergesa-gesa karena seolah-olah sudah berhasil karena siasatnya bersifat rahasia

2. termenung Raden Brawijaya menahan air mata hatinya seperti diiris karena mendengar laporan selanjutnya Raden Arya melihat dengan baik perilaku orang yang baru datang

45 b // berkata pintar dan tahu sepan santun hormat dan sopan berkata

3. jadi terpeleset ke bawah dari balai yang di bawahan duduk adik kakak ibarat kayu yang kering kepanasan dituruni hujan dan kedatangan Dinda Agus

ne mangkin lungguh ia Ratu kaaturan maghang makta kayun sampun gisu katalanjur reh sampun sat siddha karyya dening upayane pingit naneng Raden Brawijaya ngembeng tangis kayune alah iis baane mirengang atur pawkas Raden Aryya lewih myingak sasolah sang bau rawuh

45 b // matur teteh nawang tata prenamya maatur bhakti

3. dadi masrod tuwunan uli di balene btenan malinggih adik bli mawak kayu ne reges kakbusan babar ujan satkan adine Agus [ 170 ]162

menjadi tumbuh daun muda menyebabkan hati senang

4. kadang-kadang kakak tidak nurut kata Bapak yang Kakak harapkan kakak siapa yang akan memperhatikan kalau tidak Bapak yang mengasihani bersaudara tetapi pikiran Adik harus tulus tinggallah di sini sekali jangan pergi dan temanilah Kanda

5. orang yang baru datangg menyembah dan berkata keperluan hamba datang untuk mempersembahkan jiwa kalau belum bisa berhasil dalam cita-cita tunggu sebentar Bapak akan datang beserta para prajurit dari Madura bermaksud merusak di sini

6. para menteri yang mendengar menjadi gembira

dadi psu kacupitan mashen kalgan ati

4. di kenkenne bli piwal sapamunyin i Bapa istin beli bli hnye ngalingu yan tan i bapa oias manryama knehe adi pitulus dini ja nongos apisan da hudal barengin beli

5. nyumbah matur sang bu tka sadyan tityang rawuh ngaturang pati yan durung nyidayang ka yun antos malih abosbos i Bapak rawu mbakta prajurit Madhura makayun rusak iriki

6. pramantrine ningeh egar [ 171 ]163

Raden Bagus tersenyum sambil berkata siapa nama Dinda Agus menyembah ditanyai duka berkata bahwa beliau belum tahu nama saya tersenyum Raden Wijaya Ranggalawe nama Adik

7.46 a Lawe itu nama // benang karena Adik berhak memerintah Kakak diberi nama Rangga itu terkenal pandai dan cakap waspada dengan rencana yang belum dilaksanakan itu sebabnya Dinda bernama Ranggalawe dari sekarang

8. Kemudian Raden Wijaya kembali ke istana setelah dihadap di luar ramai berkumpul tiba-tiba barang-barang yang dibawa bepergian datang dilayani oleh semua kaum Wirasaba Ni Pinatih mempersembahkan

Raden Bagus knyem ngandika malih nyen si adan adi Agus nyumbah katakenan matur durung uning wastan Ratu icca Raden Brawijaya Ranggalawe parab adi

7.46 a Lawene maha // dan bnang dening adi wnang mangerer bli kaadanin Rangga kasub ririh iyu rarasan ngeh njaganin itungane tenden psu to krana adi maparab Ranggalawe uli jani

8. tumuilih Raden Wijaya ngapuriyang budal uli katangkil di jaba tbeng maumpu saget bandaran tka mapangrembat soroh wwang Wirasabha lyu Ni Pinatih maaturan [ 172 ]164

terhadap Radenyayistri

9. soro sudah selesai makan para menteri pulang ke pondok masing-masing I Lawe masih menumpang tinggal dengan I Sorandaka tempat tinggal para pengikutnya masih ada besok pagi lagi diceritakan Raden Wijaya dihadap

10. Jarang bercakap-cakap I Sora dan I Ranggalawe menghadap dan para menteri yang dipercaya ikut di sana membicarakan masalah tingkah laku mempersiapkan senjata kendaraan dan makanan seluruh orang yang bersenjata

46 b diperiksa secara // bergilir selesai dibicarakan keinginannya akan mengadakan perang

tkening Radenyayistri

9. lingsir masan suud ngamah pramantri budal ka pondok ngungsi I Lawe nu madadhunung tken I Sorandhaka papondokan tutuane nu majuud mani smeng bwin sarwayang Raden Wijaya katangkil

10. Saspen mararawosan ya I Sora I Ranggalawe nangkil mwah mantri pyandel ditu ngrawosang tingkah lyat nabdab sikep tgakan saha sangu sajanmane magagaman

46 b mapraksa sub // magilih

11. puput karawos-rawosang tatingkahane pacang manangun kali [ 173 ]165

I Lawe berkata dengan sopan sekarang hamba memerintahkan mengambil gada pulang karena harinya sangat baik cocok dipakai sebagai kendaraan oleh para menteri di sini

12. semua alat berperang tatabuhan gong bendera lengkap semua baik Dinda Kakak setuju karena kebodohan Adik memikirkan Kakak tidak bisa berpura- pura silakan Adik yang menyelenggarakan I Lawe menjawab serta menyembah Paduka hamba sangat setuju

13. setelah selesai berbincang bincang para menteri menyembah lalu mohon diri dan keluar di halaman tengah dijamu orang-orang mendatangi tak henti-hentinya dari

Lawe ngabhakti matur mangkin tiryang ngengke nang ngambil gadha mantuk bcikcasan ipun nyandang angg en palinggyan antuk mantrine iriki

12. saeteh-eteh mayuddha tatabuhan gong tunggul cukup sami nah adi bli saturut bleg adne ngenhang keweh bli keweh mapi adi ngrengkuh I Lawe masaur nyumbah Ratu tityang lintang ngiring

13. suude mararawosan pramanirine nyumbah mapamit mijil di jaba tngah kaipuk jalmane nkayang twara pgat uli Madhura [ 174 ]166

Madura berkeliaran menyiapkan pondok Raden Arya berhadap-hadapan dengan Istana

14. bertambah ramai orang menyembah istananya seperti diupacarai gubuk-gubuk banyak Ranggalawe melihat Ni Pinatih sibuk keluar masuk

47 a melayani Raden Wija // ya juga mempersiapkan suaminya

15. menjelang bulan kesepuluh I Winotan datang ke Majapahit disuruh oleh Raja bersedia mempesiapkan untuk orang banyak Raden Wijaya masih mununda supaya nenunggu terang bulan Raja datang dengan segera

paslur nabdab pondok Raden Arya marep mangarepin puri

14. ranteb ngawuwuhin nyumbah purine ambulan upacarain papondok-pondokan lyu Ranggalawe ngantenang Ni Pinatih psu mulih mincang-mincang

47 a nabdabang Raden Wija // ya nyawisang somahe masih

15. nmonin sasih kadasa I Winotan tka ka Majapahit kautus baan sang Prabhu sumadthya nabdab grehan Raden Wijaya hnu nyan keyang malu mangde ngantosang galang bulan sang Prabhu rawuh ngulahin [ 175 ]167

di Wirasaba konsultasi tidak mau mengajak ke Majapahit agak lebih pagi dijamu para menteri Wilatikta semua ikut dan sangar menyenangkan makan bersama Raden Bagus Brawijaya hanya duduk sambil melihat

17. beriring-iringan yang datang membawa kuda utusan yang ke Madura menungganginya sudah ada yang menggunakan perahu mendayung mengikuti aliran sungai juragannya bagaikan kebingungan berusaha cepat mendayung ada yang lain memakai kain batik

18. ada yang melompat dengan segera tiba-tiba tenggelam di air dan basah kuyup tawanya terpingkal-pingkal

16. mapanman di Wirasabha twara kayun ngajak ka Majapahit kapas lidin katamyu premantri Wilatikta padha milu ngenakin bareng magibung Raden Bagus Brawtjaya bantas malinggih maaksi

17. mabred tka ngaba jaran utusane ka Madhura negakin sampun ada ngambah jukung madayung nuut tukad juragane buka gambare Sisu madayung bcat ngulahang ada len makamben batik

18. ada macbur ngenggalang saget nyrunuk nyumbel di yehe lecing kdeke pagukguk mung [ 176 ]168

banyak yang melihat I Winotan gembira sekali melihat Raja banyak kuda yang datang

49 b senyu // m Raden Wijaya benar ini akan merepotkan Kakak masih menunggu jala dan anjing sebagai penjaga namun pada saat bulan genap mungkin semua sudah lengkap di sana saya lalu bersiap- siap kembali menjemput ke Daha

20. menyembah dan berkata I Winotan mohon kudanya hamba yang mencobanya ingin sekali hamba tahu Paduka di daerah Madura I Lawe menjawab apa beda mereka antara pedesaan dengan desa kalau dibandingkan dengan negara

salyu ngantenang I Winotan malyat lyange muput ratu keh rawuh kuddha jaga pamale puniki

49 b knye // m Rahaden Wijaya bneh pacang pamalen iki bli hnu nganti jaring tampus miwah basong pangulah nghing gumentos tilem onya pilih cukuh drika tyang laut madabdab tulak ka Dha mendakin

20. nyumbah matur I Winotan kudane pamitang tityang ngentinin mled tityang uning Ratu ring pdesan Madhura I Lawe ngautin napi binan ipun papdhesan ring padasan yadin tanding ka nagari [ 177 ]169

21. terserah pintarnya berkuda memang sudah terbiasa menunggangi kuda sekalipun lidak baik namun semakin bandel sekarang liba di Daha tempat tinggal pedesaan dan gaya mereka tidak sama cara bicaranya agak keras I Lawe cemberut

22. Menteri Sagara Winotan terkejUt matanya merah siapa ini Paduka tumben hamba Iihat menyentuh hati dan pintar sekali menjawab Raden Wijaya menoleh I Sora tahu dengan isyarat

23. Lawe suruh dulu ke sana pawang kuda supaya cepat melepaskan 48 a ku // danya supaya tidak payah lalu suruh menggembalakan Ranggalawe bangun lalu mengangkat selimUt

21. sara pentere ring kuda wantah sampun cacep pascat negakin yadin jle sayan pengkung mangkin rawuh ring Dha pagnahan padasan tangkepan iput tahun munyi saddha banggras I Lawe mcukung alis

22. mantri Sagara Winotan tur tangkejut palyate baag biing sapasira niki ratu tembe kancenang tityang ngtel manah maidep pisan masaur Raden Wijaya matulyan I Sora tangeh tken wangsit

23. Lawe tunden malu kma pakatike apang enggal ngelusin

48 a ja // rane pang da tuyuh laut tunden ngangenang Ranggalawe bangun mangangkabang saput [ 178 ]170

lupa berada dalam persidangan I Sora tersenyum memberitahukan

24. dia adalah keponakan saya tidak perlu diperhatikan lagi orang bandel dan tidak dapat dinasehati dari sebelah barat Madura desanya bernama Desa Tunjung besar di pedesaan belum pernah datang ke kota

25 . jawabnya halus I Winotan jangan bapak mernikirkan kesusahan lagi pernbicaraannya sudah terlanjut sebab semua belum kenal tetapi janganlah Bapak salah (erima tersenyum Raden Brawijaya kelihatannya lembut dari luar

26. senang para menteri semua tiba-tiba datang sekelompok sap tken di panangkilan I Sora knyem ngorahin

24. ipun kaponakan titya tan wenten ja nyandang rengayang malih janma sigug kalud pengkung saking dawuh Madhura desan ipun mawasta ring desa Tunjung klih-klih ring padasan durung da sabeng nagari

25. saur alus I Winotan sampun bapa makayun kobet malih pangrawos kadung katlanjur reh sami katandruhan nanghing bapa sampun mingis Raden Brawijaya sbenge alus di sisi

26. suka pramantrine makjang saget tka jaran soroh [ 179 ]171

kuda yang sudah dipilih kira-kira 27 ekor semuanya telah tiba di Carea setelah selesai dihitung ada yang tinggi besar sesuai apabila Paduka menunggangi

27. semua kuda sesuai selesai dibagi-bagikan kepada semua para menteri dokar dengan perlengkapannya

48 b kemudian dipang // gil menyiapkan jaring anjing dan jala I Winotan senang mendengarkan menyembah dan permisi pulang

28. Raden Bagus juga pulang pengikutnya berjejer semua kudanya sudah terlatih mendengar suara senapan dan gamelan suara sorakan ramai saling bersahut

maslik sawatara pitulikur pada napak di Carcca lyu usharuryane suba paitung ada mlah gdhe ganggas sawawa ralu nglinggihin

27. sajarane papatutan wus kadumang ring pramantrine sami ratha kalayang pangantus

48 b tumuli kada // wuhan nyarepang jaring basong miwah tampus I Winotan lyang ningehang nyumbah tur mapamit mulih

28. Raden Bagus taler budal iringane majajaran sami kudnne mapdes sampun ningeh bdil gamlan surak rame pasleng timbalin muug [ 180 ]172

ramai berganti-ganti menambah sangat bersemangat perilakunya mengakibatkan perang

Pupuh Durma

1. gantilah cerita Arya Wiraraja berlayar melewati laut membawa makanan rakyat serta senjata perang menuju ke Majapahit sekarang ceritakanlah sudah tiba di darat

2. Raden Bagus mendengar lalu berjalan ramai-ramai karena sudah bertemu di dalam Wirasaba kemudian disambut tergesa-gesa pulang ke istana bercakap-cakap I Lawe dan Sora ikut

3. berkata lembut Raden Arya Wiraraja ngaenang sanget angsengan tingkahe ngadakang kali

Pupuh Durma

1. gentinin satwayang Aryya Wiraraja matayar ngambah pasih ngaba sangun panjak tuting sikep pasyat mangungsi ka Majapahit Jani ucapang suba manampak gumi

2. Raden Bagus mireng marggi rantaban mapan wuwus mapanggih jroning Wirasabha tumulih kasamambrama gagison budal ka puri mararawosan I Lawe Sora ngiring

3. matur alus Raden Aryya Wiraraja [ 181 ]173

hamba sudah mendahului menjalankan perintah mengundang I Prabhu Tatar kembali dan sudah tiba

49 a sekarang // bagaimana hamba dia I Wanengpati

4. tetapi suruhan hamba disetujui adik Paduka dua orang yang sudah sangat terkenal di wilayah Pulau Jawa cantik pintar dan menarik untuk I Tatar berperang mungkin menang

5. berjanji dia akan datang pada bulan kesepuluh baik untuk beriayar perahunya di laut Raden Wijaya menjawab seberapa mampu Bapak saya tidak menolak

6. I Sora berkata dan wajahnya ceria lagi kapan Kakak silakan dilaksanakan apakah sudah berjanji

sampun tityang ngrihining ngamarggyang kenkenan ngundang i Prabhu Tatar tulak sampun rawuh

49 a mangkin // ne kenken tityang ipun I Wanengpati

4. nanghing kalinggyan pakonan titnyang rain i ratu kalih ne kasub kalumbrah sawengkon Pulo Jawa ayu prajnyan tur raspati upa I Tatar mayuda pilih pulih

5. sanggup ipun pacang rawuh maubhaya ring kadasen mangkin boik kapalayaran prawune ring sagara Raden Wijaya nyawurin sabaan Bapa tyang siddha miwalin

6. I Sora mamunyi sasbenge bingar ne malih pidan beli durus lumaksana sampun ke masobhaya [ 182 ]174

ke Tatar mengadakan perang Dinda tunggulah pada bulan genap sekarang ini

7. kekuatan yang dulu perlu dipertahankan benar sekali Kakak Ranggalawe menjawab ih kamu Jagawastra bagaimana rencananya sekarang demikianlah rakyatnya bersedia

8. keluar ke utara di daerah pedesaan Linggasanna jalan besar lalui yang akan ke selatan menyebrang Sidabawana mengikuti sungai

49 b // Singasari bekas penyebrangan I Mundara mendahului

9. di Barebeg dikumpulkan di sebelah utara senjatanya karena sudah berjalan semua di sana dipikirkan

ke Tatat nangunang kali adi antyang di tileme tka jani

7. pasikepe ne malu sdeng dabdabang patut sawyakti bli Ranggalawe nimbal cei Jagawastra kenben itungane jani inggih punika kawulane madaging

8. mijil kaler ring padasan Linggasanna untas mageng margginin ne pacang nglodang mgat siddha bhawana nuut tukad

49 b //Singhasari pcak untasan I Mundara ngerihin

9. di Berebeg sikepe kaler cakupang reh sampun pada marggi irika pinhang [ 183 ]175

desa menuju kota Arya Wira menjawab itu perlu pembicaran itulah dilaksanakan

10. benar Paman para tentara keluar ke utara Paman sebagai panglima perang teman di Madura sangat dekat dengan paman melaksanakan yang diraha- siakan kalau datang tidak ada orang-orang Tatar itu harus diselidiki

11. I Jagawastra dan I Wirasanta dan I Sampana I Raras I Sindura jangan pisan dengan teman yang di selatan I Kembar ia Angsokan mengatur rakyat dan para menteri

12. I Pidikan dan I Rangga Parijata

desa nincap nagara Aryya Wira manyaurin punika nyandang pangrawose margginin

10. bne Bapak sikepe psu ngajanang Bapa nyenapatinin rwange di Madhura tur paek baan Bapa mayalanang ne kakisik yen teka twara i wwang Tatar tliki

11. Jagawastra makamwah I Wirasanta I Sampana makadi I Raras I Sindhura hda singsal teken rwang ne kled I Kembar kalih hya-hyang soka nabdan panjak pramantri

12. I Pidikan mwah I Rangga Parijattha [ 184 ]176

menyeberang jalan secara sembunyi supaya jangan ketahuan Raden Arsa Wijaya para menteri semua setuju pulang bersiap-siap I Wiraraja pulang

13. di luar pondok masih bersenang-senang para menteri Majapahit

50 a banyak datang berkunjung diterima dengan senang selesai setelah menjelang sore semua pulang diceritakan matahari sudah terbenam

14. Raden Arya di sana tak henti-hentinya bersenang- senang dengan Ni Diah Pinatih tanda-tandanya sudah berperang menahan perasaan waktunya sampai sekarang mendapat pahala apa bicarakan lagi

nguntasang ambah nyilib mangaanya ciriyan Raden Arsa Wijaya pramantrine matut sami budal madabdab I Wiraraja mulih

13. di jajaban pondokan nu masasukan pramantrine Majapahit

lyu tka ngunya kaipak padha suka Suud saget suba lingsir makjang budal kaucap surup ai

14. Raden Aryya ditu tansah makasukan tkening Ni Diah Pinatih angsengane lawas maprang mgatin rasa sasirate tutug jani maan labaan apa rawosang bwin [ 185 ]177

15. tiba saatnya Raden Wijaya berangkat berkelompok-kelompok di pulau kecil tentara sudah berjalan kegelapan di sepanjang jalan datang-datang lalu mengobrak-abrik di pedesan siang malam terimpit

16. jadi terkenal tentara dari Wilatikta dari selatan menekan Raden Brawijaya ibarat kobaran api yang paling utara menyerang I Wiraraja sebagai pembela

17. sudah terbiasa diberikan oleh Raja Daha di perbatasannya bersih anak dirampok oleh Raden Wijaya I Wiraraja mengikuti Raja terkejut keluar dan bingung dihadap

15. tka dinane mangkat Raden Wijaya mapenjarang magili sikepe majalan mamieng nuut margga tka-tka ngusak-asik desa padasan pteng lemah kapipih

16. dadi kprah sikep uli Wilatikta uli klod manglindih Raden Brawijaya masawang api muntab ne sikaja mangulahin Wiraraja ngawaktu mikukuhin

17. sayan lumbrah katur ken Prabku Dha di tpi siringe bresih oka karandahan baan Raden Wijaya I Wiraraja marengin Sang Prabhu kagyat mijil sisu katangkil [ 186 ]178

18. di Balai Bang camat sudah tiba senjata sudah siap

50 b ti // dak ada tempat sesak memenuhi jalan penuh seperti air laut tidak henti-hentinya banyak orang datang

19. berkata dan menyembah I Patih Kebo Mundarang sekarang bagaimana keputusannya karena perbatasan sudah habis rusak senjata Mahapahit jadi kebingungan Prabu Daha menjawab

20. IRubuh menyembah hamba kira mungkin ada kiamat ingin membalas cucu paduka karena keadaannya seperti sekarang terlalu dekat sekali para abdinya dulu

18. di Balobhange punggawa suba nupak sikep sregep cumawis

50 b twa // ranglah sla kesel ngebek margga jejel mairib yeh pasih tan papgatan sendehane tka ritib

19. matur nyumbah I Patih Kbo Mundarang mangkin asapunapi puput pakayunan reh panpine tlas

19. pipih sikep Majapahit dadi kemngan Prabhu Dha nyaurin

20. I Rubhuh myumbah manah ang tityang pilih wenten daduli ngajug ngawawirang putun cokor i dewa dening naga kadi mangkin bas tutun pisan pangawulane riin [ 187 ]179

21. I Winoten seperti baru datang dari Majapahit tertawa dengan wajah marah merasa disindir Rubuh benar katamu seperti ada abdi yang berkhianat di sini

22. berkhianat lalu mencari raja yang lain sikap hormat kurang kalau ada yang pasti silakan ditusuk dengan tombak kalau memang benar berani macam-macam omongannya menyebabkan telinga jadi tersumbat

23. Wahai Winoten bagaimana

51 a mungkin begitu // benar menyebabkan menjadi pusing marah I Winotan bangun lalu menerjang bubar para penghadap semua bangun dan pisahkan Raja menasihati

21. I Winotan kapyasembane bu tka uli Majapahit kdek sbeng jengah ngrasa kasasimbingan Rubuh bnek atur cai mairib ada punggawa mleca dini

22. ngutang paicca bwin ngalig gusti lenan tikas mengelin bakti lamun ada karwan deng lawutang katumbak yen twah saja mula bani data ptayang sok ngae sukak kuping

23. ah Winotan kenken sinya 51 a keto // saja makrana dadi inguh gdheg I Winotan bangun lantas nyarajang buud tangkilane sami bangun belasang sang Prabhu mituturin [ 188 ]180

24. sudahlah jangan dipermasa- lahkan dan sekarang bagaimana ciri-ciri akan mati dulu ada suatu cerita Raja Jaya Siptanya tumbuh bisul di pusar begitulah umpamanya sakit mengakibatkan mati

25. tiba-tiba jarang bunyi senapan didengar seperti denyutan jantung yang berulang-ulang bergerak tak henti-hentinya berbunyi dari utara para pengungsi datang menjerit kepala Dusun Tuban ke tempat persidangan mengungsi

26. bingung duduk mendekat lalu jongkok menyembah bicaranya terputus-putus Paduka yang hamba hormati apa sebabnya di perbatasan menjadi ribut tidak terhitung banyaknya banyak perahu yang berjejer

24. suud kuda nglantangang jani kudyang tatnger pacang mati malu ada satwa Prabhu Jaya Siptanya busul di punsede mentik keto padanya sakit mapwara mati

25. saget cabcab munyin bdil kupiarsa masawang ktug titir ngreped saling timbal mamunyi uli kaja larudane tka padrit kalyang Tuban ka panangkilan ngungsi

26. sisu nyagjag negak nyekek nyumbah mgat-megat mamunyi Ratu panembahan punapi awanan dening empat ring pasisi tan keneng wilang prawune ngambyar titib [ 189 ]181

27. kelihatannya seperti dalu yang terbang keluar perahu yang teratur memenuhi lautan lain lagi yang hampir tiba di darat dari barat tersebar sudah sampai di pelabuhan di sungai yang besar masuk

28. menantang // dia aku juga diundang menolong untuk mengadakan perang oleh Raden Wijaya I Wiraraja menerima I Wanengpati sebagai perantara Taru Laksana namanya yang menjadi raja

29. mengendarai perahu dan bangunan bertiang sembilan berbentuk gunung api bersinar semua sampai di atas bercat merah layar mereka berwarna merah kelihatannya indah

27. kanten kadi dadalu ngababin medal parawue paindhi ngbekin sagara lyan ne nandes ka darar saking kawuh mangababin npi palaibwan ring bangawan ngranjing

51b28 sasu // mbar ipune kai kaundang matulung nangun kali baan Raden Wijaya I Wiraraja nanggap I Wanengpati nyalarin Taru Laksana papasih ne ngagungin

29. maigakan parawu wawangu ntyang sange marupa gunung api ngredep sami munggah mapulascare barak bidak ipun lungsir rangdhi kanten marendhah [ 190 ]182

memakai perhiasan yang bagus

30. prajuritnya semua bersenjata gandewa perisai dan senapan genderang dan perisai pemimpinrya girang mendengar suara senapan bersorak dan jelas sekali kedengarannya sangat menyakitkan hati

31. gregetan dan sekalian berkata pikirannya sangat dendam bagaimana dirasakan memang sudah waktunya rusak para menteri berkata dengan hormat minta supaya dipersiapkan Raja dengan gembira menjawab

32. silahkan kamu pecahkan Mundarang bagi tiga rakyatnya sebagian ke timur sebagian keluarkan sekalian

maupacara bcik

30. prajurit ipune sami magagaman gandhewa dhadap bedil bandrangan len tamyang papucuke padingkelang mapiragi swaran bedil surak tur tinggelas banget mangresang ari

31. gageperen mapisan-pisan ngandika kayune sanget sngit nah kenken karasa twah mula gantin rusak pramantrine matur bhakti munas dabdabang sang Prabhu lyang nyanyaurin

32. nah lautang pcahang cai Mundarang pahtlu rwange bagi abagi nganginang abagi psuwin pisan [ 191 ]183

dan sebagian silakan dibawa

52 a ke selatan // kamu bagikan I Panglet menjadi panglima perang

33. biarkan yang di utara I Misapati mempersiapkan Bowong sebagai panglima perang yang keluar ke timur I Sagara Winotan I Janur sebagai panglimanya tentara berkeliaran seperti gunung berjalan

34. pepohonannya dari bendera dan berkendaraan debu beterbangan seperti lautan yang pasang berombak dengan suara gamelan gemuruh dan menyakitkan telinga menunggangi gajah Raja segera berangkat

35. gembira ria kelihatannya menghadapi perang sangat gembira melihat senjatanya berlimpah

52 a lawut aba klod abagi // cai mencarang I Panglet nyenapati

33. dhpang kaja I Misapati nabdabang I Bowong senapati ne psu nganginang I Sagara Winotan I Janur nyenapatinin sikepe ngambyar sawang gunung mamarggi

34. makakayon tunggul tur matgakan buke maspuk sepid mirib pasih pasang maombak tatabuhan ngaredeg ngempengin koping nglinggihin gajah sang Prabhu mangkat gelis

35. girang giras swabhawane mendak yuddha egar bingar mangaksi sikepe mabanjah [ 192 ]184

ratusan yang berkendaraan debu-debu memenuhi jalan tidak terduga-duga diselimuti mendung dan awan

36. alamat tidak baik dan Raja kalah di medan perang tertekan ke selatan sudah bertemu sudah bercampur dalam perang I Kembar menjaga berdua dan Hyang Soka siap-siap semua senjata

37. I Jajaka Pindikan I Parijasa menyerang dari pinggir yang ada di dalarn hutan

52 b I // Wiro baru ikut pemimpinnya cepat berangkat saling tembak ramai saling menembak

38. di dengan oleh Raden Arya dengan cepat diperintah senjata itu

satusan matgakan buke mangkebin marggi tan pararapan limut nglikub nyaputin

36. Durmmanggala cirin Prabhu Dha kalah di payudan katindih klode mapapas suba macuhcuh yuda I Kembar kalih nanggarin mwah Hyang Soka nabdab sikepe sami

37. I Jajaka Pindhikan I Parijasa ngalih ambah nempengin

52 b sang i jroning alas I // Wiro bareng mara papucuke mangkep gelis numbak-katumbak ramai bdil-kabdil

38. kapiragi ban Raden Aryya ngulahang nggrek sikepe mamarggi [ 193 ]185

bertemu di jalan senjata orang di seberang mendekat sama-sama saling mendahului maju berperang suara senapan tidak putus-putus

39. panahnya berserakan semua berlubang sedang dalam peperangan saling tangkis sekarang dia itu diceritakan sorak sorai gemuruh berkelahi saling serang serang-menyerang I Pagon cepat keluar

40. dari tempat persembunyian mengajak I Kancil Bang I Biyut Manan Kuping menyuruh supaya agak ke tengah abdi Raden Wijaya datang menyembah dan menangis aduh junjungan hamba seperti sudah mati dan hidup lagi

macunduk di jalan sikep wang sabrange nga epang pada ya saleng langkungin panyundul yuda bdile ngreped titir

39. panahe pakelo padha malongar padheng syate makutik jani hya ucapang surake mabyaywan masyat saleng pakutik sempal tinempal I Pagon gelis mijil

40. uli di pangkeban ngajak I Kancil Bang I Biyut Macan Kuping tunden ngatengahang parek Raden Wijaya tka nyumbah matur ngling duh ratu tityang sat padhem malih urip [ 194 ]186

41. pikiran hamba seperti dibangunin mendengarkan suara senapan bertubi-tubi dan bercampur dengan gemuruhnya suara sorakan silih berganti hamba sekarang habis-habisan kalau bisa bahagia pada akhirmya akan mengorbankan jiwa

42. begitu rasa iba pikiran Raden Wijaya

53 a tidak bi // sa menjawab manahan air mata ingat dengan I Mundarang ketika dulu mengejar dan memaksa menombak I Panglet menghalangi

43. I Caritangsa dan I Kembar keduanya pura pura kalah bersikap seperti kewalahan senjata Daha mengejar mengejar saling mendahului mengejar dan mendorong I Mundarang mengejarnya

41. manah tityang alah dun dunin nyarsayang swaran bedil makilit ring kookan surak bende matatimbal tityang matlasan mangkin yan sida sadya puput ngaturang pati

42. bres maclos kayune Raden Wijaya

53 a twara bi // sa nyautin ngembeng toyan cingak eling ring I Mudarang saduke malu ngulahin sahasa numbak I Panglet ngalangin

43. I Caritangsa I Kembar keduanya maapi-api lilih matingkah kapsan sikep Dahane ngulah nurut pasleng langkungin nglah nonjokan I Mundarang ngepungin [ 195 ]187

44. tidak mengira musuh I Panglet menyerang menyerang dari samping menerobos dan mengagetkan I Wira dan I Kembar I Parijata dari belakang kalah kesempatan senjata Daha yang mengikuti

45. mati hancur dan terluka oleh I Pidikan I Wiro menembak mati I Guyang bergulingan I Parijata menerjang mengenai I Caluk lalu mati I Drawalika berusaha dan bermaksud dendam

46. penyerangnya ikut I Patih Mundarang berputar seperti gangsing I Patih Mundarang merusak I Singandaka dan I Singa menyerbu lalu mati kena serangan

53 b oleh // I Parungsari

44. tan minaha I Panglet musuhe cidre nempengin uli samping muhuk nangkejuang I Wira mwah I Kembar I Parijatha ngibulin kuciwa tadhah sikep Dahane ngiring

45. dhekdek mati matatu ban I Pidikan I Wiro numbak mati I Guyang maguyang I Parijata nujah ngenayangI Caluk mati I Drawalika kunup makneh sngit

46. pangamuke bareng I Patih Mundarang mapuler mirib gangsing I Patih Mundarang ngrusak I Singhandaka mwah I Singha nuuk mati kna katujah

53 b baa // ne I Parungsari [ 196 ]188

47. Hyang Soka masih bersama I Caritangsa semua juga dilihat orang-orang Wilatikta senjata semakin mengejar I Pagen menjaga prajurit jadi bercampur peperangan menjadi dahsyat

48. debu-debu beterbangan dunia terasa kotor I Pagon kocar-kacir I Wilis dirusak sempoyongan dan tergeletak dihadang oleh I Dangding bangun tergesa-gesa I Sora mengobrak-abrik

49. I Mundarang segera melompat meninggalkan kuda lalu berlari I Tki menyerang dicekik dan ditendang I Mudo pantatnya ditutup saling mendahului dan I Baleman kalah

50. senjata Daha di selatan cepat kalah

47. hyang Soka nu ngajak I Caritangsa padha kataton kalih i wwang Wilatikta sikep sayan ngulah I Pagen ngabih prajurit dadi madukan pasyate masisih

48. buk maspuk gumine ajur rasanya I pagen murat-marit I Wilis karusak nyaruyung bah maguyang kaslabin ban I Dangdhing bangun ngenggalang I Sora ngubas-abis

49. I Mundarang kapuuk makcos clang ngutang jaran malaib I Tki ngwirangang kackuk matinjak I Mudho nekpin ejit saling liwat mwah I Baleman lilih

50. sikep Dahane klod kabu kaburu kalah [ 197 ]189

saling ganti yang mati ada yang ditembak dan ditusuk dengan tombak tidak ada kesempatan I Wiraraja semakin semangat berperang menyia-nyiakan para prajurit

51. lelah berperang orang Madura merasa kecewa Ranggalawe marah pertanyaannya dengan nada

54 a ke // ras siapa yang menghadapi berperang ada yang melapor benar Gusti Menteri Winotan meninggalkan para prajurit

52. di payung itu yang diupacarai memakai pakaian menteri dadap dan kuda semua kelilhatan bersih memakai hiasan leher berwarna putih memakai bunga-bunga berdiri di atas kereta

pacabugbug ne mati kabdil katumbak twara maan malekah I Wiraraja sumingkin pupuk masyat ngadwang soro prajuri

51. tuyuh masyat wang Madhurane kuciwa I Rangzalawe bhrangti

54 a patakena banggra // s hyen ngarepin masyat ada ne matur patut gusti muntri Winotan tumanggalang prajurit

52. ring payung punika ne maupacara nganggo pangangge mantri dadap miwah kuda sambawon sami sentak mabapang taluki putih makakembangan nyleg duhur padhati [ 198 ]190

53. yang itu sama sekali belum pernah berubah memakai dua pemimpin konon para rangga semua menunggangi kuda tinggi besar berwarna putih dan kuning berdiam diri cepat mempersiapkan barisan

54. makin semangat Ranggalawe menarik kuda bernama I Yandawsi tunggangan dalam berperang bagai gula matang begitulah bulunya menghunus keris yang tajam memutar perisai suara tambur yang mengikuti

55. tergeletak rakyat Arya Wiraraja I Wanengpati mendampingi dan I Saraduta disana I Jagawastra prajuritnya dipesani caranya berperang jangan saling perintah

ne punika durung naen midep obah mapapucuk kalih kocap para rangga sami negakin kuda agong ganggas putih kuning dedeg nyarasah penter nabdabang baris

54. sayan tangseh Ranggalave narik jaran madan I Yandawsi tgakan pasyat gendis ratteng ulesa ngembus kadutan mingid nguyengang dhadap surak tambur mutitin

55. ngalindih panjake Aryya Wiraraja I Wanengpati ngabih mwah I Saradutta ditu I jagawastra prajurite kabsenin tingkahe masyat

hda saling tubalih [ 199 ]

191

56. setiap yang tertekan harus

dibantu supaya tidak

terlambat supaya tekun dan

jangan


54 b terpisa // h perang sudah

mulai

ramai saling tikam

I Rangga Palana mati

I Wirasanta

sekali menombak


57. tidak dapat dihitung

mayat tergeletak

I Jagawastra dia dapat

merusakan para rangga

I Semi dan I Mayang

Rangga Janur memburu

dengan marah

tindakannya cepat

berputar menghalau dan

menangkis


58. orang Madura bubar

I Saraduta

I Wanepati mati

terluka kena tusukan

sorak bergemuruh

Raden Arya makin marah

jawabnya kasar

seperti api dikipasi


56. sing kapsan tulungin

apang da kadhat


54 b mangde pupuk makili // t

syate mangkep suba

rame masasendalan

I Rangga Palana mati

I Wirasanta

apisan numbakin


57. Twara bakat itung bang

hene pajempang

I Jagawastra polih

ngrusak pararangga

I Smi mwah I mayang

Rangga Janur ngucur

senghit

tangkepe gancang

mabinder nguyeng tur

nagkis


58. wwang Madhurane buud

I Saraduta

mati I Wanepati

matatu njaumat

surake mabyaywan

Raden Aryya sayan brangti

pasaure banggras

ambul api punpunin [ 200 ]192

59. persentuhan kerisnya ramai bunyinya suara senapan makin gencar memang benar-benar pintar I Jagawstra berperang serangan musuhnya banyak dapat dicegak I Lawe dari belakang


60.datng saling tusuk musuh- ya banyak terluka lagi pula andawesi berjejal mendobrak manggigit seperti singa orang Daha semua diam Menteri Winotan bingung memutar kereta

55a 61 I Ranggalawe menghadapi// dan cepat mengejar Memeri Winotan tersenyum I Lawe itu datang taat pada janji memperlihatkan cara bertanding menghadapi Daha sekarang aku yang mencoba

62. diam I Lawe pikirannya gregetan


59. pagatik kadutane rame pakrentang bdile sayan titir mula rwah widagdha I jagawasrta masyat orongan musuhe titib bakat kapgat I Lawe uti duri

60. tka cohcoh musuhe lyu ka bancaran kaliha andawesi majujun da rumpak nggutgut ambulan singha wwang Dahane pada isis mantri Winotann kameng miteh padati

55a 61. I Ranggalawe mapas nge // nggalang ngulah mantri Winotan knying I Lawe ko tka nindihang pasobaya ngedengang tangkep matanding marep ka Dha jani kai midenin


62. mendep I Lawe knehe rarimutan [ 201 ]193

kudanya dicambuk dan didorong dari kiri ke kanan sukar memutarkan kereta berusaha mengejar Ranggalawe melompati

63. bergolak perkelahiannya di atas kereta sama-sama pandai menangkis pada akhirnya kalah Menteri Winotan rusak dipenggal di atas kereta banyak tergeletak para menteri Kediri

64. I Tunjungnutur I Bete dilukai I Rangga diserang lalu mati olen Raden Arya dan I Rara Sindura merusak I Rangga Sumki dan I Sampanya merusak I Rangga Sunti

65.terkalahkan sisa-sisa yang mati ibarat pohon cemara

jarane kacamthi tur kapadmakang uli kebot kanawan keweh minderang padati ngulah nsekang Ranggalawe nyburin

63. maruket syate maklo duur kreta padha sebet matangkis dadyanya kuciwa Mantri Winotan rusak kapunggal duur padati lyu pajempang i prmantri Kadiri

64. I Tunjungtutur I Bhete katatuwang I Rangga katujah mati baan Raden Arya mwah I Rara Sindhura ngrusak I Rangga Sumki mwah I Sampanya ngrusak I Rangga Sunti

65. lilih kakaren mati mirib camara [ 202 ]194

yang seberawut dihembusi angin di sana bersorak-sorak orang-orang Madura mengusir dan bertemu dengan orang Majapahit di persimpangan Jalannya diselingi sawah

55b ka// rena I Mundarang lagi 66. kembali berkelahi semua temannya kalah lagi dikumpulkan perang di utara masih berlangsung pertempurannya berselisih mayataya berwarna merah terendam oleh dara

67. didesak tentaranya dari Daha para menteri menandingi menerijangkan kuda I Bangdogolag berjingkrak I Mayur dan I Sapati I Panji Sekar I Arjuan di sampingkan

ne buut babar angin dita surak-surak wwang Madhurane ngulah macundhuk wang Majapahit i pacampuhan marggane masyan carik

55b de // ning I Mundarang 66 bwin tulak masyat sarewangnyane lilih bwin katuptupang puput syate kaja pacpuknyane masabit bangkene bang lebleban baan gtih

67. kasereseg sikepe uli di Dha

pramantrine naguggenin ngamuukang jarang I Bangodolag jingkrak I Mayur mwah I Sapati I Panji Skar I Yarjjuna pipilis [ 203 ]195

68. orang Daha makin cur dan tergeletak entah berapa banyak yang mati masih orang seberang karena tidak berkendaraan perkelahian makin terdesak lari bercerai-berai menghindar dan bersembunyi

69. yang menghadap menteri Prabhu Tarulaksana bernama Janapati dan Tarujanaka yang menjadi pendukung perang pemberani dan kuat semua berkereta memakai payung kertas berwarna kuning

70. mengambil panah dan semua ikut terurai rambutnya kelihatannya seperti bangsawan wajahnya bercahaya rupanya kedua

56 a memakai pakaian // menteri

68. Sayan dekdek wang Daha ne pajulempang yen kudang-kudang mati hnu i wang sabrang bane tan patgakan pasyate rakat kalindih malaib sambrag makiles kakakisik

69. ne marep mantrin Prabhu Tarulaksana maadan Janapati mwah Tarujanaka maka panyundang yuda wanen pageh makakalih sami makretha mapajeng kretas kuning

70. nyemak panah bareng padha magagambahan sbeng menak prajurit mirip geba bingar gebane makadadwa ngrangsukkang pangangge

56 a// n mantri [ 204 ]196

diapit rakyat berusaha menghadapi

71. seperti I Curing perkelahian itu makin ramai gong dan tabuh berbunyi kedengarannya sangat bising terompet memberi semangat para prajurit makin gembira ramai suara menggeliat- geliat senapan tak henti-hentinya berbunyi

72. seperti suara petir puluhan ribuan dan jutaan asap mengepul seperti mendung mengandung hujan senjatanya bekilau seperti sinarnya petir ibarat hujan tancapan panahnya rapat

73. Orang Daha berhenti tidak melihat musuh tidak kelihatan asap menyelimuti senapan bersuara kelihatan seperti api

apitang panjak saratine ngarepin

71. ambul I Curing pagatik syate pakrempyang gong tambure mamunyi ngreder magreyongan palerete nggilakang prajurite sayan dingkrak rames ngategteg bdile matalindih

72. ambul cngeran munyi kilap alaksa syungan yutayan andus malugpug kadi gulem ugmu ujan sikepe pakulelap masawang sladetan tatit mairib ujan leb panahe maspid

73. wwang Dahane caneg pwara ngenot lawan saru andus nyaputit bdile makeplag maltu-latu ngenah [ 205 ]197

jatuhnya panah memilih colan panahe milih banyak yang kena yu ne kna terluka dan ada yang mati matatu ada mati

74. serentak marah para menteri Daha memaksa dan menyerang rakyat ada sekitar ratusan sekelompok yang berkendaraan kudanya meringkik menyakitkan telinga Jain lagi suara tetabuhan bercampur dengan bunyi senapan

56 b75 // saling tusuk perkelahian makin ganas seperti lautan pasang dicampur dengan air bah bercampur dan bergulung- gulung saling tusuk dan saling intai tokoh dan ikhlas tangguh membela Raja

colan panahe milih iyu ne kna matatu ada mati

74. renget mantri Dahane mabriyuk mara saha panjak ngalindih

ada panyatusan sereh ne matgakan

jarane ngrereh ngenpengin len tatabuhan maaduk munyin bedil

56 b75 // saling urek maruket syate sahasa mairib ocak pasih kalampah ban embah matempuh malulunan

saling ugug saling intip pageh laghawa tangguh ngetohin Gusti

76. I Patih Janapati suka ngantenang syate saling sabit [ 206 ]198

sudah diketahui oleh Prabu Jayanata para menteri makin berkurang makin sedih kelihatannya sangat menakutkan

77. berdiri di atas punggung gajah seperti Detya suaranya keras menjerit mendorong rakyat kanan kiri maju I Jangkung masih membantu para menteri Daham itu yang membelakangi

78. makin dekat para pengamuk bergulungan banyak senjata yang mengikuti lebih dari puluhan ribu

57 a yang berkendaraan ber // usaha menuju ke depan memimpin memakai kereta bertemu dan bersatu

kawikanang suba ban Prabhu Jayanatha pramantrine along mati sumingkin duka swabhawane ngresresin

77. ngadeg di tundun gajahe ambul Detya kirak-kirak manyrit ngangsokang kawula kebet kanawan mara I Jangkung angilo kari pramantri Dha punika ne mungkurin


78. mangaepang pangamuke magulung sikep lyu marengin lebih palaksayan


57 a ne negakin ngu // lahang

nyucuk ka malu mucukin makaretan mangkep bwin makilit [ 207 ]199

79. orang Sabrang kalab keberaniannya setiap diserang kalah Prabu Jayanata sudah berkali-kali I Jangkung ikut membantu gajahnya mengagungkan berputar-putar dan mengakibatkan pusing

80. tiba-tiba bertemu Patih Taru Janaka dan Patih Janapati hati-hati melepaskan anak panah raja Jayanata dikeroyok makin marah melajukan gajah cepat mendekat dan bergulat

81. Janapati terpeleset dan cepat melompat 1 Tarujana masih didorong gajah rusak keretanya dan hancur I Tarujana dikalahkan segera menyerang I Janapati mati

82. berusaha keras dengan sikap yang mengagungkan

79. wwang Sabrange kapes kasor kawanenan asing kapuuk lilih Prabhu Jayantha suba mapisan-pisan I Jangkung angile ngiring gajahe krura maudran mamusing

80. saget macunduk Patih Taru Janaka mwah Patih Janapati tangar nglebang panah sang Prabhu Jayanatha kakembulan sayan sngit nyandarang gajah glis ngruket nampekin

81. I Janapati sawuh makcos enggal I Tarujana kari kna cokot gajah rusak kretane bencar I Tarujana kalilih glis maruket I Janapati mati

82. ngulahang magebras ia tangkepang abra [ 208 ]200

membuat perasaan ngeri memakai pakaian yang serba bercahaya pakaian kebesaran bersenjatakan gandewa yang tajam kemudian kelihatan menyala payungnya bercat kuning

57 b pengikutnya // mempersiap-

83. kan segala upacara banyak senjata dibuang bersuara silih berganti sorak suara gong dan tetabuhan bendera kelihatan sangat jelas nenakutkan hati perkelahian saling menekan

84. suara jatuhnya anak panah tidak henti-hentinya makin marah Prabu Jayanata mendekati Prabu Tatar memaki-maki dan menunjuk

hai anjing Tatar berani datang ke sini

nggaenang kneh mirmir ngangge sarwwa muntab

bhusanan koagungan masikep gandewa mingid

kanten dumulah payunge mcat kuning

57 b aringane pa // gdhab 83. saupacara mgat sikep manglindih mangroyong saling timbal surak gong tatabuhan krebetan tunggule tinglis, nyejehang manah syate nindih-katindih

84. patempuh panahe tan pgat paketak sayana matgem malih Prabhu Jayanatha nampekin Prabhu Tatar matbat ngandika tur nudhing ih baseng Tatar jwari matangah mai [ 209 ]201

85. orang hina dan kotor tidak tabu tata krama bahaya tidak tahu sifat keagungan oleh keturunanmu karena kamu tidak tahu sopan santun pasti neraka yang akan kamu temui

86. kamu menentang dan melawan para warga Sama-sama di Pulau Jawa tidak sampai pisah karena sangat sayangnya melebihi tanah dan langit ini kamu datang mengakibatkan mata menjadi buta

87. senyum-senyum jawabnya Prabu Tatar benar kamu orang dari Jawa aku perlu ikut berpijak pada kebenaran menghilangkan yang mengotori dunia ikut ke neraka

58 a perilakunya // yang salah

85. janma nista letuh twaara nawang tata bhaya sing dakain sasapan kagungan baan laluhur iba karana patipurugin

Janten naraka yen teka iba mati

86. ai tungkas deng nglawan para dadya padha di Pulo Jawi twara nglawut pasah tresnan kaine liwat lebiha tannaha langit ne iba teka ngae mamata mati

87. knying-knying pasaure Prabhu Tatar bneh iba wwang Jawi turut kai nyandang napakang kapatutan muceh ne ngletuhin gumi mila kanrakan

58 a palaksanane // plih [ 210 ]202

88. kamu dikenal sampai keluar daerah di sini sebagai pemalas Prabu Siwa Budha sebab itu kamu rusak berkhianat terhadap teman yang baik Raja Daha makin marah mendengarkan

89. cepat mengambil gajah lalu menyerang Prabhu Tatar menghindar sambil melepaskan anak panah ramai bagaikan hujan belaiannya menakjubkan kena anak panah sampai badannya tergores

90. makin mabuk gajahnya menerjang terluka dan mati musuhnya dikunyah perang makin dahsyat prajurit kebingungan saling mengejar matanya terpejam dan tergeletak terluka

88. iba lumbrah ne tked ka Sunantara dini juru ngalengit Prabu Siwa Buddha iba awanan rusak cidra ajak suba kasih sang Prabhu Dha mireng sumingkin sngit

89. ngumpreng nujah glis manyemakang gajah Prabhu Tatar maklid sarwi nglebang panah cebceb masawang ujan cocore aeng ngpukin kna ban panah tuting awaka rujit

90. sayan punyah gajahe galak mangijak matatu hlung mati musuhe kapakpak syate sayan krura prajurit binal paling saling udrang ngidem matatu mapugling [ 211 ]203

91. menakutkan saling serang an saling panah membidik dan saling tembak yang bersenjata perisai bertemu sama-sama bersenjatakan perisai tiba-tiba keris saling bersentuhan sama-sama keris, Raja keduanya


92. Janjimu tidak boleh diingkari lama saling intai gajah berputar diserang dengan panah tertusuk dan kena lambungnya tergelincir terus mati

93. rusak gajahnya Prabu Jayanatha

58 b // tidak lagi menunggangi gajah di darat berkelahi lalu mengambil perisai beroncer warna hijau kerisnya sangat tajam

91. kabinawa saling tujah saling panah matitis saling bdil ne nyikpang dhadhap mangkep padha madhadhap saget kadutan magatik pada kadutan sang Prabhu makakalih

92. ubayan teng dadi cara sirigan makio saling intip gajah maudran katuju baan panah macbek lambunge kni mapulisahan nyaregseg laut mati

93. rusak gajahe Prabhu Jayanatha

58 b // twara bwin ngalinggihin madarat mayuda tumulih nyambut dadap maoncor gadhang ban lungsir krise nyanyap [ 212 ]204

Raja Tatar tahu

94. Raja Daha mau berperang di darat cepat turun dari usungan kerisnya dihunus mendesak memutar perisai sudah sama-sama menginjak tanah lagi berperang bergantian saling tusuk

95. berhadap-hadapan dan berusaha dikejar sama-sama pandai menangkis keris saling bersentuhan percikannya banyak menyembur berkelahi saling pegeng ditusuk tapi terlambat Prabu Daha menghindar

96. tepat kena dadanya seperti dibantali lemas dan tidak sadarkan diri jatuh di tempat sang Prabhu Tatar uning

94. Prabhu Dha kayu madarat mayuda glis nedunin juli krise unusang mansek nguyeng dadap suba padha nampak gumi bwin masyat magilir saling cukin

95. mangkep malang kaulah masih ngulahang pada penter matangkis magatik kadutan sasembaranyane sambrat magubeg syate magisi katebek sepan Prabhu Dha maklid

96. numlek kna dhadhane alah tandalang nyrempokantu mapuwing cbug jalan mula [ 213 ]205

cepat mendekat para penolong sekelompok orang yang memakai baju besi menangkap dan mengikat orang Daha lari cepat

97. I Jangkung Angilo ikut lari menutup pantat terus lari dihalang-halangi para pengungsi diusir I sora mengejar I Patih Kebo Mundarang

59 a takut merasa // kan mati 98. diburu dan dikejar akhirnya tertangkap didapat di Trinapati I Patih Mundarang mohon ampun dan menjanjikan anaknya yang perempuan seorang I Sorandaka datang merusak dia tidak terima

99. para pengungsi itu semuanya dapat dicegat gancang nyagiag pagdhab soroh ne makrebsi ndakep tur mbasta wwang Dahane ngududing

97. I Jangkung Angilo milu kabarasat nylek ejit manderit kakablet-kabletang rarudane kaulah I Sora nguber I Patih Kbo Mundarang

59 a Jegeh ngra // sa mati

98. kaburu katurut dadi katrugtugan bakat di Trinapati Ia Patih Mundarang nunas urip nyanggupang panake hluh adihi I Sorandaka tka ngrusak tan tampi

99. larudane makjang bakat kacandak [ 214 ]206

semuanya menyerah dan tidak dibunuh sudah dikumpulkan Dahanya sudah kalah Prabhu Daha sudah diikat oleh prabu Tatar disuruh memenjarakan

100. memutuskan untuk menyerahkan kepada Raden Arya dipakai sebagai bukti menang di medan perang lalu meminta akan menggantikan upah di sana dikatakan Raden Wijaya lagi

101. sore hari tiba di istana Daha ramai tangisan terdengar Raden Brawijaya masuk ke suatu tempat adiknya yang ditahan sudah dibawa kemudian keluar dengan cepat

102. sudah dinaikkan di atas gajah nungkul pada kaurip suba matambunang Dahane tlah kalah Prabhu Dha wus matali baan Prabhu Tatar katunden ngurangkengin

100. maputusan nyrahang tken Raden Arya prasiddha tanda jati mnang di pasyatan kalih laut nagihang bakal upahe ngantinin ditu kaucap Raden Wijaya mali

101. lingsir suryya rawuhe di puri Dha muug mamhong hling Raden Brawijaya ngranjing kakamagtan raine kajarah sampun kaajak lu glis medal tumuli

102. kaunggahang di duur gajahe suba [ 215 ]207

siap berserta pengikutnya pembantunya dua orang yang diberi nama Madraka Ni Sodraka ikut menjaga I Pamandana sebagai kusirnya

103. Raden Arya berkata kepada 59 b Raden // wijaya adik paduka baik cepatlah berjalan supaya tidak kesulitan kalau lama masih di sini di I Tatar sangat menyusabkan

104. terlambat berbuat kalau dia dapat duluan mendatangi ke kota kalau sampai terjadi keributan dalam berperang sulit dan banyak yang harus diperhatikan dibenarkan berjalan dengan secepat-cepatnya tidak lagi menoleh ke belakang

105. semalam di jalan tiba-tiba sudah datang


napak tuting pangiring pangayahe dadwa ne madanin Madraka Ni Sodraka bareng ngabih I Pamandana tan lyan manyarathinin

103. Raden Arya matur ring 59 b Rade // n Wijaya rain iratu bcik glisang marggiyang mangda sampun kawhan yan suwe kari iriki ipun I Tatar banget pacang ngobtin

104. sep matingkah yen ipun polih riinan ngrawuhin ka nagari yan macuhcuh yuda rimbit akeh tulinga kapatut raris mamarggi magagancangan twara ke nulih buri

105. apteng di jalan saget suba tka [ 216 ]208

di Desa Majapahit para menteri semua memperbincangkan I Wiraraja sebagai pembicara saudara sekalian siapa yang cocok dipakai sekarang

106. mungkin I Tatar datang dan menyuruh memintakan upahnya sebagai pembantu kebingungan semua para menteri juga bingung kesukaran tidak sedikit kata I Sora apa yang dibicarakan lagi

107. mudah sekali oleh hamba memikirkan tidak akan dapat berbuat apa-apa buaya ke darat memasuki suatu tempat karena inj adalah daerah hamba undanglah dengan baik hamba menghadapi semua

Di Desa Majapahit pramantrine padha ngumum mararawosan I Wiraraja narekin adi sinamyan hnyen nyandang anggen mangkin

106 mawi rawuh I Tatar ngen ken nagihang pangupahe ngantitin mamgen makjang Pramantrine kemngan Pakewhe ridong gigis atur I Sora punapi bawos malih

107. ingan pisan antuk tityang ngamanahang boya polih minggakin bwayane ka darat ngalbonin pagnahan bas desan tityang iriki bcik undangang tityang ngarepin sami [ 217 ]108.

Raden Bagus tertawa

60a // senang mendengarkan hormat berkata sambil tersenyum Ranggalawe menyembah paduka jangan curiga musuh yang tidak punya kekuaran dihadapi asalkan jangan ragu-ragu berani mengorbankan jiwa

109 tetapi katanya memmbuat diri menjadi sengsara kalau tidak sabar mungkin tidak berhasil di sana sudah dijelaskan tersurat pada Parta Yadnya banyak para menteri yang takut karena dorongan beraninya mempertaruhkan jiwa

110. tiba-tiba datang suruhan Prabu Tatar menteri muda dua orang bemnama Suryanasa dan Sudarsana

108. Raden Bagus icca

60 a // enak miarsayang mepes maatur knying

Ranggalawe nyumbah Ratu sampun sumlang satru tambhara arepin

kewanten logas purun matalang urip

109. nanghing kocap ngaryya nang dewek naraka yan sengap dhoyan buncir irika kabyaktah mungguk ring Partha Yajnya akeh premantrine ajrih saking kaklegan purune mabwat pati

110. saget rawuh putusane Prabhu Tatar mantri anom kakalih madan Suryyanasa makamwah Sudarssana [ 218 ]210

ada sekitar 200 tentara yang mengikuti kelibatannya sudah siap selurub rangkaian upacara para menteri

111. bersedia disuruh abdi Raden Wijaya suratnya sudah diterima oleh Raden Arya I Sora yang menghubungkan I Ranggalawe mengambil suratnya sudah selesai suratnya sudah diserahkan

112. I Ranggalawe membacakan isinya saya mohon sekarang upahnya itu karena musuh sudah kalah

60 b Raja // Daha utamanya sudah diikat kemudian diganti oleh putrinya

113. selesai membacakan surat 173 tersebut keluarkanlah sekarang upahnya itu I Sora menanyakan apa kedudukannya sekarang ada satak sikep ngiring sada taragya Saupacara mantri

111. sadya kautus parek Raden Wijaya surate katampi tken Raden Aryya I Sora narantanang I Ranggalawe nywangin surate suba tulise kapacampi

112. I Ranggalawe macain ucappanya tityang mamitang mangkin pangupah punika reh satru sampun kandap

60 b sang // Prabhu Daha makadi sampun mabhasta gentosin antuk putri

113. pupute mamaca munyin iyutusan mijilang ugi mangkin pangupah punika I Sora matatasan napi linggihe puniki [ 219 ]211

kebiasaan para putra bahasanya menandakan

114. benar saya bernama I Sudarsana patih Janapati memakai hamba sebagai menantunya juga I Suryanata anak dari patih Tarujanaaka yang mati di sini

115. tersenyum I Sora dan menyakitkan hati Paduka ini keduanya sudah tidak percaya dengan Raden Brawijaya karena jelas sudah dapat masak tetapi tidak diserahkan adiknya kedua-duanya

116. tetapi jangan tergesa-gesa berpikir berusaha mengambil sekarang memang sering sekali sampai lupa ke Daha pikirannya takut

turah praputre basannyane nyirinin

114. patut tityang mawastra I Sudarsana papatih Janapati nyantanayang tityang

kalih I Suryyanatha kaputra antuk papatih Tarujanaka nene rusak iriki

115. knyem I Sora cacep nyungkanin manah ratu punika kalih sampun tan parccaya ring Raden Brawijaya wireh kanten sampun poli masa tan kasru raine makakalth

116. nanghing sampun dropen age pakayunan pisoreng ngambil mangkin anak sering pisan kantos kantu sring-sring ka Daha pdahap kayune kadung jrih [ 220 ]212
117.di Tumapel dulu ketika di serang

61 a. pernah dihunuskan // keris
diancam dengan tembak
ditendang dengan perisai
setibanya di Kediri
dikurung oleh senjata
pingsan dan tergeletak

118. bicara terdahap kakaknya
silakan diterima
tetapi satu
yang ditakuti sekali mungkin
menceburkan diri ke air
bila supaya ada dilihat
pasti terkejut
orang bersenjatakan senapan

119. mungkin membuatkan
supaya kekurangan
jadinya dapat tidak dapat
seperti begitu
tidak akan hilang ke mana-
mana
seperti menghisap gula pasir
memang lebih baik
telan pelan-pelan

120. I Lawe berbicara dengan lembut

117. ring tumapel riin dawege kajarah

61 a polih kembusang // kris
kaanggarang bokat
katampel anak tamyang
sarawuhe ring Kadiri
kiter gagaman
kantu malih mapupgling

118. aure ring rakane ngiring
kaserah
sakewanten asiki
ne kajrihin pisan
pilih melabuh toya
yen mangde wenten kaaksi
janten makasyah
jatma nikpang bdil

119. manawi ngaryyanang
mangde kaagangan
kingin polih tan polih
saksat sapunika
masate ical kija
kadi ngenkel gula pasir
mula becikan
tled ageng-adeng

120. I Lawe alus nglantur
in munyi ngasab [ 221 ]213

paduka lebih baik sekarang
semua kembali
pula dulu persiapkan
pembantu wanita juga ikut
yang masih muda dan pilih
yang cantik-cantik

121. laki-lakinya semua tanpa
senjata
karena sudah membawa
peralatan yang lainnya
seolah-olah dipakai upacara
memang itu pekerjaannya
karena memang kebiasaan
seorang istri

61 b segala macam bunyi-bu //
nyian

122. utusannya semua senang
memperhatikan
kemudian cepat pulang
tidak diceritakan di jalan
datang semua melaporkan
prilaku di Majapahit
Raja Tatar
supaya segera menepati

123. menjalankan pembantu
sekitar tiga ratus orang


Ratu bcikang mangkinbr> sareng sami tulak
mantuk dumun dabdabang
pengayah luh jagangiring
ne bajang-bajang slik
ne bcik-bcikan

121. janmane mowani golin
sinamyan
rebadin cungklik curing sat anggen upacara
mula ento gagaman
reh traping istri raspati
eneng mirengang

61 b soroh ne krangcang-krin //
Ging

122 utusane makjang suka ngidepang
budal glis tumulih
tan kocap di jalan
tka pada ngaturang
tingkahe di Majapahit
sang Prabhu Tatar
mangda enggal ngadyanin

123 nyalanang pangayah panlu
ngatusan [ 222 ]214

dan macam-macam bawaan
memegang perhiasaan
di antaranya upacara
dan macam-macam yang ada
hubungannya dengan
upacara
lain lagi batu bata
semua tanpa senjata

124.Raja Tatar kemudian pergi
berlayar
pulang menuju kota
mulai bersiap-siap
sekelompok orang yang
akan menjemput
Raden Arya tidak ikut
sangat dipuji
tampan dan pintar

125. diceritakan utusan berangkat sampai di Majapahit
sudah beristirahat
dijamu di dalam banjar
seluruh orang laki-laki
dan juga yang perempuan
dengan seluruh upacara

tur soroh renji-renji
nampa papahyasan
makadi upacara
soroh krenang-krening len batu bata
makjang mabogolin

124 Prabhu Tata tumulih
malayar budal
mantuk ngungsi nagari
makire nabdabang
sorah bakal pamendak
Raden Aryya twara mari
kaalem pisan
masmita bwin ririh

125 caritayang utusane
ngalwasang
tked dhi Majapahit
suba marerenang
katamyu jroning banjar
sabatek janmane mwani
bwinne lwa
saupacara sami [ 223 ]215
126.orang-orang Tatar
diamuk tanpa menggunakan
senjaga
pura-pura menangkis dengan
keris
I Lawe I Sora
memakai taji seperti ayam
pahanya diikat
kelihatan banyak bercabang
keris yang tajam

128. ketika berat menghadapi
perang
tidak lain sebagai patihnya
adalah
I Lawe dan I Sora
kalau beruntung akan
menang
karena teguh mengorbankan
jiwa semua itu
janjinya tidak dipenuhi

129. Gusti Agung bersedia pergi
ke Tuban
menghadap ke Majapahit
perilakunya sudah siap
pelengkapi senjata
tidak diceritakan di jalan
dan dengan cepat

126. wwang Tatar kaamuk tanpa
gagaman
sok matangkis karek
kris
I Lawe I Sora
mataji cara syap
phanyane kabulang
ngenah pacranggah
kadutan mingid-mingid

128. duke sarat pakeweh
ngarepin yuddha
tan lyan maka papatih
I Lawa I Sora
yen mnang siddha sadya
dening pageh mteh urip
ento makjang
sanggupe twara misi

129. Gusti Agung sumadya uli
di Tuban
nangkil ka Majapahit
tingkahe taragya
nyregepang pasikepan
tan kocap di Jalan glis [ 224 ]216

tiba di negara
diceritakan sekarang

130. pagi hari seluruh masyarakat
di sana
semua bersiap-siap untuk
menghadap
ramai melewati jalan
kemudian keluar istana
banyak kesatria dan para
pendeta
sesuai dengan kedudukan
para manca dan para adipati

131. para menteri bernama I
Jaran Wayan
I Wagal dan I Dangding I Singa Sardula
yang lainnya I Demang
Dadaha
I Gagarang Tambak Wisti
I Jiwaraga
I Panji Wirabumi

132. I Sora I Medang dan I
Kebo Nabrang
I Wiro I Nambi
I Ranggata Kembang
bersama I Brajasela

nampak nagara
kacarita ne mangkin

130. Galang kangin saprabe
kele makjang
padha madabdab nangkil rame ngliwat margga
tumulih kabancingah
tbellg ksatriya sulinggih
nganutin tegak
premanca adipati

131. pramantrine mandan I
Jaran Wayan
I Wagal mwah I
Dhangding
I Sugha Sardhula
lyan I Dmang Dhadaha
I Gagarang Tambak Wisti
I Jiwwaragga
I Panji Wirabhumi

132. I Sora I Mdhang lyan
I Kbo Nabrang
I Wiro I Nambi
I Ranggatha Kembang
bareng I Brajasela [ 225 ]217

I Wide I Yangsatrik
I Pamanda
I Sondong dan I Sidi

Pupuh Sinom

1. I Sapahati luka berat
kelihatan merah dan
membiru
memakai bunga cempaka
yang masih hijau
diapit daun rental keduanya
memakai minyak wangi
samar-samar kelihatan
memakai gelang
berisi tiga warna
setiap keluar membawa
keutamaan

2. berbuat demi diri sendiri
menanamkan rasa percaya
diri
bersayap bagaikan kumbang
giginya yang menyebabkan
menarik
berkabar kemudian
dari bibirnya yang manis air
liurnya keluar
seperti Sanghyang Smara


I Widhe I Yangsatrik
I Pamandana
I Sondong mwah I Siddhi

PUPUH SINOM

1. I Sapahati matatu rahat
jemanten barak mwah wilis
maskar campaka gadhang
kacut rondon makakalih
maapun lengis miik
ngranah odako mas ajur
mapinggel kana kaitan
tatbus tridhatu asri
nadtad cottamatanggu
wijiling sabran

2. masipat bwatan pakudan
ngentikang cacingak manis
mangampid tambulilingan
untune makada bangkit
magatra-gatra krawis
kcuhan lambene nyurnyur
waluya Sanghyang Smara [ 226 ]218 perwujudan dari Dewa Yang
Agung
karena cocok akhirnya
menurut pada raja gambar

3. berdatangan yang membawa upacara bagus-bagus
menyerupai susunan bunga
sebanding kekuatannya
cocok keluar istana
tingkah lakunya baik
umurnya muda-muda
sebaya dengan para bidadari

48 b. agar kelihatan mirip
keinginan terwujud

4. jalannya seperti langkah
gajah
apabila sudah siap sekali
pertarungan mulai reda
dengan gaya yang agak
lamban tetapi pasti
lenggak-lenggok disuruhnya
pahanya putih mulus
seperti kulit mayang
sepintas kelihatan
membingungkan
karena bingung mungkin semua ini sudah suratan


pragayan dewata lewih nggawe cumpu nurah ratun
gagambaran

3. pagredheg soroh ne ngaba
upacara becik-becik
masawang pandeng sekar
anut nampa mas sinangling pantes wijiling puri
saparipelahe anut
tuwuhe bajang-bajang
sahemper leken dadari

48 b mangde culuk mirib //br> kahayon papindan

4. pajalane nindak gajah
dening suba tameng gati
patarung makjer banban
pararasan sada pasti
sleyag-seleyeg ngudhuhin
pahanyane meros ngempur
mairib kulit bangsah
marawat ngenah ngedanin
krana inguh ne minab
kecuhan bulan [ 227 ]219

5. makin kelihatan bertambah
baik
raut wajah raja yang agung seperti keindahan gunung
didampingi oleh lautan biru
yang makan menikmati
semua melihat berkenalan
setelah sampai di luar istana
Raja kemudian duduk
di lantai beralaskan
kedamaian

6. ke utara merusak telaga
para penghadap telah
selesai dipilih
yang berhadapan membawa
peluru
berkeinginan cepat mendekat
para penjaga menghalangi
kemarahan berangsur-angsur
memiliki kekuatan yang
tinggi
pohon dadap sangkur
simbulnya Bali
dan pedang dipergunakan
untuk meratakan emas

5. saya ngawuwuhin muntab warnnan sang prabhu ne
luwih
kabcikan gunung skar
ne nyanding sagara
gendhis
ne ngrempeg jaen manis
makjang gawok
manyumbung
rawuhe di bancingah
sang prabhu raris
malinggih
di babatarane makbat
pramidhamya

6. ngajana nungang talangga
tangkilane wus magilih
ne ngarepin ngaba mamas
makanda nampekang gelis
parisene mangupit
buntare matbu-tbu
makakawwatan mas
dhadhap sangkur tameng
Bali
mwah kalewang papaten
matatah mas [ 228 ]220
7. apalagi tampang yang
membawa
waspada semuanya
tahu tentang isyarat dan firasat
dibuatkan peraturan yang
harus diikuti
berkerumunan dan tidak ada
berloncat-loncat karena
kegirangan
dan wajahnya berseri-seri
pakaiannya bermacam-macam
kelihatan seperti gunung sari
di lantai membawa alat
upacara

8. para menteri di luar istana
camat dan lurah telah datang
serempak ke atas memberi
salam
rapat tempat duduknya
menghadap
dengan para pendeta
ramai menghadap Raja juga para ksatria
I Singa Sardula lagi
I Jaranwahan ikut I Misa
Wagal

7. kalih sasbeng ne ngaba
sengeh makejang caliring
nawang wangsit sasiptayan
kabwatan lingkah mangiring
benben long ada bjit tur gobane makelus-kelus
panganggene kawot-kawot
kenten kadi gunug sari
di babatarane ngaba upacara

8. Pramantri beten bancingah
punggawa prabekel titib
mabriyuk menekan nyumbah
atep tegaknyane nangkil
mwah brahmana sulinggih
tbeng nangkilin sang
Prabhu
miwah ksatriya diksa
I Singha Sardula malih
I Jaranwahan milu I Misa
Wagal [ 229 ]221
9. para penghadap di dalam
istana

49 a. //berkelompok-kelompok
duduk
barat timur selatan dan utara
berjejer-jejer dengan bagus
seperti I Nambi
yang di depan menghadap
Raja
kalau diangkat menjadi patih
dikatakan dapat menguasai
dunia
kedudukan raja dalam
memimpin dunia

10. agak pinggirkan I Sora
I Nabrang ikut
berdampingan
di sekitar luar istana tampak
terang
oleh pakaiannya semua
semua mengenakan pakaian
yang indah
tanpa menyaksikan juga
mengatakan setuju
kata-katanya mendadak
masih kurang lagi sedikit
merasa sepi tanpa ada yang
datang

11. Raja berkata pelan
terhadap I Patih Nambi


9. tangkilan jroning mandapa

49 a // mapohes-pohes
malinggih
kawuh kangin klod kajja
mapajajar-jajar becik
makadinya I Nambi
ne marep nangkil sang
Prabhu
dening kapapatihang
kaucapang mangkubumi dasar lungguh sang Prabhu
muterang jagat

10. saddha sampingan I Sora
I Nabhrang bareng
masanding
sajroning bancingah
galang
baan panganggene sami
bungah saling linggenin
sing ngantenang padha
cumpu
munyinyane ndhadakang
nu kawangan akikit
mrasa suung ban twara tka

11. sang Prabhu alus ngandika
ring I patih Nambi [ 230 ]222 hai apa sih penyebabnya
I Lawe tak pemah ke sini
lama ditunggu-tunggu
bagaimana menemukan
kesulitan
I Patih berkata sopan sambil
menyembah
menurut hamba tidak salah
tetap berusaha keras
mengikuti kemauan

12. menyuruh seseorang
berusaha untuk mendirikan
istana yang sama seperti di
sini
itu mungkin obatnya
kalau belum pernah
menghadap
Raja mengangguk
tiba-tiba Gusti Agung datang
mengejutkan
para menteri senang semua
khawatir akan kesenangan
Raja yang tanpa hentinya

13. Gusti Agung melepaskan
ikat pinggangnya
jongkok kemudian
menyembah
mendekat ke tempat Raja
Raja berkata pelan

ih apa si sangkalanya
I Lawe tong taen mai
makle ali-ati
kenken nepukin pakewuh I Patih matur nyumbah
manahang tityang tan sisipv
nawi kari ngangseh ngiring
pakayunan

12. ngutus nyahatang
nangunang
puri matuhin iriki
nawi ngebtang punika
dening durung taen nangkil
sang Prabhu manganggutin
saget Gusti Agung rawuh
tangkejut mahampihan
pramantrine egar sami
Mara pgat sang Prabhu
liyangan waswas

13. Gusti Agung nglebang
cotta
nyongko tumuli ngabhakti
nampekang ka pahayunan
sang Prabhu ngandika

manis [ 231 ]

223

kedatangan adik sekarang betapa senangnya hati Kakak kenyang tanpa makan indah tanpa dihiasi nah silakan Adik duduk di atas

14. Gusti Agung menjawab sambil menyembah duduklah di atas

49b. berdampingan dengan I Sora Adi Agung Dipati bagaimana cara Adik membangunnya rumah di Desa Tuban. dapat sama seperti di sini Gusti Agung dengan cepat menjawab

15. baiklah seperti pembicaraan tadi semuanya berbeda antara pekerjaannya dengan barangnya perbedaan umur di sembunyikan meskipun mendahului duduk terkejut Raja mendengar

tkan adine jani lyang idep bline muput btek twarada ngamah bungah twara da pahyasin nah ke nglaut malinggih adi mnekan

14. Gusti Agung sahur sembah munggahan sampun malinggih

49 b masanding tken I Sora Adi Agung Dipati kenken ban adine nangunang jere di Dewa Tuban siddha patuh buka dini Gusti Agung glis pasaure sempyar

15. inggih kadi pawacana sangsih tan wenten dasami antuk pakaryyane barang sewes ring nyaruwang hurip nadyan ngarepang linggih kagyat mamireng sang

Prabhu [ 232 ]

224

seolah-olah merasa dirinya disindir kemudian berkata lembut. sambil tersenyum

16. bangunan adik belakangan apabila sudah selesai Kakak bermaksud menyuruh semua rakyat dengan seadanya di sini apa yang disediakan Kakak karena keinginan Kakak melampaui batas bersedekah ke Tuban dengan desa di perbatasan sebagai bukti cinta Kakak masih bersaudara

17. kepanasan Gusti Agung menyembah kata-katanya lancar saling sambung benar sekali pikirannya yang telah berlalu dipakai sebagai pedoman pikiran di malam hari membuktikan akan dianugrahi tetapi permintaan hamba agar datang semua menyatunya laut Paduka-

dadi mangrasa-rasa ih banya kasasimbingin buwih alus kenyem mangandika

16. pawangun adine duryyan yenya prugat idep beli ngipuk panjake makjang ban sahadannyane dini apa cawisang bli reh kneh bli manglaut madadana ka Tuban tken desa tpi siring cirin tulus tresnan beli nu manyama

17. kbus Gusti Agung nyumbah lampyas ature nyambungin patut pisan pkayunan lintang-lintang ngami sranin manah rahina wngi cihnaning swecchane mulus nanging pinunas tityang agoyang rawuhang sami sapasikyan pasiha cokor i

dewa [ 233 ]

225

18. nah Kakak akan memenuhi keinginanmu tetapi jangan mengkhawatir- kan Kakak kebiasaan raja di seberang sana lama tidak pernah ke sini jadinya Kakak terima dia tidak menepati janji sikapnya sebagai bawahan berkeinginan memutuskan hubungan berkata lagi Gusti Agung sambil tertawa terbahak- bahak

19. sesuai dengan isi pembicaraan mungkin dia ingat

50 a. //bekas tinggal di istana dengan bebas tidak dapat disuruh lama- lama entah berapa lama diteliti. mempersembahkan harta benda baru teringat sekarang seperti asinnya garam antara manis dan asin tidak terasa

18. nah beli ngisinin pisan nging da nyansayen beli saprah agunge di sabrang makle teng taen mai dadyanya tampin beli ya tan tindih tken sanggup tingkahnyane mamanjak makneh munggelin bhakti malih matur Gustu Agung sambil ngakak

19. kadi daging pawacana mahawi ta ipun eling

50 a. // ring karaton pcak ngodag tan nyandang kaserah lami yen kudang kapatniti ngaturang utpti sampun kinginan mangkin ngrasa kadi masasulit tasik dija ngrereh manis pakeh sing kcapang [ 234 ]226

20. telapi maafkanlah hamba terlalu durhaka perkataan hamba sekarang ini oleh I Prahagung Sabrang menjadi seorang abdi tidak becus membela negara mungkin kurang pembelaan orang ya ng menerima kebaikannya yang benar ditanggapi salah kesalahan lebih besar daripada kebenaran diakhiri dengan merusak kesetiaan

21. sesuai dengan pembicaraan dipanggillah hamba dulu kurangnya perhatian hamba terima karena I Nambi sebagai pembela kalau ada perjanjian dulu pastilah sampai kepada hamba juga I Paman Sora dan I Nambi tidak pernah mengharapkan seorang pelayan

22. pada waktu I Tatar meminta upah dulu tak beda I Lawe dan I Sora

20. nging ampura lintang langgya atur tityang kadi mangkin antuk I Prahagung Sabrang ngawula krawos tantindih manawi kirang tindih sane nampi baktinipun ne patut kingin iwang sisip nereh ne Ian sisip kapupuran purun ngrusak pasebhaya

21. sat sakadi pawacana kadawuh ring lityang riin kirang tindih tampin tityang dening I Nambi matihin yan panemaya riin tityang wantah ne katujul kalih i bapa Sora makadinipun I Nambi durung pisan nahen mbwatang pang ayah

22. punika daweg I Tatar nagihang upahe riin tan Iyan I Lawe I Sora [ 235 ]227

sama-sama mempertahankan pendiriannya I Sora menjawab ah kenapa berkata demikian banyak sudah diberikan dengan Paman melewati timur barat Utara dan selatan yang merupakan empat penjuru arah mata angin

23. bingung semua mendengar tidak ada yang mampu menjawab Raja menjawab pelan adikku jangan marah dan pergi tanpa tujuan senangkanlah diri sendiri siapa nanti yang akan melakukan sesuatu tanpa musyawarah karena Kakak mau memberikan akal yang dalam adik yang Kakak andalkan Gusti Agung menjawab dengan nada marah

24. ah hamba tidak suka apabila I Nambi masih diangkat berlindunglah Paduka

ngukuhin marep nanggalin I Sora manyaurin ah nguda keto ban matur liyu suba paiccha tken bapa mangungkulin kangin kawuh kaja klod nyatur desa

23. emeng salyune ndingehang long ada bisa nambungin sang Prabhu masawur banban adi da kadawan brangti palilayang di hati nyen pacang ngodhag kapungkur sangkan beli nyak cidra adi ne shedang bli Gusti Agung pasaure sayan bangras

24. ah tityang tan wenten suka yan manggeh I Nambi matitib cokor i Dewa [ 236 ]228

50 b // seseorang yang suka menjilat perbuatannya dulu angkuh dan sombong tidak bermuka dan tidak berguna di hadapan negara turur serta dengan Raja

25. Dunia ini tidak makmur negara di Majapahit apabila tidak suka dari bepergian jauh-jauh ayah hamba yang akan menghitung para menteri di sini perkataannya bersama-sama adik Paduka harus diserahkan salah satu tidak ada berani menjadi penggantinya

26. rasanya sekarang sudah baik kekuasaannya di sini banyak yang ingin menjadi camat berebut saling mendahului perang membela diri datang tidak ada yang berebut

50b // janma bas makanten nguncir bikasipun riin kalud sigug tan pasmu tan paklus nirgguna kaarepang ring nagari milet ucem paunggih cokor i dewa

25. boya becik pajagatan duwene ring Majapahit yan tan sakeng gagenjahan bapan tityang ngawilangin pramantrine i riki pangrawose briyak-briyuk rain cokor i Dewa kakenden nyrahang ugi salih tunggil tan wenten purun matanggal

26. mangkin sampun becik asat jagat duwene iriki akeh mamanah munggawe marebut saling langkungin duke mabhayapati tka tan wenten marebt [ 237 ]229

pilih sesuai dengan ukuran mata para menteri di sini satu pun tidak ada yang berani berperang

27. apa yang perlu dilakukan oleh seorang camat sudah pasti merepotkan semangat memakaikan bunga canging tampak indah tetapi tidak harum berakibat akan layu menyusah-nyusahkan pikiran seperti menunggangi kuda banci apabila dicemeti berjalan berjingkrak-jingkrak

28. timbul gayanya yang bukan- bukan pura-pura menumbuhkan rasa lucu bermodalkan keberanian menuruti pikiran yang loba para menteri di sini seperti I Nambi kera jelek juga bodoh apabila kamu memang berani ini lawan berperang di pinggir kota

pilih wenten catuwan matan pramantrine riki siki-siki tan purun mayuddha

27. napi palar munggawayang kajanten wenten ngrembatin sat nyekarang skar canging bungah tan wenten miik mapuhara pacang layu ngobel-obelin manah kadi nyaprek kuda wanci yen pcutin mamarggi magagrenjitan

28. mijil tatangkepan meddha mangkak lucu sayan mentik ngumandelang kajwariyan lobhan manahe alurin pramantrine iriki I Nambi makadinipun bojog jle bwin nista yen twah iba mula bani hne lawan masiyat sambungancota [ 238 ]230

29. nah kapan keinginanmu

51 a //saya sudah menyanggupi pada malam hari ataupun pagi hari bagaimana besok atau sekarang terserah pilihanmu daerah tempat bertemu apakah di gunung atau di hutan di sungai atau di laut berikanlah kepastian agar aku mendengarnya

30. I Nambi wajahnya kecewa sekali merasakan di hati telah terbukti menyia- nyiakan pendidikan apabila dipaksa menyebabkan marah saat berbuat salah merusak peraturan Raja karena di hadapan Raja panas rasanya ditanggulangi wajahnya merah padam

31. melamun semua menyaksikan lurah dan camat semuanya


29. nah pidan ja kneh iba

51 a //kai suba mangenyakin di petenge yadin lemah kenken mani yadin jani iba kanggo milihin kalangan tongos macepuk yen di gunung di alas di tukad dija di pasih dong sanggupin apang kai mandingehang

30. I Nambi masebeng jengah mangrasa-rasa di hati bas makanten ngutang sastra yen paksa njalanang brangti di sassanane plih ngusak tata kraman Ratu baane di payunan kebus idepe ampetin bngah-bnguh mowane baag mambaga

31. bengong salyune ngan tenang prabekel punggawa sami [ 239 ]231

bagaikan ayam melihat mangsa takut perasaannya disangka akan menolak I Nabrang marah bukan main melotot matanya merah capek menghentikan kemarahannya apabila dilawan perasaannya tidak enak

32. Raja semakin kesulitan terdiam berkata dalam hati aduh apa mungkin penyebab musibah ini adik Lawe saudara Kakak dari dulu sudah menyatu tidak pernah membuat kesulitan sekarang ada perbedaan pendapat nah sudah kehendak Tuhan mengembalikan perbuatan kita

33. bagaikan wayang berjejer banyak datang menghadap tidak ada yang bergerak menunduk semua menulis pendeta semua berkata Gusti Agung Lawe sudahlah

ambul syap ngenot kaleyang jejeh kenehnyane isis katarkka pacang kali I Nabrang gdege muput ndelik matane barak tujuh mangandegin brangti yen mamuuk tan patut masih karasa

32. sang Prabhu sayan kewehan naneng mangrawos di hati dhuh apa bhaya makaddha adi Lawe nyaman beli salawase makilit twara taen nggae ibuk jani laut matungkas nah suba panitah widhi manyutukang pagawen glahe kudyang

33. buka wayange jajarang mcos salyune nangkil wara ada makripitan nguntul padha nulis gumi pranda ugandika sami Gusti Agung Lawe sampun [ 240 ]232

berkeinginan seperti itu berkata yang tidak benar juga pikir-pikir beratnya keinginan itu

34. dibenarkan oleh I Wahan dan I Sardula mendukung I Tumenggung Jiwaraga I Pamandana I Panji semuanya pada ikut nasihat pendeta benar tetapi orang yang dinasihati seperti tidak menghiraukan pembicaraan sebab I Nambi sangat marah dan kecewa sekali

35. mengapa semua diam I Nambi orang yang disegani suka membelalakan mata semua keluarganya pulang bukan aku menghindar bukannya sekarang direbut anti orang berdatangan sekelompok orang Tatar ke sini siapa yang ada kita ajak berkelahi

36. hampir menjadi hutan bumi di Majapahit

makayun sapunika mawasana boya becik taler pineh bobot swecchane pakayunan

34. kapatut baan I Wahan mwah I Sardula nyaremin I Tumenggung Jwwaragga I Pamandhana I Panji mabriyuk padha ngiring pitutur padhanda patu nging sang kapatuturan buka wara ndingeh munyi ban I Nambi sanget sengit ngranayang

35. kenken twara ngelah peta I Nambi jalema mnyit sok keneh mbarakang matha ktog brayannyane mulih sing da kai nyiringin dong da bu jani karebut maluduknyane teka soroh wwang Tatare mai hnyen ada ajakang kai mrojaya

36. das mandadi pasih alas gumine di Majapahit [ 241 ]233

apabila tidak I Lawe I Sora menghalangi dengan jiwa bergoyang musuhnya di sini juga tidak dihitung percuma sebagai abdi kamu yang beruntung mendapat kedudukan sekarang menjadi patih

37. I Nabrang ketakutan mendengar telinganya seperti akan pecah dengan cepatnya mendekati dada dan kumisnya bergerak berputar ke sana kemari ah terlalu banyak omong apabila memang jantan I Lawe cepatlah pulang kaget semua saudaranya

38. berdiri Gusti Agung Tuban tertawa pergi tanpa pamit memukul paha sambil menarik napas apa Raja telah lupa berhutang jiwa kemudian dibalas dengan kemarahan orang lain diangkat sebagai patih

yen tan I Lawe Sora mialangin baan urip ngotang musuhe dini masih twara da kaitung nirden saat mangayah iba ne kamulan menyit mbaan tegak ne jani kapapatihang

37. I Nabrang ngetor ndingehang kepinge alah pentilin gageperen manesekang tangkah kumise ngejitjit makiret lantang nuding ah ptan bas liyu yen rwah makneh ndhaga I Lawe enggalang mulih kadang katutnyane atagang makejang

38. ngadeg Gusti Agung Tuban makabris budal tan pamit manteg peha ndohosan kapo sang Prabhu bas lali kapitangan urip ngwales ban merang kadurus lenlen kapapatihang [ 242 ]234

menyamai I Nambi beliung patah ditemukan bertatahkan emas

49. kemudian keluar 52 a // berjalan agak cepat kainnya terlalu tinggi kelihatan pahanya berselimut keluar dengan memakai songket pinggiran yang halus memakai ikat pinggang sutra hijau dipercaya memakai perhiasan emas jarinya memakai permata mayong merah

40. menuju ke samping balebang di kolamnya menunggu bersandar di kayu bersedia menangkap I Nambi Raja juga sama-samar merasa menerawang terdiam tidak dapat mengungkapkan kasih sayangnya besar sekali makin dipikir berlinanglah air matanya

samanya tulen I Nambi kandik hlung papasten matatah mas

49. tumuli mijil ka jaba

52 a // matindakan sadha gelis kambene tegeh cingcingang ngenah palhane ngalesit masaput wijil kling tur matanggu songket halus mabulang sutra gadhang kakandelan mas silyasih landeyane masasocchan mayyeng mirah

40. ngojog ka samping balebang di talagane manganti di kuyune masimbangan sumadhya nyadhang I Nambi sang Prabhu kecap malih sango-sango mrasa samun hemeng tong dadi engsat pitresnane tidong gigis sayan sungsut ngembeng- ngembeng toyan cingak [ 243 ]235

41. kemudian berkata pelan Paman Sora bagaimana sekarang apa yang mesti saya pikirkan biarlah I Nambi hentikan sebagai patih I Lawe supaya menggantikan berkuasa di negara seperti menyatukan para camar para menteri semuanya

42. I Sora berkata sambil menyembah dengan sikap merendah scbelum duduk bagaimana pembicaraannya dikatakan berwajah pengecut para menteri di sini terhindar dari perbuatan benar sesudah demikian apabila masih I Nambi dan juga I Nabrang hamba Sora

43. walaupun sebesar apa kesalahan untuk membela perbuatan apabila seperti keinginan

41. laut mangandika banban Bapa Sora kenken jani baan tiyang makenehan sing dhepang ya I Nambi rerenang mamatihin I Lawe apanga nyundul ngocetang di nagara minakadinya musungin prapunggawa pramantri manca makejang

42. I Sora matur nyumbah mepes maduluran linggih sapunapi pangandikan marupa kabawos ajrih pramantrine iriki rered ring sasanna patut sampun asapunika yen wenten kari I Nambi kapingkalih I Nabrang tityang I Sora

43. Yadhapin angdhe sisipan bwat sasannane pitindih yang sakadi pakahyunan [ 244 ]236

paduka tidak salah pasti dibuat-buat apabila terlalu kasihan I Lawe adalah orang yang berbahaya tanah pemberian direbutnya berbaur antara berguyon dan berkata lancang

44. walaupun agar seperti hamba ini merupakan jalan silakan pakai pertimbangan tumpulnya kapak seperti tumpulnya jarum Raja menjawab itu tidak hamba hitung hutang hamba dengan dia masih terasa di hati saudara hamba tidak ikhlas

45. ah mengapa demikian telah banyak yang tahu bukan dari paduka dia yang melupakan duluan memang tepat dikenakan denda benar perjalanannya juga Paduka semua sudah makin pintar perkataan Raja itu benar sekali

cokor i dewa tan sisip janten kaupawadi yan bas ngalemalemipun I Lawe janma bhaya gumi paiccha ngungkulin taler lucu kangkang matur kaduk lancang

44. yadin mangde kadi tityang sapuniki mapamargi rarisang angge baban dan jaumin kandik puntulin sang Prabhu manyaurin ento twara ryang itung hutang tyange teken ya ne nu karasa di hati kumanyaman tyange twara manulusang

45. ah manguda sapunika sampun bas akeh pahaksi tan sakeng cokor i dewa ipun ngarihinin lali wantah nyandang dan daın sing sisip pamarggin ipun kalih cokor i dewa sampun ngawikanang sami pangandikan sang Prabhu to beneh pisan [ 245 ]237

46. bagaimana semua ini para menteri di sini yang mana rasanya harus dilaksanakan dengan I Lawe sekarang semua menteri serentak menyembah serta menunduk termangu-mangu masih berpikir diam tidak bekata

sebab banyak sekali kasih sayangnya ke Tuban

47. tetapi bingung oleh bawahan karena semua tahu harga I Lawe benar-benar tahu kesalahan angkuh terhadap Gusti kemudian I Patih Nambi menyembah dengan kata- katanya yang sopan sekarang paduka tunggulah pikir-pikir dulu sekarang agar tidak sampai terlanjur berbuat

48. dibenarkan oleh I Nabrang kata-kata I patih Nambi

46. ne kenken padha makejang pramantrine dini ngken rarasane jalanang teken I Lawe ne jani sapramantrine sami makapyut nyumbah manguntuk bengeng nu makeneh mendep twara ngelah munyi dening lyu sanget pitresna ka Tuban

47. nging emeng bane kapanjak apan padha nawang aji I Lawe tur saja nawang salah palangpang iekening Gusti raris I Patih Nambi nyumbah aturnyane alus mangkin ratu jantosang pineh-pineh ugi riin mangda sampun katalanjur lumaksang

48. kapatut baan I Nabrung ature I Patih Nambi [ 246 ]238

agar masih mempertimbangkan di sana para menteri semua penuh menyembah semua sanggup Raja kemudian pulang di luar istana masih penuh kentongan terus berbunyi Durmanggala saling menyahut

Pupuh Durma

1. di balebang ramai sekali

52 a // orang-orang sarna-sama ke sana ke sini pagi hari pada berantakan para menteri melihat bangun kemudian berhenti di dalam istana ada pertengkaran

2. suaranya serempak saling bertanya karena orang sama-sama ingin tahu ada yang memeriksanya I Gusti Agung Tuban berkeinginan mengamuk di istana

mangda nu maringa-ringa ditu pramantrine sami carem matur ngabhakti patuh sanggupe mabriyuk sang Prabhu raris budal di bancingah nu titib kulkul bulus Durmanggala saling timbal

Pupuh Durma

1. di bale bhange endeh mabyoyongan

52 a // janmane wara-wiri samngen katawurag pramantrine ngantenang bungun majanggelan kari jroning bancingah janten byota katampi

2. Munyine mabriyuk mata tas-tasan krannan jamane biid ada mredatayang I Gusti Agung Tuban makayun ngamuk ka puri [ 247 ]239

ingin dipenggal tiangnya bersih

3. angsoka Cina angsana dan yang lainnya cempaka dibelah diparut-parut wajan besar dengan bunga habis dibuang-buang berapa ayam sudah terguling guling mati terbunuh ditusuk dengan pedang

4. tentaranya penuh memenuhi jalan sampai ke pasar yang kecil semua pada kebingungan para menteri membicarakan I Sora tersenyum berkata bagaimana akhirnya perasaanmu Nambi

5. apabila benar I Lawe sudah siap disebabkan oleh kamu dipakainya penyebab I Nambi berwajah kecewa ah hamba menyerahkan jiwa raga membayar hutang pada Gusti

tatas kasempal tampulene baresih

3. angsoka Cina angsana lyan campaka bungkah kapurat-parit jambangan wit skar tlas kaentung-entungang kuda ayame paglintik

padem kacahcah kacohcoh antuk kris

4. pasikepane empet ngebek in margga teked ka pekenne spid makjang kemngan pramantrine ngrawosang I Sora kenyem mamunyi kenken pamragat rarasan cai Nambi

5. dening karwan suba I Lawe ya ndaga malarapan ban cai anggenya karana I Nambi sebeng jengah ah tiyang ngetohang pati mapanahuran utang tkening Gusti [ 248 ]240

6. I Nabrang marahnya bukan main persiapan telah matang menerobos menunggu sambil mendekati I Pamandana memegang sebentar dulu jangan gegabah kamu rasa-rasanya sulit dan banyak yang harus diperhatikan

7. apabila dilawan tidak akan bercampur menebang pohon dia merusak istana berhasil dibohongi tempat duduk Raja rusak makanya siasat kita perhitungkan yang mana cukup itu yang harus kamu jalani

8. dijawab oleh I Singa Sardula begini rencana Kakak I Sora laksanakan benar-benar menyambut agar dapat pergi dari kolam I Lawe sekarang cari

I Nabrang begbegen ndege kaliwat matlikes suba ginting nrobos ngantyang nyjangjag I Pamandhana nggisyang nden malu da dropen cai rasa-rasayang rimbit liyu tangarin

7. yen syatin ditwara ngohe madukan mbahan ya ngawug puri bakat kibulinya linggih sang Prabhu rusak sangkan dayane itungin ongken ne nyandang ente jalanang cai

8. kasahutin baan I Singha Sarddula kene itungan beli I Sora jalanang mapatut-patut nyjagjag mangda kasiddhan magdi uli talaga I Lawe jani alih [ 249 ]241

9. apabila telah berjauhan dengan luar istana di sana kita lawan dan ikuti jejaknya I Wahan membenarkan pembicaraan seperti itu juga I Panji Wirabumi benar juga di sana terus dilawan

10. I Sora bangun dan berkata dengan nada keras apa ingat menjadi seorang abdi lagi bertambah malu dibenarkan sebagai bawahan tidak benar banyak keinginan kemudian keluar istana mukanya merah padam

11. berisyarat I Wagal dengan I Pangrupak ke sana kamu ikuti I Sora keluar istana I Sadebaya mengajak salah benarnya intai Supaya diketahui karena kamu diandalkan di sini

9. yen twah suba majohan teken bancingah ditu syatin tut buri I Wahan matuiang pangrawose purika mwah I Panji Wirabhumi sdeng sajayang ditu laut syatin

10. I Sora bangun tur mamunyi ngambresang kapo inget magusti buwin awakeman kapatutan mamanjak twara beneh liyu buddhi nglaut ka jaba sebenge bang-biing

11. mawangsit I Wagal teken I Pangrupak kma cai tututin I Sora ka jaba I Sadhebhaya ngajak salah benehnyane intip apang tawangang reh cai kandel dini [ 250 ]242

12. I Pangrupak terpingkal pingkal dan menjawab dengan cepat bersedia sekali hamba Gusti sekarang diutuslah keris hamba merah lama belum pernah berhasil akan cuci hamba dengan darah prajurit

13. kita ikuti jejak kakinya ke sana lalu semua berangkat sambil berkata kata I Sadebaya pangrupak kebetulan kamu sanggup berperang melawan Gusti Dipati

14. I pangrupak ketakutan menyembunyikan kata-kata salah apabila ditebak tidak ada yang mengikuti sekarang berikan mengapa hampir banyak yang mengikuti airnya mati sedikit sedih Raja

15. lagi kelihatan dirinya membuang pemberian apabila satu mati mungkin takut sekali

12. I Pangrupak engkel tur masaut lampyas sadya pisan tityang Gusti mangkin kautusang keris tityange barak suwe durung maaponin pacang jruk tityang antuk rah prajurit

13. tanjek karening jalan barengin kema laut padha mamarggi sambila makruna munyin I Sadhebhaya Pangrupak katuju cai sanggup masyat ngalawan Gusti Dipati

14. I pangrupak jejeh malitpitang kruna salah yen katarekin tawa da ngiringang jani wehin knapa dong das kareng ban ngucir jalane bangka sungsut sang Prabhu gigis

15. buwin kanten awake ngutang paiccha yen tunggal mati mirib takut sajja [ 251 ]243

menjaga pembicaraan juga yang paling mengkhawatirkan ibunya di rumah tidak terus-menerus mati

16. I Tanjekareneng dan I Sadebaya semua sudah berjalan golongan di pingang jalannya I Sora sampai di kolam masih pusing-pusing ketemu dengan Gusti Agung

17. suruh berhenti mengobrak- abrik bangunan sampai semua bersih seperti bergoyang kedatangan I Sora memasukkan keris dan berkata silakan Parman bunuhlah aku sekarang

18. karena kelewat salah perjalanan hamba didasari atas perasaan marah seseorang disuruh merusak ingat dengan keponakan berlinang air matanya

natakin pangandika kalih ne sanget ngenyepin memenya jumah twara silunglung mati

16. I Tanjakareneng mwah Sadhebhaya padha sampun mamarggi paksa maringpingang pajalane I Sora teked di talaga kari muyeng-uyengan Gusti Agung kapanggih

17. tonden suud ngusak-asik wawangunan kanti onya baresih buka makejengan satkane I Sora ngaugang keris mamunyi

rarisang bapa padmang tityang mangkin

18. wireh lintang tan patut pamarggin tityang kabatek manah sengit sang katunden ngrusak inget makaponakan ngembeng yeh tingale mijil [ 252 ]244

duh anak Bapak yang sudah lewat dilihat

19. karena nanti kamu dengan Raja disayang diakui sebagai saudara diberikan kepercayaan keluar masuk ke istana bangun tidur setiap hari memilih dan merusak pembunuhan terpendam

20. sebab hamba demikian Ayah berkeinginan mati di sini jalan hamba senang di sini tak ada lagi akhirnya mati juga yang hamba pinta mencium kaki Gusti

21. ah kamu memang tidak dapat dibantah lebih baik kamu pulang perbuatan kamu sangat durhaka apa gurumu tahu supaya jangan salah paham terlalu kebingungan dijemputlah Kakak

dhuh panak bapak dong ne malu katolih

19. dening cai wekas ban sang Prabhu ngeman samton kaangkenin kaicchan kaagungan clap-celup ka puryyan nangiyang mremang sai milih mangusak tatbekan kapingit

20. dening tityang asapuni ka Bapa ngisti padem iriki marggin tityang suka iriki tan wenten lyan padem pamupute urip ne ajap tityang ngakebin padhan Gusti

21. ah tusing yen cai tong dadi tungkasang mlahan cai mulih tinkgah cai ndaga gurun cai uninga apang da iwang tampi sangat kemngan

kapapaga i bli [ 253 ]

245

22. baiklah Ayah karena tidak mau menyakiti saya masihlah baik-baik saya permisi pulang namun tetaplah mengabdi siapa tahu salah satu kena jebakan janganlah merusak perjalanan

23. biarlah saya sendiri yang akan melawan kelakuan ini akan saya bagaimanakan sekarang kecuali merusak besok apabila hamba menjelma jadi manusia agar dapat bersatu kembali mengabdi bersama berhenti seperti sekarang

24. kesat pikiran I Sora jadi manusia tersengal-sengal menangis tidak punya keluarga I Pangrupak mendengarkan perlahan-lahan membuka pintu memperlihatkan muka Gusti Agung melihatnya

inggih bapa reh tan kayun ngrusak tityang kari ja becik-becik tityang pamit budal nging pagehang ngawula kni wenten salah tunggil kni kapalar sampunang ngrusak pamarggi

23. tityang ndewek banggayang muuk sasana kudyang tityang ne mangkin sajawaning rusak besuk yang tiryang janma mangde siddha guluk malih sareng ngawula usan ja kadi mangkin

24. ngres kenehnyane I Sora kamanusan slagak-slaguk mangling twara ngelah karuna I pangrupak dingehang ngandhengang mbukuyang kori ndelokang mowa

Gusti Agung nyingakin [ 254 ]

246

merasa terpanggil dengan kedatangan miliknya pasti diutus ke sini. akan membunuh dengan gaya yang meyakin- kan cepatlah mendekat ke sini kaget bukan main I Pangrupak menembak

26. I Tanjekereneng berkata hai. Pangrupak mengapa tidak dijawab berakhir dengan rasa kaget berisyarat I pangrupak nah kenapa kamu menjawab- nya dengarkan itu. kata-katanya tak menentu

27. itu sebabnya apa hasil tolehanmu dipanggil hanya diam kata-kata I Pangrupak jawab saja mengapa I Tanjekareneng kemudian menjawab pelan Raja Gusti Dipati

28. kasihanilah hamba telah mengikuti

25. kahulapin cokore ban duwe tka pdas kautus mai bakal ngamatiyang tangkepe suba tragya enggalang paekang mai tangkejut babang I pangrupak mamendil

26. I Tanjekareneng mamunyi ih Pangrupak nguda twara sautin pragat baan babang mawangsit I Pangrupak nah cai kuda nyautin ente dingehang munyin tyange kabilbil

27. sangkan bau apa leklek madlokan kawukinya mamendil munyin I pangrupak sautin ja knapa I Tanjekareneng raris masahur banban Ratu Gusti Dipati

28. padalem ja tityang sampun ngamiletang [ 255 ]

247

memanglah hamba benar- benar datang yang diutus Gusti Agung kemudian tertawa terbahak-bahak kemudian pulang terus berjalan dengan cepat I Pangrupak mengejar

29. Gusti Agung tidak henti- hentinya berkata sembarangan berkata sambil menjerit-jerit yang sekarang kita pikirkan kematian kita semua orang-orang di Majapahit menjaga I Badanante diserang

30. asahlah kemampuanmu secepatnya sekelompok prajurit jangan sembarangan. I Lawe sekarang menangkis yang mendengarkan semua diam ada yang berkata tidak jelas mudah-mudahan I Nambi

31. apa penyebab keributan ini dunianya di sini

wantah te tityang wyakti rawuh kautusang Gusti Agung raris ngakak tur budal nglawut mamarggi mambeng enggal I pangrupak ngudiding

29. Gusti Agung twara siyep masasumbaran ngandika jrat-jerit ne jani khehang matin ibane padha jalmane di Majapahit mantra kmitan I Badanante amikin

30. sangih jruk sikep ibane enggalang sasoroh ne prajurit hda ampah-ampah I Lawe jani ndaga ne manding eh padha isis ngarumun ada madakang ja I Nambi

31. krana buut apa to jani pwarana

pajagatane dini [ 256 ]

248

semua sama-sama berbakti siapa berani memburu gajah di hutan tanpa tali besar sekali seperti Gusti Adipati

32. perjalanan Gusti Agung cepat jauh sekali jalannya yang mengikuti takut tidak menentu katanya di kota kentongan berbunyi berulang-ulang makin ramai sampai di pinggir kota

33. bersiap-siap berangkat ke kota Tuban dengan I Arya yang termashur meninggalkan para penghadapnya menunggu dan menyerah ke Tuban I Tesan I Klabangcuring I Cakmuringang ikut juga I Kidang Glatik

34. diikuti dengan dua ratus senjata I Nambi sebagai senapati yang paling depan sebagai pemimpin

jalah nungkul padha di alase tan patali gdhe mamengka sat Gusti Adipati

32. pamarggine Gusti Agung enggal sawat tindakane mangiring jejeh sing kantasan ucapan di nagara kulkule magbug titir sumangkin gewar tked ka tepi siring

33. madabdaban ngrista ka nagara Tuban baan iyaryya siddhi mbudalin tangkilan ngantyang ngayuh ka Tuban I Tosan I Klabangcuring I Cakmuringang milu I Kidhang Glatik

34. katarugtug baan sikep satakan I Nambi nyenapati

ne marep mancerang [ 257 ]

249

para menteri semua. tetapi senjata Raja masih di jalan-jalan lambat perlawanan I Nambi

35.karena banyak yang kembali di sana masih ada yang tertinggal entah berapa orang yang meninggal ikatannya diperkuat tangannya ditarik anak istrinya menjerit. di Desa Tuban diceritakan sekarang

36. Arya Dikara bingung mendengar informasi

55 b // datang anaknya lalu. keluar dengan girangnya bertemu di luar istana Gusti Dipati dilihat perilaku wibawa semuanya berubah

37. kelewat kaget perasaannya serta diiringi oleh rasa kurang percaya diri pasti berlawanan arah. anaknya diterka

pramantrine makejang nging sikep daleme kari sajalan-jalan randat masyat I Nambi

35. dening liyu mabalik ditu matanggal yen kuda-kuda mati panggantus kaliyang palima karandahan panak somahe pajrit di Desa Tuban kacarita ne jani

36. Aryya Dhikara sisu ma mireng orttha 55 b // rawuh okane mijil

sada matabtaban macunduk di bancingah Gusti Dipati kaaksi solah swabhawa sewes sami masalin

37. lintang kagyat kahyune ngos nangsaya janten mungpang pamarggi okane katarkka [ 258 ]250

dengan rasa cintanya sifatnya sombong terhadap Gusti para menteri yang lain ada yang kelihatan mengikuti

38. Gusti Agung cepat tanggap

mendekat jongkok lalu berbakti para camat semuanya duduk bersama menyembah Arya Dikara mendekati membelai-belai anaknya disayang-sayangi

39. nah duduklah kamu Bagus anak Bapak mengapa hanya sebentar menghadap bagaimana ada perbedaan dengan yang sudah-sudah dapat bersama dan sehati dengan kesenangan Raja kepadamu

40. jawabannya mahu-malu agak kecewa kata Ayah memang benar sedikit pun tidak salah pemberian Raja yang telah lewat

bane sakama-kama bikas madha-madha Gusti

pramantri lenan ada ngenak nututin

38. Gusti Agung tangeh baane kacca nyjagjag nyongkok ngabhakti punggawane padha negak mabriyuk nyumbah Aryya Dikara nampekin mengusap-usap okane kahalusin

39. nah malinggih cai Bagus panak Bapa nguda akejep nangkil

kenken ada bhina tken ne suba-suba siddha sacitta sabuddhi baan pangeman sang Prabhu tken cai

40. pasahure Kenyem-kenyem Sawang jngah wacanan Bapak wyakti akidik tan iwang swecan sang Prabhu lintang [ 259 ]251

tetapi perasaan hamba seperti nyalanya lampu hendak meredupkan sinar bulan

41. gagah sekali dengan panasnya perasaan oleh I Basong Nambi sekarang dihadapkan menguasai di kota suka membela negara membunuh lawan dalam keadaan berang

42. menjadi hampa pikiran Arya Dikara terdiam lama sekali kesenangannya telah lenyap cintanya terhadap anak besar baktinya terhadap Raja lagi halus berkata berlinang air mata


43. aduh kamu kesayangan Ayah

56 a // sebenarnya itu dibela keinginan bersenang-senang alihkan dengan jalan belajar agama lawan perasaan itu

nging manah tityange kadi

endihan dhamar mled ngucemang sasih

41. pangpang pisan antuk kebus manah antuk I Basong Nambi mangkin kaarepang matihin ring nagara suka yan ngemasin pati pademang tandingang ring merang sapuniki

42. dadi hemeng kahyune Aryya Dhikara naneng makle sepi kalgane hilang pitresnane mapanak bobot bhaktine magusti bwin alus ngandika mangembeng-ngembeng tangis

43. dhuh mas bapane cai palangpang

56 a // patute to pitindih idepe palila salimurang ban sastra

kenehe keto perangin [ 260 ]252

Jangan sama sekali dilepas perbuatan yang utama

44. karena dikatakan membuat diri menjadi sengsara salah bertingkah sebagai hamba menyalahkan segala perbuatan yang dilakukan serta menyalahkan keluarga yang benar di salahkan menyalakan sikap semestinya kesalahan jangan ditiru

45. menjadi ulat cacing dan lintah berkepala sama-sama di pantat membusungkan dada menjadi orang nista menjadi sekelompok yang tanpa berdarah dipikir-pikir dapat menjelma

46. orang yang dinasihati terkesan mendengarnya kelihatan kecewa mukanya merah matanya melotot raut wajahnya merah

da pisan nglebang sasanan awake lewih

44. reh kaucap nggaenang awak naraka milihin tingkah mangusti milihin sasanna mamlihin panyaman kapatucan bakat plih milihin sipat atut kawahe plihin

45. dadi uled dadi cacing mwah lalintas matendas patuh kajit

manjalanang tangkah dadi jalma nista dadi sorok tan pagetih keneh-kenehang dadi ne yen dumadi

46. sang kapituturin engsek miarsayang makcap sbeng jngis praraine barak bilah-bileh ngrerengwang swabhawane baag-biing [ 261 ]253

padam merasa-rasa nah bagaimana sekarang

47. kalau sudah pernah merasakan muda dan tua pada akhirnnya akan mati merupakan kehendak Tuhan apabila benar pasti menemukan kebahagiaan apabila salah dosalah yang akan dijumpai tidak dapat dihindari itu merupakan hukum kehidupan

48. para menteri menunduk sambil menulis di tanah diam tidak ada yang bergerak dapat diterimanya nasihat Raden Arya kesenangan mengakibatkan kematian memikirkan Gusti Agung Dipati

49. menjadi heran Gusti Agung Tuban melihat para menteri dikira menghina bingung memikirkan semuanya kembali

mangrasa-rasa nah kudyang buwin jani

47. dening suba tawang rasan bajang tuwa pamragata twah mati panitah bhatara yan patut baan melah

yan salah dosa Tpukin

tong dadi llebang sapakirttine nguni siyep twara nguripit

48. pramanirine nguntuk padha nulis tanah suka mangresepang pitutur Raden Aryya lane mapwara mati ngeneh-ngehang Gusti Agung Dhipati

49. dadi sumandeha Gusti Agung Tuban nyingak pramantrine sami karawos maleccha kbus mapakayunan makjang iba mabalik [ 262 ]254

tanpa merasa malu aku akan menjaganya

50. lalu berkata sesuai dengan yang Bapak katakan

50 b terlalu meresapi perlu sembah hamba tetapi yang hamba inginkan sikap para prajurit bagaikan kuncup bunga cocok seperti bunga layu

51. kemakmuran dunia yang tetap hamba inginkan menyombongkan diri tanpa ada tandingan I Lawe I Sora prajurit yang lain tidak ada terlanjur hamba melakukan kesalahan walaupun telah rusak hamba akan membela

52. bukan dari keinginan hamba untuk mengejar suatu cita-cita hamba membunuh diri lagi pula kelak itulah yang hamba harapkan walaupun tujuh kali menjelma twara da ulap kai bakal ngijengin

50. Jaut matur kadi pangandika Bapa

50 b // kalintang ngamisranin nyandang suun tityang nanging ne bwatang tityang sasana nene prajurit Sat pusuh skar kembang mayanga asin

51. pangalem jagate ne manggehang tityang nyumbungang tan patanding I Lawe I Sora prajurit tan wenten lyan kadung tityang sawuh sisip yadyapi rusak tityang wantah matindih

52. boya sakeng tityang ngrereh kangungan tityang munggelin hurip maliha wekasan irika aptin tityang nadyan ping pitu numitis [ 263 ]255

agar diperkenankan oleh Raja sekarang

53. Arya Dikara makin kewalahan tidak dapat menjawab Gusti Agung Tuban memanggil para camat cepat mendekat lalu menyembah I Tambakbaya paling di depan menghadap

54. itu menteri yang baik dari kota banyak desa yang mengikuti lagi menteri Tuban I Demang Wiromeda I Tumenggung Wyagranggarit I Prabongsara dan I Tamenggati

55. I Glapangampar I Jaggarudita I Wiraksara juga dan I Napakbaya I Sawangindra I Prahara I Dadali I Suranggana I Pikatan bersanding mangda kakedag antuk sang prabhu mangkin

53. Arya Dhikara sumingkin kewehan twara bisa nyaurin Gusti Agung Tuban ngesengin prapunggawa glis nampekang ngabhakti I Tambakbhaya paling di malu nangkit

54. ente manri pangayu uli nagara liyu desa ninutin bwin mantri Tuban I Dmang Wiromedha I Tumenggung Wyaghra nggarit I Prabhongsara miwah I Tamenggati

55. I Glapangampar I Jaggarudhita I Wiraksara malih mwah I Napakbhaya I Sawangindra salam I Prahara I Dadali I Suranggana I Pikatan masanding [ 264 ]256

56. I Kanduruhan dan I Barat ketiga I Kasapta kemudian I Demang Ulungrat dan I Langlang Buwana I Sapujagat seperti 1 Puspalaya para abdi datang menghadap

57. Gusti Agung berkara Kakak Gagarang tidak ada bedanya Kakak salahnya dengan hamba sebab perasaan kita menyatu ke mana kita mencari jiwa pastilah tidak dapat saya mati dan Kakak pun akan mati juga

58. lain sekali dengan para menteri di Tuban yang memang kelahiran di sini pantas ia mendapatkan menjumpai kebahagiaan apabila berkeinginan mencari penghidupan nah bagaimana semua para menteri di sini

59. siapa yang ikut pasti menemui musibah

56. I Kanduruhan mwah I Barat katigga I Kasapta tumuli I Dhemang Ulungrat I Langlang Bhuwana I Sapujagat makadi I Puspalaya parek teka ngabhakti

57. Gusti Agung ngandika bli Gagarang twara da binanya bli salahe teken tyang reh pangrasane tunggal kija laku ngalih hurip Janten tong maan tyang mati beli mati

58. hlen pisan teken I pramantri Tuban ne mula ntikan dini pdas ya mabaan ngatpukin kalgan yenya saat ngalih urip nah kenken padha Sapramantrine dini

59. yen nyandang bareng pacang nandang bhaya [ 265 ]257

kalau tidak mampu pulanglah bukan karena saya mengakibatkan rusak ikutilah kehidupan ini biarkanlah saya pada waktu mati sendiri

60. berkata dengan sopan lau menyembah I Tagarang Tambakbaya dan para menteri semua tak perlu lagi dibicarakan seperti pembicaraan disangka hamba tidak mengikuti berani bertanding hanya dengan bersatu

61. siapa melihat hamba orang kecil apabila masih memikirkan jiwa tidak akan pernab menemukan apa-apa sebab tampak tidak berguna juga kekuasaan Raja baik pada hamba yang lain tidak ada

62. setiap hari hamba minta berkah yen tong mampuk budalin sing skareng tyang misrengang bareng rusak sok di hidupe barengin dpangin tyang di matine padidi

60. matur nyumbah I Tagarang Tambakbaya mwah pramantrine sami tan nyandang bawosang sakadi pawacana nyengguh tityang tansairing purun tandingang wantah silunglungpati

61. sapasira nolih tityang janma nista yang kari ngoman hurip nirden pacang palar reh makanten nirgguna palinggih I Ratu ugi sweccha ring tityang sewosan hoya ndugi

62. sabran dina tityang nglungsur paiccha [ 266 ]258

apa hedanya dengan jiwa maka dibayarlah bersatunya dalam peperangan saat itu malam hari pikiran hamba dibayar hutangnya dengan jiwa

63. berkali-kali keinginan Gusti Agung mendengar kata para menteri gembira berkata ini lurah semua bersiap-siaplah mulai sekarang supaya jangan sampai terlambat disiapkan senjata

64. Raja melanjutkan pembicarannya para tentara datang menyerang ke sini apabila sudah pasti hamba menjaga mudah-mudahan I Nambi

57 b // diutus datang bertaruh nyawa dalam perang di sini

punapi lyan ring hurip maka panawuran ktegang ring payuddhan punika rahina wengi manahang tityang panawur hutang hurip

63. Gusti Agung kayune mapisan-pisan mireng atur pramantri liyang mangandika ne prabekele padha taragiyang ulih jani apang ugdha kadat pasikepane cawis

64. twara buung sang Prabhu ngandikayang sikep tka ngrejek mai dening suba karwan tingkah tiyange ndaga gumandhak te ya I Nambi

57 b // kautus teka mbwatang siyate mai [ 267 ]259

65. bersamaan para menteri berkata lalu menyembah Raja mudah-mudahan sekali seperti pembicaraan I Nambi sebagai pemimpin perang hamba semua mohon pamit serang menyerang dalam berperang apabila I Nambi tidak mati

66. berkata sambil menyembah I Moda I Prabongsara sudah diulang lagi menteri semua berani ikut merusak Gusti Adipati meringis kentongan sebagai mengingat kentongan dipukul tanpa henti-hentinya secara berulang-ulang

67. ramai datang para tentara tak beraturan gembira dan akhirnya menimbulkan keributan Gusti Agung Tuban kemudian berpanas-panasan kain dan baju dikesamping- kan bermacam-macam perhiasan dipakai oleh para menteri dengan baik

65. mabariyuk atur pramantrine nyumbah ratu gumadak wyakti kadi pangandikan I Nambi ngenter yuda tityang pamit sareng sami tempur mayuddha yan tan padem I Nambi

66. matur nyumbah I Moda I Prabhongsara sampun sumiang malih pramantrine sami purun lungiring rusak Gusti Adipati mingis kulkul pangarah bulus magbug titir

67. matrayuwan sikep teka pasulengkat girang ngadhakang kali Gusti Agung Tuban raris madhadhar-dhadhar kamben kulambi sasimping mahmas-masan ring pramantrine becik [ 268 ]260

68. selesai berpanas-panasan kemudian kembali ke istana di luar istana masih ramai bersengit-sengitan gong berbunyi Arya Dikara makin merasa kewalahan ternganga dan kaget di hati

69. siang malam yang bersenang-senang tidak berhenti menuruti kehendak hati diceritakan lagi tentara yang berasal dari desa berperang di Tambekesi di sebelah timur sungai besar dikuti oleh I Sidi

70. Murid I Curing Kidang I Tosan keinginannya mengungsi terus pergi ke Tuban terhalang sungai besar dalam keadaan pasang tak dapat dilewati itu yang menyebabkan terhenti di Tambekesi

68. pupute madadar budal ngapuriyang di bancingah nu gati maipuk-ipukan nabuh gong tatabuhan Aryya Dikara sumingkin ngrasa koskan engsek emeng di hati

69. peteng lemah ne makasukan tan pegat ngulurin mungpung hurip buwin caritayang sikepe uli desa masiyat di Tambekesi dangin bangawan katrugtugan I Siddhi

70. I Muring I Curing Kidhang I Tosan itungannyane ngungsi manglaut ka Tuban kabelet tengan yeh bangawan pasang teng dadi entasin ento makada jadeng di Tambekesi [ 269 ]261

71. dihadang dan dikepung di segala penjuru di hadapan para menteri ah belum rusak 58 a // oleh karena semua memaksa berani melawan serentak memilih yang kalah banyak tentara yang merasa girang

72. I Modang menyambut lalu mendekati membawa penangkis I Tosan menjemput tersenyum dan bicara lembut ingat-ingatlah Kakak Medang hamba pernah masih sepupu Kakak

73. bersedia Kakak hidup bersama walaupun dalam kedaan sengsara mengapa sekarang lupa adikku benar begitu bukannya Kakak lupa namun adik yang mendahu- luinya tulus bersepupu memutuskan untuk melepaskan bakti

71. kakabletang kakiter ma pangka-pangka pramantrine ngembarin awe tonden rusak

58 a //banya padha lagawa wanen matangkis caliring milih kasoran sikep liyu ngembulin

72. I Medhang myjagjagin tangsah ndeksekang nadtad tamyang mapusing I Tosan memendak kenying muryine ngasab beli Medhang eling-eling kaprenah tityang mamingsiki ring bli

73. sanggup bli sareng urip sareng rusak nguda ne mangkin lali adi keto saja tan sakeng bli engsap adi adanya nduuhin hlas mamisan tinas munggelin bakti [ 270 ]262

74. marah I Tosan sambil menepuk dada tembus ke punggung dengan cepatnya I Medang memenggal sambil jatuh terguling paha kena I Tosan lukanya tidak dalam I Medang merasa mati

75. ribut tentara desa ke sana ke sini I Patih Nambi marah menyela di atas kereta menghitung pengikut sekarang bagaikan tawon yang lepas kuda berjalan cepat berkeliling memutar pedati

76. bersorak sorai berganti tatabuhan perang saling balas mengobarak-abrik terlalu banyaknya lawan berlumpur pembantu I Sidi mengamuk atas kemauan sendiri saudaranya pun terbunuh

77. memutar dengan marahnya dalam keadaan gelap gulita

74. renget I Tosan ngumpreng manebak tangkah upud kakundun gelis I Medhang manyempal sambila bungkiling bah I Tosan pahanekni matatu ngampar I Medhang ngasen mati

75. buud sikep desane ma gagliyuran I Patih Nambi sengit nyjelang duhur kreta ngtekin panjak mara buka nyawane ngababin jarane becat mabindar nguyeng pđhati

76. makook surak matimbal tatabuhan siyate saling sukit mangrusak karusak bas kaliyunan lawan becek panjake I Siddhi ngamuk nglahang sanyama nglalu mati

77. mtengibut nguyeng ambul banteng galak [ 271 ]263

semua memakai kain dengan ujungnya dibelitkan ke belakang lewat pantat tidak dilihat membongkar tentara dari desa bergerak dan bersorak kegirangan kanan kiri bersamaan diadu

78. dihujani dengan jempara dan panah I Siddhi tidak rusak

58 b bagaikan bunga setangkai diisap oleh kumbang diselimuti asap tebal diiringi dengan sorak sorai cepat-cepat dan berulang ulang

79. bergoyang-goyang bagaikan datangnya angin ribut para menteri menolak I Wahan mendekati minggir datang lalu mendobrak terkejut I Arya Sidi Wahan datang berani berkunjung ke sini

masingset padha ginting sing kapapas bungkah sikepe uli desa mangkaban tangseh ngembulin kebot kanawan mabariuk ngembarin

78. mangujanin baan jamparing mwuh panah I Siddhi twara bibid

58 b sat bunga acarang rereng tambulilingan magulem ban andus bedil magreh ban surak nggaredeg sada titir

79. griyag-griyug mirib angin baret teka pramantrine ngulahin I Wahan manjagjag nyampingin teka nyingkrak

tangkejut I Yaryya Siddhi Wahan ke teka bani matangah mai [ 272 ]264

80. kamu yang aku ajak bersaudara sewaktu di Majapahit sekarang ikhlaskanlah jangan mengelak berperang tetaplah menjadi prajurit I Wahan marah wenjawab sambil menunjuk

81. benar seperti bertukar kasih sayang dengan bertukar pikiran sekarang bukannya saya menipu kulitnya supaya kenyal tulangnya remuk sampai lepas jangan minggir wajar mencucurkan darah

82. tergesa-gesa I Sidi mengambil kuda belum cepat mendekati memenggal dengan pedang I Wahan dianaya kerisnya patah buru-buru berlagak dari kudanya jaruh

83. bersamaan jatuh dan tertelungkup di tanah

80. iba ne ajak kai kapanyamayang saduke di Majapahit jani tulusang da nglengitin masyat tegtegang awak prajurit I Wahan banggras masahut sambil nuding

81. beneh buka abte murup itresna ban murup tatu jani sing da kai cidra kulite pang jangkanyal tulange remuk pleketik hda sirigan logas ngecorang gerih

82. gisu I Siddhi tur madma kang jaran ndereng becak mahekin nyepeg baan pedhang I wahan kaprajaya sangkutnyane hlung tiding sepan matadhah uli jarane nyumprit

83. magrubugan labuh ngake bin tanah [ 273 ]265

menunggu bangun dikepit ditusuk dan ditimbangi I Wahan tidak melawan kemudian dengan cepat ditolong menyambar kereta I Nambi menyambut dengan cepat

84. ikut menghambur- hamburkan dengan panah bunyi senapan berulang- ulang kerisnya ditusukkan I Tosan kena dipanah oleh I Nambi sorak sorai kacau terus-menerus

85. bangun dan terengah-engah I Jaran Wahan

59 a // mengalah dan menyerah I Sidi sekalian rusak I Curing I Muringang lukanya dibawa menyerit I Kidang terburu-buru cepatlah dihadang

86. bersenjatakan seribu senjata

ngantyang bangun kasabit katbek katula I Wahan nwara binglak enggalang liyu nulungin nyanderang kretta I Nambi nyjagjag gelis

84. bareng maranyambeh- nyambehin ban panah munyin bedile titir sangkute pakela I Tosan kna rusak kapanah baan I Nambi surak musungan muug gangger mawant wanti

85. bangun nu angke-angkeh I Jaran Wahan

59 a // ngayuh nujah I Siddhi kapisanan rusak I Curing I Muringang tatune pendeng manderit I Kidhang sepan enggalan kacadhangin

86. makalipung baan sikepe panyiyuan [ 274 ]266

dan semua menteri I Wahan mendekati mau merusak I Patih Nambi menasihati lalu menyelidiki bagaimana perasaanmu Glatik

87. berkeinginan hidup apa berkeinginan mati pastikanlah sekarang menunduk dengan wajah kecewa I Glatik berkata pelan Gusti hamba mohon maaf yang sebesar-besarnya hamba telah bersalah

88. bagaimanapun kesalahan hamba akan hamba terima baik perbuatannya memakai hamba sebagai abdi tidak berani berbuat yang bukan-bukan banyak pertimbangan tobat hamba sekarang

89. mohon dikasihani membuat perasaan ingin membantu kangen tidak melihat

mwah pramantrine sami I Wahan manyjagjag nagih nyahasen ngrusak I Patih Nambi nggalemekin laut natasang kenken idepe Glatik

87. mabudi hidup kenken mabudi rusak karwanang pisan jani nguntuk sbeng jngah I Glatik matur banban gusti tityang nunas hurip geng pangampura tityang mitahen sisip

88. sapunapii ja pamindanda ring tityang tityang puput sairing enak pakahyunan ngangge tityang kewula boya purun malih-malih akeh pangrasa kapok pisan ne mangkin

89. ngolas-olas munyine ngolasang manah

kangen sing ngenotin [ 275 ]

267

menjawab I Wahan

saudaramu dua

masih hidup aku dicurigai

ke sana bunuh

supaya iklas diterima


90. semua menteri membenar-

kan

I Nambi memarahinya

benar begitu Kidang

itu yang menyebabkan

kesalahan

kalau masih sayang pada

jiwa

bersedia I Kidang

para menteri semua

mendirikan


91. kemudian menuju ke tempat

saudaranya berdua

dinaungi oleh pohon

beringin

bersandaran di pundak

tumbuh di alas padas

duduk menghadap ke air

menyepi

membawa keris


59 b // darahnya bercucuran

keluar


92. diikuti tentara sekitar dua

ratus


masaut I Wahan

nyaman ibane dadwa

nu hidup slangin kai

kma matiyang

mangde lasya katampi


90. pramantrine makejang

padha matutang

I Nambi ngamunyinin

beneh keto Kidhang

to makada pangampura

yen tah nu nyayangang

hurip

sanggup I Kidhang

pramantri lyu nyujukin


91. laut ojog tongos nya mane

dadwa

kaungkulan baingin

manyadhahin pudak

mentik dukur parangan

negak ka yehe npih

ngaba kadutan


59 b // gtihe mles mijil


92. katututin baan sikep

panyatakan [ 276 ]268

kebanyakan terluka lagi pula panas terik berperang dari pagi pikir sampai sore menyebabkan rasa jenuh kata I Glatik

93. kakak saya abdi yang selalu merasa senang terlalu besar sayangnya pada jiwa lupa dengan keturunan ingin ikhlas bersaudara cocok mempersulit dunia dan sanggup berjanji takut dengan ajal

94. saya memohon juga meminta Kakak untuk merusak sebagai penebus jiwa semua tertawa terbahak- bahak I Curing I Muringang senang sekali kakak adik kakak menyerahkan kepala kakak adikku

95. silakan mohon maaf memutuskan hubungan dengan tulus lyunan matate masih kalud panes nyentak masyat ulih smengan pineh kancang suba lingsir nggae sanget mar munyine I Glatik

93. bli tityang parek nggawa kaherangan bas bobot ngeman urip lali ring kawangsan Kengin hlas manyama nyandang paricodhan gumi ring sanggup mithya Jrih ngemasin pati

94. tunas tityang kalih ragan beline ngrusak maka panbas hurip kdek padha ngakak I Curing I Muringang liyang pisan beli adi beli nyerahang tendas beline adi

95. pilih dadi anggon nunas pangampura Salahe munggel bhakti [ 277 ]269

nah menuruti perintah Kakak datang sebagai supaya bertermu I Sidi ini keris dipakai untuk melawan Kakak

96. sambil menangis I Kidang mengambil keris air matanya keluar menetes kasihan apabila tidak melihatnya bengong merasa kasihan I Glatik lagi disakiti menjauhkan pandangan mata menusuk sambil tersedu- sedu

97. sudah banyak saudaranya dipenggal rakyatnya pada berkeliaran berhanyut-hanyutan di sungai yang besar terapung berpoya-poya buaya mendapat mangsa setiap jalanan tempat sang Meng menunggu

98. matahari naik ke atas gunung setelah air kering nah pangedeng panitah bli tka nindihang mangde katpuk I Siddhi hne kadutan anggo ngarusak bli

96. sambil ngling I Kidhang nyjuwangin kadutan hyeh mattane mies mijil kangen sing ngantenang bngong kapiolasan I Glatik bun pasakit manglenang mattha mabek sngi-sngi

97. suba rusak nyamane padha kapunggal panjake sambeh biid maanyud-anyudan di bangawane ngambhang motah bwayane makanin bilang pentasan tongos sang Meng nganti

98. nunggang gunung suryya ne bhu suud syat [ 278 ]270

arus air mendadak kecil tentara menghancurkan sudah lewat ke barat jalannya makin cepat

60 a dengan penuh semangat mengerjakan sesuatu seperti tidak pernah memberikan

99. sifatnya gembira ria hai anjing Tuban tunggu besok gantinya kamu desa kamu ludes supaya dapat disapu bersih dengan pengikutnya I Gusti Patih Nambi

100. bersorak-sorak karena sangat gembiranya ada yang menari karena girangnya entah berapa banyaknya kuda meringkik saling bersahutan tentara lalu berhenti menginap sementara katanya besok pagi

101. tersebar informasi sampai ke Desa Tuban

yehe ngkos cerik sikepe ngarista suba ngliwat ngawuhang pajalane padharisdis

60 a // magagirasan buka twara ngewehin

99. babikasannyane mabinal- binalan he basong Tuban anti mani pagantyanya desan ibane brasta apang dadi awu bresih baan iringan I Gusti Patih Nambi

100. surak-surak padingklang magaganalan ada ngigel padingkrik yen akuda jaran ngrengeh matatimbalan sikepe majadeng raris mapapondokan kocap dinane mani

101. lumbra ortthane tked ka Desa Tuban [ 279 ]271

I Yarya Sidi meninggal. I Curing I Tosan. I Muringang dihadang. disakiti oleh I Nambi. sekarang telah melewati. dari di Tambakesi.

102. I Gagarang Tambakbaya. memeriksa. pengikut Gusti Dipati. sudah disampaikan. pembicaraan semuanya. Gusti Agung menjawab. bersiap-siaplah. ayo jemput sekarang.

103. permisi I Gagarangan. Tambakbaya. di luar istana ditemui. para menteri telah tiba. semua telah siap. tempat duduk untuk para. tentara telah tersedia. umbul-umbul diangkat. diantar oleh para menteri. yang muda-muda.

Pupuh Sinom.

1. Gusti Dipati memetik. mempersembahkan kedua. istrinya.

I Yaryya Siddhi mati. I Curing I Tosan. I Muringang kacandak. karusak baah I Nambi. Jani mangliwat. uli di Tambakesi.

102. I Gagarang Tambakbhaya. mredatayang. parekan Gusti Dipati. suba kaaturang. tuturane makjang. Gusti Agung manyaurin. kma dabdabang. jani jalan papagin.

103. mapamit I Gagarangan. Tambakbaya. di bancingah kapanggih. pramantrine napak. padha suba sayaga. sikepe tgakan cumawis. tunggul pangkatan. menteri anom-anom ngiring.

Pupuk Sinom.

1. Gusti dipati nglayang. maranin rabine kalih. [ 280 ]272.

wajahnya sangat cantik. seperti harumnya bunga. teratai. berair madu dan gula. bersanding dengan balai. emas yang menyala. bertiraikan sutra hijau. banyak keturunan datang. sehingga menyebabkan. orang tergila-gila padanya. kelihatannya sangat. cantik seperti orang kembar.

2. yang paling besar bernama. Mrataraga.

60 b // yang kecilan bernama. Tirtawati. sayang sekali tidak ada yang. berhias. Karena sedih keduanya. perasaan takut menghantui. semua pembantu wanita. bingung. yang membawa upacara. Gusti Agung memeluk istri. mengelus-elus. bolak-balik di pangkuan.

warnnane mangayang- ngayang. kadi skar tunjung miik. mahyeh madhu gendis. masanding balo mas muruh. malangse sutra gadang. marendah tka ngedanin. hayu nulus buka kembare. kantenang.

2. ne duhuran Mrattharagga.

60 b // ne alitan Tirtthawatti. sayang twara da mapahyas. dening sungsut maka kalih. jejeh knehe isin. panyjrowane padha ibuk. ne ngaba upacara. Gusti Agung nglut rabi. ngusud-usud. cebag-cebug di pabinan. [ 281 ]273.

3. di atas batu yang datar. lewat di atas bunga cempaka. yang harum. Gusti Agung berkata. aduh Raja keduanya. hamba kira sekarang. tidak ikhlas pemberian Raja. di sakala dan niskala. menyatukan jiwa dan raga. menjadi satu dalam satu. lubang kuburan di kuburan.

4. karena kecewa dengan. berbeda bukan seperti dulu. raut wajahnya hamba lihat. kasih sayang terasa putus. arena tidak mengharapkan. hidup. agaknya hamba akan cepat. meninggal. adiknya makin gelisah. jadi bingung keduanya. dikatakan membuang. hubungan keluarga.

5. Ni Mretaraga membentak. perlu hamba buang cepat. apabila berkeinginan seperti. itu.

3. di duhur batune asah. ungkulin campaka miik. Gusti Agung mangandika. dhuh Ratu Mas makakalih. anahang tityang ne. mangkin. tan tulus icchane Ratu. ring sakala niskala. manykiyang pati hurip. manunggalan dados. abhangbhang ring setra.

4. dening jengis ngrereng. wang. sewos boya kadi riin. saswabhawane ten tityang. rasa tinas maro kasih. reh tan micager hurip. rasa glis tityang puput. raine sayan osah. dadi emeng makakalih. kasinangguh maleccha. ngutang sasana.

5. ni Mrettharaga. ngambresang. nyandang buncal tityang. glis. yan mamanah sapunika. [ 282 ]274 karena hamba berutang budi mungkin belum diterima hormat hamba yang tulus lalu membuka keris hamba permisi dulu Gusti Agung merebut dan kaget

6. aduh benar-benar masih rela junjungan hamba Paduka berdua menyatakan I Lawe sebagai suami perlu membela kehidupan apabila hamba meninggal tetapi mungkin ada Paduka Tuhan memberkahi hamba merasa masih hidup dari sekian banyak orang dari Wi latikta

7. adik beliau berlinang air mata

61 a // benar-benar teringat kepada kakaknya berkata Ni Mretaraga apabila peperangan sekarang jadi pastilah dijadikan judi hamba mimpi buruk bas tityang mahutang hurip manawi durung katampi bhaktin tityange silunglung laut ngembus kadutan tityang mapamit ngrihin Gusti Agung ngrebut enggal makesyah

6. aduh wyakti kari sweccha mas tityange Ratu kali ngangkenin I Lawe semah nyandang mambelanin hurip yan tityang ngmasin pati nging menawi wenten Ratu widhi iccha ring tityang rasa manggeh kari hurip akudasan prajurit wang Wilatikta

7. raine ngembeng hyeh tinghal

61 a // nyep ring rakane wyakti matur Ni Mretaragga yan durus yudane mangkin Janten pisan kajuddhi tityang ngipi tan rahayu [ 283 ]275

bermimpi bermain-main telanjang dengan adik berkeliling memetik bunga di dalam taman

8. bakulnya berisi bunga naik gagak Lalu muntah darah terbakar semua menjadi abu pilihlah dalam memilih raja itu yang dicurigai apabila hamba semua bingung tidak akan merasa takut disakiti yang masih tersisa hanya yang dulu doa hamba terasa di tempat tidur

9. tahu akan dirusak Gusti Agung Adipati penglihatannya makin samar rasa berteman sebagai penyebabnya memeluk istri sambil tersenyum duh jiwa hamba paduka ke bawah tanah dan di atas langit tidak mendapatkan seorang wanita seperti Paduka ngipiyang macangkrama malalung sareng i yadi mailehan nustus skar Jroning taman

8. wakule madhaging skar tincap gowak ngutah gtih puun dados awu tlas pilih ta ngojarang pati punika nyumlangin dening tityang sami ibuk tan sakeng ajrih rusak ne kari ngalama-lamin astin tityang sararase ring pamreman


9. tangeh teken pacang ru gusti agung adipati cacingake sayan buyar kawanenane ngabanin nggelut rabi tur knying

dhuh urip tityange ratu kja to buwih alihang onyang atanah alangit tong mabaan anak luh buka i Dewa [ 284 ]276

10. hamba pakai sebagai jiwa dan raga mencari kedudukan tak boleh hanya bergantung di mata rajanya lautan yang manis menisnya tiada yang menandingi para pengarang semua memuji menandakan kebaikan paling cantik di dunia yaitu ketulusan dan kesetiaan pada suami yang perlu dipertahankan

11. menunduk Ni Mretaraga mengusap-usap air mata Gusti Agung mengelus-elus aduh membuat hati seorang badan hamba basah Ni Tirtawati berkata ini terbuat dari daun tuwi jadi kapan akan membangun terlalu keras hati Kakak mempertahankan diri

12. karena seringnya berperang bosan memakai sebagai gusti bukan kekurangannya itu yang dilihat kakaknya tersenyum mendekati

10. anggon tityang atma jiwwa malingga dadi pangisti tan sah magantung di mata dewa dewan pasih gendis nyernyer manis tan ptanding prakawine padha nyumbang nyirinin kamlahan ratun jgege agumi nggih pitulus patibratane tindihang

11. manguntuk Ni Mrettaragga byeh tinghale usapin Gusti Agung ngaras-aras dhuh manggawe dmen ati dewek tityange lecig Mi Tirtthawati maarar niki te tatuwiyan durus pacang nangun kati bas mamengkung i mbok ngaturang swapna

12. antuk serenge mayuddha waneh anggen tityang gusti boya cingak ika tunan

rakane knying nampekin [ 285 ]

277

cepat menjawab sambil

memeluk

adiknya juga dipeluk

Mirah raja hamba

bagaikan bunga berdua

harum semerbak mewangi

bagaikan bunga menuh

gadung yang sedang mekar


13. hamba bagaikan kayu kering

kehujanan menemukan

kesejukan

diberikan oleh I Mirah

pilihlah untuk menyambung

hidup

tetapi ringannya orang

meninggal

walaupun dipingit sampai

mati

sampai kapan pun akan tetap

disakiti

namun perbuatan sebagai

seorang prajurit

harapan hamba lindungi-

lah tempat peperangan

tersebut


14. Ni Tirtawati membanding-

kan

mendengar kata-kata

menyakitkan hati

kemudian balik menjawab

pelan-pelan


njemak ngancang nyahurin

raine padha katkul

ratun tityange Mirah

kadi skar makakalih

Mengaluh-aluh ambul menuh

gadhung kembang

13. Tityang sasat kayu reges

kasabehan manggih tis

kaswecchan antuk i Mirah

pilih ta nglantasang hurip

nging inganane mati

yadin ngrep gantos puput

dikapan wangde rusak

anging sasanane prajurit

aptin tityang ngekebin

tanah payuddhan

14. Ni Tirtthawati ngesmar

ndingeh munyi ngtus hati

ngwales nggelut matur

banban [ 286 ]

278

terputus-putus sambil

mengingat

aduh anakku bagaimana

apa jadinya hamba besok.

apabila telah ditinggalkan

selama masih berbuat baik.

rajin mengabdi dan belum

pernab merasa bosan

sebagai abdi


15. Gusti Agung kasihan

melihatnya

mendekati sambil mengelus

pipinya

bersikap bagaikan anak kecil

aduh raja mana lagi

yang harus dicari

pastilah akan menemui

kebahagiaan

menjelma baik kelak

semua orang merasa senang

dipuji oleh para pengarang

demikian kalau teguh

berperang sakitlah yang

akan dialami.


16. Raja juga gusti hamba

saat saling tukar

ingatlah kesediaan itu

pada saat bertamu

membuat hati senang

susullah hamba apabila

meninggal


mgat-megat baan eling

dhuh dewa punapi

puaran tityange besuk

yen sampun katinggalan

lewih pamanahe kari

lleb nyungsung durung

hmed mangawula


15. Gusti Agung elas myarsa

ndesekang tur ngaras pipi

ngudasi cara rare san

dhuh Ratu ngken rereh

malih

janten swargga kapanggih

numadi bcik kapungkur

sakadhang braya suka

kaalem ban para kawi

sapunika yen pageh rusak

mayuddha


16. Ratu kalih gustin tiryang

saduke saling kirimin

nika sanggupe ilingang

katkan matmu kasih

muponin dmen hati

barengin yang tityang

puput [ 287 ]

179

janganlah itu ditangisi bahaya kalau ditangisi orang-orang menunggu perang seperti diharapkan

17. namanya membawa sakit tampaknya dengan air mata. perbuatannya jadi jelek itu sebabnya berhentilah menangis semoga hamba panjang umur membawa oleh-oleh pulang pakaian yang bagus-bagus diberikan kepada I Mirah juga baik usaplah segera air mata itu

18. Bagaimana dengan hamba memutuskan tali cinta dan rasa hormat rasa relanya terlalu ikhlas. menyayangi hamba berdua walaupun salah juga dipuji membuat hati menjadi senang setiap perbuatan dibenarkan janganlah lagi membawa oleh-oleh namun jangan pergi ikut

usan kuda nyungsutang ila-ila ngelingin anak ngantyang masyat alah pedpedhang

17.mbekelin sakit adanya ngabudhang ban yeh pangaksi wasannanya dadi rusak sangkan suudang te nangisin gumadak tityang hurip ngaturang gapgapan mantuk pangangge melah-melah katur ring I Mirah kalih nggih usapin toyan cingak egarang sapunapi antuk tityang mgatang pitrsna bhakti swecchane bas malintang ngeman tityang makakalih tambet taler kapuji kalyangan manah satuuk sabikas kadremmanang sampun ja malih nggapgapin sakewanten wangde lungha

ngendon yuddha [ 288 ]

280

19. senang Gusti Agung Tuban memeluk bahu sambil berbisik dan sambil mengelus-elus bisikannya sangat rahasia kesedihan istrinya masih tampak namun berusaha bangkit. tidak pernah takut sakit jika menurut firasat baik. dan kalau menjadi rusak pastilah menemukan sorga

20. setelah itu lalu mandi kemudian berpakaian lengkap memakai pegangan dengan permas memakai cincin dengan permata mirahadi memakai baju gemerlapan keris bersarungkan emas. tampak sangat berwibawa memakai bunga cempaka

21. rambutnya hitam dan subur bentuknya seperti potongan kebanyakan bertemu pandangan giginya putih bersih

19. liyang Gusti Agung Tuban nggelut baong makakisi sarwwi malih ngaras-aras isin bibisike pingit sungsut rabine mari egar kumendel metu twara da takut rusak dening mbaan wisik lewih yen silunglung rusak janten nincap swarggan

20. subane keto masiram ngrangsuk busana tumuli mapapkek ban permas kakayonan mali-ali masoccha mirahadhi mawastra gumilang murub keris matatah mas pantes masongkang paplik mapagandhan maskar campaka jnar

21. rambuten demdem tur samah gaguntingan sipataking macepuk teken cacingak

sentak untune masisig [ 289 ]

281

bibirnya merah manis destarnya menambah ketampanan sutra hijau berukir berisi kawat emas yang munggil

62 b // raut wajahnya tampak seperti berludah para prajurit berperang

22. hiasan depannya rapat sekali memakai selimut sutra garingsingan. memakai ikat pinggang sutra memakai kain dengan lipatan yang rapi berkilau permatanya indah bekas pemberian Raja kagum orang melihatnya. pinggangnya ramping kuning langsat. tubuhnya lemah gemulai dan bersinar

23. adiknya mendadak bangkit tidak sayang lagi dengan jiwa melihat Gusti Agung Tuban terasa menemukan suatu kebahagiaan bibihe barak manis dastare ngimbuhin bagus sutra gadhang mapatra makakawatan mas rawit

62 b // swabhawane makecuh prajurit pasyat

22. aten-atene mabngad makampuh sutra garing singan mabulang ban sutra samar malalancang masasimping ngranyab socchane spid pcak paicchan sang Prabhu ngtus manah ngantenang madyane meros tur laris gadhing lumlum pamulune lembut nyalang

23. rahine sumangkin giras twara nu nyayang hurip nyingak Gusti Agung Tuban

karasa mamanggih becik [ 290 ]

281

apabila ikut mati itu sebabnya perlu menyatu

orang-orang khawatir dilihat keluar kata-kata manis Ratu Ayu masih agak baik

24.Ramba permisi berkunjung ke tempat perang mungkin tak begitu lama. hamba berangkat permintaan hamba lagi ikhlaskan membantunya kasihanilah dia jangan lupa pada anak dia I Kudanjampyani kesayanganku masih kecil hamba tinggalkan

25. Gusti Agung mengasuh anaknya. nah ini sudah nasib kamu. sengaja membawa kebahagiaan menangis I Kudanyampyani tersenyum Ni Tirtawati mengasuh anak kerjakan dulu gendonglah si kecil

yan sareng ngmasin pati sangkaning nyandang silunglung sang was-was kacingak mijil pangandika manis ratu hayu kari ja enakang pisan

24. tityang pamit ngendon

yuddha manawi ta boya lami pamarggin tityange mangkat pinunas tiryange malih tulusang ja olasin nggih padalem kuda ipun sampun lali ngokayang ipun I Kudanjampyani nudut manah alit san kawosin tityang

25. Gusti Agung ngemban putra nah suba pagawen cai akene mbaan kasukan ngling I Kudanjampyani knyem Ni Tirtthawati ngemban jmak kuda malu

anake crik singalang [ 291 ]

283

sampaikan ke istana supaya dihibur cucunya bermain

26. bapaknya akan pergi ke Majapahit menghadap besok seandainya datang membawa oleh-oleh kereta kecil tarik kuda sembrani berjalan dapat terbang

63 a // Ni Ngemban lalu. menggendong anaknya kemudian terdiam yang menyaksikan para pengikutnya berlinang air mata

27. kangen kakaknya mendengarkan kata-kata Ni Tirtawati menoleh sambil mengusap- usap ke mana lagi akan mencari anak seperti I Manik setia pada suami sangat tulus. berbuat agar senang tidak pernah menyakiti hati tidak henti-hentinya terus-menerus mencari kebenaran

aturang kma ka puri memangde katungkulang putune maplalyan

26.a bapanyane ngantyang luwas ka Majapahit manangkil ne mani lamunya teka magapgapan kreta cenik kedeng jaran samrani majalan bisa makeber

63. a // Ni Ngemban laut nyingal okane mneng tumuli ne ngantening panjake ngembeng yeh mattha

27. kangen rakane mirengang munyine Ni Tirtthawati nolih tan sah ngusap-usap kja laku buwin ngalih anak buka i manik patibratane manulus sabikas mangde liyang twara bisa nggae geting twara suud

tebeg ngisti kamlahan [ 292 ]

284


28. Raja dan jiwa raga hamba
selalu sebagai penghalang
seperti sinar matahari hamba
lihat
menyinari dunia
tidak ada yang menyamai
keinginannya bagaikan
teratai
cocok dipakai sebagai
teladan
baik buanglah hamba cepat
akan dipakai bekal
mencari kebenaran

29. adiknya tersenyum melihat
jawabannya enak sekali
didengar
seolah-olah berisi gula dan
madu
dengan kata-kata kakak
silakan berangkat
para pengikutnya sudah
menunggu
I Gusti Agung Tuban
perasaannya muncul
memang bersama Nipdip
menginginkan peperagan

30. setelah mendapat penukar
sisa kunyahan
juga dicium secara bergilir
berjalan pelan keluar

28. Ratu kalih atma jiwa
satata nggalangin hati
buka suryyane not tityang
manyunarin makagumi
twara ada ngasahin
kahayone nrus tunjung
nyandang anggo kmitan
nggih spahang tityang glis
pacang anggon sangu
ngalih kadewattha

29. Raine mingis macingak
pasahure jaen manis
bas maembah gula drawa
antuke ngandika beli
rasisang te mamarggi
kawulane ngantos sampun
I Gusti Agung Tuhan
kahyune alah tanginin
mula sareng Nipnip ngajap
ajap yuda
30. sampune pasilur spah
kalih kaaras magalir

mijil pamarggine banban [ 293 ]

285

berjalan sambil menoleh

kangen melihat istrinya

dengan rasa kasihan

karena berjalan dalam

ruangan

seolah-olah ada penghalang

makin baik

diiringi dengan upacara


31. isi rumah menjelang pagi

semua bersedih dan

menangis

Gusli Agung pergi keluar

menuju keluar istana


63 b // disambut dengan gong

senjata telah siap

para camat telah siap

berbincang-bincang semua

bising sekali

para menteri dan bawahan

lainnya


matindakan tolah-tolih

kangen manyingak rabi

ban pamandaleme muput

sangkan salsal majalan

rasanya ada ngampetin

sayan bagus

kairing ban upacara


31. isih jrone sangosmang

sdhih padha ngmu hling

Gusti Agung ngajabayang

rawuh ka bancingah mijil


63 b // gong tambure mapagin

sikepe sregep paumpu

punggawa sampun napak

mangrawos-rawosan sami

endeh muug

pramantrine durmanggala


Pupuh Durmma


1. semua menteri senang

melihat

wajah Gusti Dipati

ikhlas jiwa dan raga

berani dengan dirinya

sendiri

duduk mendekat sambit

menyembah


Pupuh Durmma


1. Pramantrine sami egar

ngantenang

warnnan Gusti Dhipati

hlas teken awak

bani ngtegang jiwwa

negak maekang ngabhakti [ 294 ]

286

I Gagagarangan

duduk di depan menghadap


2. Gusti Agung tersenyum lalu

berkata

ini kakak Tambakwisti

semua lurah

semua yang berada di sini

seperti rencana kemarin

pikir-pikirlah

yang mana rasanya cocok


3. jawaban menteri semua

sama

dengan sikap merendah

sambil menyembah

Paduka siap sekali

apabila saat I Nambi

bagaikan kerbau yang diikat

mencari tambatan

bunuhlah sekarang juga


4. telah mempersulit ekornya

yang tajam

supaya cepat mengadu

kata I Gagarang

jangan terlalu meremehkan

I Wahan tetap membela

agar tetap hati-hati

sebab mengorbankan jiwa

raga


I Gagagarangan

marep ne di malu nangkil


2. Gusti Agung kenyem enak

mangandika

ne bli Tambakwisti

prabkele padaha

sane dini makejang

buka rarasane dibi

keneh-kenehang

engken rasa ngebetin


3. sahur pramantrine sami

papalehan

mepes sarwwi ngabhakti

ratu sadya pisan

yan I Nambi matanggal

sasat kebo guyul matali

ngrereh cangcangan

tampah ne sampun ne

mangkin


4. sampun ngewehang tanduk

ipune nyanyap

mangdhe glis kembarin

munyin I Gagarang

hdha te paracampah

I Wahan ya mikukuhin

masih apang tangar

dening mabhaya patih [ 295 ]

287

5. I Sidi I Wahan sebabnya

mereka sakit

sewaktu dihadang kemarin

para menteri di desa

kalah dan merasa kecewa

I Nambi menanggapi dengan

baik

berpura-pura ingin membela

seolah-olah menyamai

seorang prajurit


6. benar sekali kata-kata Kakak

Gagarang

sebenarnya berhati-hatilah

taktik siapkan

bernama buaya mangap

ini Kakak Tambakwisti

tinggal di wajah


64 a // dan I Ranggadadali


7. I Wyagranggarit I

Jaranpikatan

mereka diajak untuk

meramaikan

menjaga di kepala

I Rangga Suranggana

I Wiraksara

I Sawungindra

I Kasapta juga ikut


8. I Kanuruhan sama-sama

menjadi kepala


5. I Siddhi I Wahan awana

nnya rusak

sadhuke kacandak ibi

mantrine di desa

lilih mbaan kuciwa

I Nambi tangseh nanggenin

mahapi wirang

mabet jeneng prajurit


6. beneh buka rarasan beli

Gagarang

patutnyane tangarin

glare dabdabang

maadan bwaya mangap

ne bli Tambakwisti

nongos di muwwa


64 a // mwah I Ranggadhadhali

I Wyaghranggarit I

Jaranpikatan

ya ajak ngamwahin

nongosin di tendas

I Rangga Suranggana

I Wiraksara makadi

I Sawungindra

I Kasapta mbarengin


8. I Kanuruhan padha dadi

tendas [ 296 ]

288

ini kamu seorang pemberani

I Barat ketiganya

dan I Puspalaya

I Ulungrat menjadi taring


9. yang di sebelah kanan

di sana semua menjaga


10. I Prahara dan I Demang

Pramoda

juga I Prabongsara

I Gelapangampar

menjadi taring di udara

menjadi ekor pembela

I Sapujagat

I lalangrat membantunya


11. I Rudita bersama I

Napakbaya

keduanya saling menjaga

jangan gegabah

ini I Surantaka

biarkan hamba semua yang

akan menceritakan

diam di tengah

menjadi pajangan


12. yang berada di belakang

supaya serius berkeliling

setiap kewalahan tolonglah

kiri kanan

kelilingi dengan cermat



ne cai tameng gati

I Barat katigga

mwah I Puspalaya

I Ulungrat dadi caling


9. ne di kanawan

ditu padha tongosin


10. I Prahara miwah I

Dhmang Pramodha

I Prabongsara kalih

I Gelapangampar

dadi caling pangiwa

dadi ikuh mikukuhin

I Sapujagat

I Lalangrat marengin


11. I Rudhita bareng ajak

I Napakbhaya

kalih saling jaganin

nda kaduk ampah

ne i wwang Surantaka

dhpang tyang makjang

ngindik

nongos di tengah

dadi awak mancerin


12. ne di duri apang penter

mailohan

asing kapes tulungin

kakebot kanawan

ideran apang clang [ 297 ]

289


jawabannya semua sama

sudah bersiap-siap

susunan siasat perang telah

siap


13. tiba-tiba datang Gusti Agung

Palandengan

Gusti Agung Dipati

pernah menjadi orang tertua

menyarankan dan

menghentikan

tidak sempat pulang

berlinang air mata

tentara cepat berangkat


14. cepat sampai Tuban dengan

tergesa-gesa

langkahnya cepat-cepat

bergerak dan kebingungan

bertemu di jalan

tentara dari kota

terburu-buru berlagak


64 b // diamuk dan diserang

dengan senapan


15. bergantian mati dan luka

parah

pemimpinnya kalah

banyak sorakan

para menteri di depan

bergulung saling serang

bagaikan cemara



sahure sandika sami

suba madabdab

glare pragar pasti


13. saget rawuh Gusti Agung

Palandengan

Gusti Agung Dipati

kaprenah matuwwa

nggalemekin ngandegang

twarada kalingu mulih

ngembeng yeh tinghal

sikepe mangkat gelis


14. enggal ejoh Tubane

magancangan

tindakane pajigjig

kagrek kasisuwang

di marggane mapapasan

sikepe uli nagari

sepan matadhah


64 b // kaamuk kabdilin


15. pacegceg mati remuk

matatu rahat

papucuknyane lilih

liyu kasurakan

pramantrine ngarepang

magulungan saling sabit

mirib camara [ 298 ]290


ke sana kemari ditiup angin


16. bersorak-sorai tidak henti-

hentinya

tembus anak panah saling

bersentuhan

karena I Jaran Wahan

bersemangat berperang

bunyi senapan berulang-

ulang

dan suara gamelan

ramai saling bersahutan


17. para menteri berusaha

mendorong sama-sama ingin

berada di depan

rakyat mundur perlahan-

lahan

jadi kecewa

tentara dari Tuban

mendekati I Rangga Dadali

mengamuk dan menerjang

berkeliling sambil mengipas

senjata


18. seolah-olab ketakutan dan

gayanya menuruti orang

pandai

In Tan Gingsir menyerah

mendekat membawa dadap

tentaranya semua

saling serang saling terjang


siyak-siyok babar angin


16. surak muug krecikanyane

tan pegat

leb panahe magatik


eh I Jaran Wahan

tumanggalang mayuddha

cngeran bedile titir


mwah tatabuhan

nggredeg saling sahutin


17. pramantrine nongsok pada

ngamaluwang


ngleg panjake girik


dadyanya kuciwa

sikepe uli Tuban

nyagiag I Ranga Dhadhali

ngamuk muntarang

mapincer ngubas-abis


18. katatakut tangkepe turah

widhagda


In Tan Gingsir maphalin

ndesek ngaba dhadhap

pasikepane padha

saling ugug saling tangkis [ 299 ]291

menjadi sakit kewalahan I Dadali

19. I Jaranpikatan marah menghadapi datang mendadak berjingkrak tombaknya digerakkan I Tan Gingsir diusir Wiro cepat merintangi saling membawa tombak lama saling memberi

20. sama-sama tajam penglihatan berkeliling semua menipu saling lawan I Rawiro sakit direnggut dan dipenggal menteri dari kota marah ikut mengusir perang saling serang

21. berperang saling usir bersorak saling membela

65 a // entah berapa yang sakit tentara dari Tuban membunyi lama serang menyerang mantap mendekati

dadyanya rusak kasoran I Dadali

19. I Jaranpikatan gdhe mangarepang kucup tka pandingkrik tumbake kekjerang I Tan Gingsir kaulah I Wiro enggal ngambangin matatumbakan maklo saling njuhin

20. padha celang mabinder padhanyidra katujuh kaslanin I Rawiro rusak kajambak tur kapunggal maniri nagarane sengit bareng ngulahang siyate saling cokin

21. mausungan syate saling ulah surake matatindih

65 a // yen akuda rusak sikepe Tubane kepa maklo nyabit-kasabit penter manjagjag [ 300 ]292

orang yang memberikan saran di belakang

22. berputar mengelilingi cakra lalu tergeletak I Wahan yang diintip ditendang dengan kasarnya menteri dari desa mendekati I Patih Nambi dengan cepat membantu berperang tentara banyak yang mengikuti

23. I Wahan masih dikelilingi banyak musuh kena panah dan jemparing terjatuh dalam kegelapan namun tidak gentar para pengikutnya berebutan dan berlari digotong tak berdaya

24. lengah tentara dari kota dikejar makin kalah jadi jajahan datang dengan mengejutkan pengikutnya Patih Narmbi ramai berperang seratusan yang meninggal

panyundule di duri mauyengan sawang cakra ninggilingan I Wahan ne kaintip katandang semu rengang mantrine uli desa nyagjag Patih Nambi gelis matulung yuddha sikepe liyu nututin

23. I Wahan kari rejeng satru ne katah kna panah lan jamparin labuh paptengan nanging twara da binglak tututane mangrebutin turmalaibang kasurung legleg paling

24. buudlenga sikepe uli nagara kaburu sayan lilih dadi pakurepak tka manangkejutang iringane Patih Nambi rames masiyar panyatusan ne mati [ 301 ]293

25. I Tamenggita I Riwaksara baru tentara telah bersiap-siap wajahnya mirip mengusir agak marah dipanah oleh I Nambi dadanya terluka I Wiraksara meninggal

26. I Tamenggita mengusir dan berkeinginan merusak bersediakah I Nambi menaikkan kereta tali kudanya banyak rebah bangun membawa tali di sana ditimbang oleh I Cikur mati

27. bercampur jadi satu bunyi kendang dan tabuh bersamaan makin jelas suara sorakan I Pikatan sakit oleh I Jiwaraga orang-orang Tuban sedang kewalahan payah dirasakan kita benar-benar dibela

28. karena sangat payahnya dan rasa kecewanya tampak dari raut wajahnya

25. I Tamenggita I Wiraksara mara sikepe dhadhap kalih gobanyane kembar ngulahang sada galak kapanah baan I Nambi matatu tangkah I Wiraksara mati

26. I Tamenggita ngulah makneh rusak sadya napiI Nambi mgamnekin kreta talin jarane mbekang hbah bangun ngoros tali ditu katula baan I Cikur mati

27. Matuluwan kendang gong tambur madukan suraka sayan tinglis I Pikatan rusak baan 1 Jiwaragga wwang Tubane kapes biin tuyuh mangrasa awak sanget katindih

28. di sasbeng ban leleh krana kuciwa ngenah uli muanni [ 302 ]294

65 b // karena sering memba- ngunkan kemarahan dilapisi dihujani oleh peluru di peperangan larinya kencang sekali makin diusir oleh tentaranya I Nambi

29. kata-katanya ramai tak menentu karena terlalu berani ini kamu orang Tuban tidak memiliki rasa kasihan peperangan dimulai lagi takut akan kematian tidak akan hidup kamu sekarang

30. walaupun kamu mohon maaf tidak akan ada yang menerima semuanya diikat dengan tali akan jadi sasaran di kuburan Majapahit kesalahanmu tiada tara berkeinginan berani

31. Gusti Agung segera tahu sehingga membuat orang semua pergi temannya tidak ada yang menyerah karena payah sekali

65 b // bas buruh nangun kali milih kaujanan ban mimis di pasiyatan palaibe tingkes ginting suyan kaulah ban sikepe I Nambi

29. mabyayuwan munyine masumbar-sumbar kupe bas malebyan bani ne iba wwang Tuban wara mgelah pikna rangkepang siyat mabalik nakutin bangka tong i dup iba jani

30. yadin iba nungkul nunas pangampura tong ada pacang nampi salyunya kabasta bakal dadi sasaran di smane majapahit salah ba mangkak pangkah makneh bani

31. Gusti Agung tangeh amanan kabrasat rowange tan sakeng ajrih banya tuyuh pisan [ 303 ]295

karena kebesaran lawan bertanya Gusti Dipati siapa lawan kamu kalah karena berperang

32. jongkok teman-teman berkata dengan sikap merendah sambil menyembah benar apa yang dikatakan I Nambi itu memakai kereta memakai bendera hitam dengan meriahnya hiasan lehernya hijau muda memakai perhiasan memakai permata mirahadi

33. memakai payung kertas berwarna hijau dan ujung- nya terbuat dari emas keretanya dicat kuning kudanya merata yang menarik kepayahan bergantian kiri kanan bersiap-siap perang I Wahan merasa payah

35. semua diusung ke belakang Gustidhipati maringis lihatlah I Nambi

bas kagdheyan lawan mataken Gusti Dhipati nyen lawan iba masiyat krana lilih

32. nyongkok matur rwange mepees saha sembah patut ratu I Nambi punika makreta matunggul slem muntab bapange gadhang tuki mahmas-emasan masoccha miraadhi

33. mapajeng kretas gadhang mamoncol mas kretane mecat kuning kudane caracap ne ngedeng maudreran kebot kanawan caliring nabdabang yuddha Wahan leleh kni

34. pilih ta pade magosong ngapungkurang Gustidhipati mingis I Nambi te apa [ 304 ]296

dipakainya senjata baiklah tangkai panahnya dihiasi dengan emas I Cikur menginginkan

35. Gusti Agung tertawa dan mengambil senjata tombak berukir putih berususkan dengan emas rata dengan ukiran yang bagus besinya berkilau bagaikan disanbar petir

36. teriak-teriak di depan sambil menghitung rakya menunggangi kuda putih beralaskan emas bergerak-gerak bagaikan gambar terasa tak tampak di dunia I Megalamad waktu maninggalnya dipuji

37. berjejal-jejal tidak beraturan kata-kata Surantaka teman-teman berdatangan bagaikan kobaran api dijatuhi alang-alang kita terlalu ditantang benar-benar akan dilawan wajar bersimbah darah


anggonya pasikepan inggih panahe kaatik matatah emas I Cikur nyarathinin

35. Gusti Agung ngakak tur njemak gagaman sangkut mabantang putih mausus ban emas masasa rudhira betk bsine nglelam mirib sledetan tatit

36. kirak-kirak ngarepang ngtekin panjak negakin jaran putih mapapakakas emas ngijik ambul mapola rasa twara nampak gumi I Meghalamad sdannyane kapuji

37. matulwan munyin i wwang Surantaka timpale dan padhari mirih api muntab entungin ban ambengan awake bas kalebonan sajayang lawan sleng takehan getih [ 305 ]297

38. dijawab dengan sorakan tatabuhan ramainya bendera tak henti- hentinya sebagai tanda perang sangat dahsyat rakyat semua berpikir dijepit dengan selang kepit para camat bercampur berperang dengan giat

39. I Prahara dan I Rangga Suranggana seolah-olah duduk kuda membawa tombak pendek I Nambi direncanakan Rangga Prawangsa menghalang menunggangi kuda serang diserang salah

40. berdiri kudanya lalu menggigit dan menerjang meringkik saling gigit I Rangga Prawangsa tidak sempat mengelak I Brajasela menolong I Suranggana kemudian menyatu

38. kasahutin baan surak tatabuhan krebetan tunggule tarik cirin ramen siyat panjak padha lagawa matgem slang sabit para punggawa maduk maukur gati

39. I Prahara mwah I Rangga Suranggana mambal-ambal negakin jaran ngaba bokat I Nambi kapipitang Rangga Prawangsa nambakin negakin jaran nujah katuhah pelih

40. majujuk jarane magutgut masepak ngrengeh saling katik I Rangga Prawangsa tong kengguh kakembulan I Bhrajasela nulungin I Suranggana saget dadhi absik [ 306 ]298

41. di pundak kudanya I Brajasela datang menusuk seperti baru dituruni hujan

66 b // begitu I Brajasela janjinya tak bisa dipegang dengan sungguh-sungguh membalas dan memenggal I Suranggana mati

42. I Prawangsa melawan I Demang Prahara peperangannya seimbang semuanya sama-sama rusak orang-orang Tuban memen tingkan diri keduanya berisi taring kiri kanan sudah menbawa makanan

43. I Sapujagat I Dangding dikalahkan I Sawunggaling mati I Wulungbuwana memaksa memenggal perang sangat dasyatnya I Yampal sakit oleh I Wyagranggarit

44. tanpa rencana sangkutnya ditancapkan

di tundun jarannyane Bhrajasela tka nebek ngurek nebekin batu tiban ujan

66 b // keto I Bhrajasela samayanya tong bisa gamit ngawales munggel I Suranggana mati

42. I Prawangsa nglawan I Dhemang Prahara pasiyatnyane sapih mangkep padha rusak wwang Tubane ngulahang caling glare makakalih kebot kanawan suba mbaan makanin

43. I Sapujagat I Dhangdhing kapacundang I Sawunggaling mati I Wulungbhuwana nyahasan laut munggal siyate pupuk mauntit I Yampal rusak baan I Wyaghranggarit

44. tanpagae sangkute langkah tbekang [ 307 ]299

beradu keris diramaikan oleh orang-orang dadap perang makin memuncak dipercepat jalanannya usir-mengusir dikalahkan berkali-kali memberi panah yang tembus keluar darah terus-menerus

45. memakai layar dengan bendera kelihatan kedap- kedip orang-orang kota kering lengah dan makin ceroboh kecewa dan marah diterjang dan diamuk dengan dahsyatnya jadi kalahlah kedudukannya I Nambi

46. hampir terlambat panah- memanah kata-katanya tak terkalahkan

67 a // sambil melepaskan anak panah seperti lomba-lomba sebagai bukti menyembah membalas saling panah

sok kadutan magatik parise mwang dhadhap siyate mararuket nglesin pasleng lesin ulah-kaulah kapacundang bulak-balik maangin panah ne hleb dres titir

45. mabidak ban tunggul ngenah klap-klip wwang nagarane isis lenga sayan rengas kuciwa kagalakan kaungseng kaamuk bitd dadi kalahlah tongosnyane I Nambi

46. das kandak maaduk mapapanahan munyine hda ilih

67 a // sambil nglebang panah mairib lomba-lomba palonca manyungsung bhukti ngwales mamanah [ 308 ]300

orang-orang Tuban menemani

47. saling berlomba ingin berhadap-hadapan kereta Patih Nambi berdiri tak bergerak membolak balikkan rakyat berdiam diri lalu pergi mengungsi aksi para camat berperang berulang-ulang

48. I Napakbaya mengusir kuda bertujuan menemani I Nambi mengesampingkan dengan panah I Sondong Sanjata mengenai dada sampai tembus darahnya bercucuran berani dan berkeinginan

49. kedua kalinya I Napakbaya sakit I Rudita mendekati kemudian balas dendam tentara dari desa menghilang mencari imbalan

wwang Tubane nimpalin

47. liyu saling langkungin mabuddhi mapas kretane Patih Nambi majujuk murengang mbalik-malikang panjak mamongol larud padrit sok prapunggawa masiyat wali-wali

48. I Napakbhaya ngulah muukang jaran kucup ngucur I Nambi nyampingin ban panah I Sondong Sanjata ngenayang tangkah ngembutin getihe muncrat wanen mabuddhi nyapih

49. bwin kapindowin I Napakbhaya rusak I Rudita njagjagin wirang mapulihang sikepe uli desa makiles ngalih pakolih [ 309 ]301

tampak menghilang di sana diamuk hingga remuk

50. mundur secara sembunyi- sembunyi akhirnya terhalang sungai besar sekejap kemudian mati para menteri dan camat semua diikuti kuda I Rudita pontan-panting dengan cepat maju ke depan I Dadaha menemani

51. I Rudita tertawa terbahak- bahak I Dadaha marah kamu menteri tua ah lebih baik kembali apa ingin mati ke sini mendekatilah kepalamu akan kupenggal

52. I Dadaha diam dan marah sekali kelihatan menjepit perisai tombaknya acungkan I Rudita ditusuk dengan tombak tetapi serangannya terpeleset tertelungkup kesakitan I Rudita terguling-guling

nonjok makledan ditu kamuk kalindih

50. pakilese kablet di duri bangawan aksep dekdek mati pramantri punggawa pacegceg tuting jaran I Rudhita murat-marit enggal ngarepang I Dhadhaha nimpalin

51. I Rudhita kdhek ngamunyinin ngakak I Dhadhana sengit iba mantri tuwa ah mlahan matulak bas manglalu sajja mati mai paakang tendasse beh padhangin

52. I Dhadhaha mendep gdeg marungusang kanten tamyang manyabit sangkute anggarang I Rudhita katumbak sawuh panangkise keni makakeb rusak I Rudhita mapugling [ 310 ]302

53. I Dadaha kesulitan melepaskan anak panah jamparing dan suligi

67 b //I Surantaka sekelompok yang membawa kendaraan secepatnya menuju pedati diburu dan diusir ke mana perginya I Nambi

54. I Brahmacikur berkeinginan menembak berdiri sambil menoleh- noleh I Nambi tak henti-bentinya terus-menerus melepas anak panah Gusti Dipati melihat kemudian diganti sangkutnya dibawa orang lain

55. jika ingin berperang di atas kereta diam-diam mengipas- ngipaskan keris sambil mengambil dadap memakai perhiasan emas dan permata berjurai dengan kain sutra hijau

53. I Dhadhaha mangiseh nglebang panah jamparing mwang suligi

67 b // i wang Surantaka soroh ne matgakan ngumpreng manglipung padhati kaalih ulah sing lakuya I Nambhi

54. I Brahmacikur nyaratin nembak majujuk paritolih I Nambi tan pgat cebceb nglebangin panah Gusti Dhipari mangaksi kapatimbalang sangkute hlen nggisi

55. dening kahyune masyat myburin kreta nguyeng kadutan mingid dambil jemak dhadhap mahmas masasocchan maencer ban lungsir wilis [ 311 ]303

bagaikan singa berkurang kehebatannya

56. sudah bertemu I Nambi dengan para tentara dengan jalan menyela I Gusti Agung tersenyum ih rupanya berani I Nambi ingat kamu karena diberi keringanan sekarang pertahankan kalau memang benar-benar seorang prajurit

57. supaya kamu secepatnya diangkat sebagai patih menghadap di Majapahit ini bunuhlah aku apabila aku tidak sakit kepalanu akan aku penggal kujadikan injakan rakyat Tuban yang kotor

58. I Nambi menjawab dengan nada kasar benar demikian terlalu banyak omong I Lawe mari kita bertempur kemudian bersamaan saling serang keretanya goyang kudanya berputar- putar

mairib singha krura mangresresin

56. nylag sikep I Nambi suba mapapas

I Gusti Agung mingis ih wanen ke saja I Nambi inget iba bane ubhayain kai jani tindihang yen twah mula prajurit

57. mangde iba ngalantas ka papatihang marep di Majapahit ne kai mattyang yen kai twara rusak tendas ibane paglintik dadi panjekan panjak Tubane bngil

58. I Nambi renget kenyat masahut jengat saja aketo gati bas liyunan pta I Lawe jalan masiyat laut mangkep saling cokin kretane gayal jarane mangiderin [ 312 ]304

59. saling tipu lama sekali dan keberaniannya sama Nambi secepatnya melawan melepas anak panahnya I Lawe tidak goyah menyerang menuju pedati I Mega Lamad kecepatannya bagaikan angin

60. agak bingung jika berhadapan dengan kereta diikuti dari belakang kudanya menerjang

68 a // melompat di atas kereta I Nambi direnggut sekilas menghilang I Cikur diasami

61. sudah berhenti orang bersorak-sorak telinga akan seperti pecah suara tetabuhan makin ramai musuh kucar-kacir berhamburan dan lari kencang saling mendahului ada yang minta ditunggu

saling cidra makle wanene asah I Nambi bcat cihcih manglebangin panah I Lawe twara obah ngungseng mangucur padati I Megha Lamad gancange ambul angin

60. serekdap kemngan nadahang katurut uli duri jarune narejak 68 a // makcos duhur kretha I Nambhi kajambak plih meneles ilang I Cikur kaasemin

61. suba mati surake mabyayuwan buka ngempengin koping gamlane ngencang musuhe pati babar samben palaibe bintit saling paliwat

ada ne nagih anti [ 313 ]

305

payahnya bukan main

menyeberangi sungai yang

besar

membuang panah suligi

arahnya tak menentu

banyak mati tenggelam

yang tidak dapat berenang

ada yang takut

mohon maaf dan menjerit


63. ada yang dipenggal

kepalanya disembelih dan

disakiti

orang-orang Tuban menjadi

takut

seperti kelaparan

musuh tergeletak

mayat tersusun

I Gagarangan

menurut I Yangsatrik


65. ditusuk dengan pisau lalu

lari dan melontari sungai

besar

berenang dan terluka

Gusti Agung Tuban

melewati tambak ikan

bermaksud ke Majapahit

lalu menghancurkan

para menteri menghalangi


62. kasel-kasel cuyuh ngonyo­-

ngin bangawan

ngucang panah suligi

samben mangliyuran

liyu mati bekbekan

ne twara bisa nglangi

ada ne sengap

nunas urip pajerit


63. ada ne karecah kagorok

kaburak

wwang Tubane ngreresin

ambul kalalyah

musuh pajulempang

bangke masusun matindih

I Gagarangan

nurut I Yangsatrik


65. katbek malaib nyeburin

bangsawan

ngaba tatu nglangi

Gusti Agung Tuban

ngalintang tambak ngeras

kayune ka Majapahit

nglaut ngarista

pramantrine njadelin [ 314 ]

306

66. baik untuk persiapan
memohon kembali
waktu telah lewat
mungkin sampai di kota
karena musuh banyak sekali
camat dan menteri
belum bertempur
masih berada di kota

67. yang diperintahkan menjaga
milik Paduka itu
kelompok orang-orang
terpilih
keturunan orang
sembarangan
lain halnya dengan di
sebelah selatan kota
pasti banyak yang masih
dijamin rusak
juga semua prajurit

68. demikian harapan semua
menteri
dibenarkana pulang dengan
cepat
juga para pengungsi
berkeliaran dan
menyembunyikan diri
gelap dikatakan besok pagi

68 b //diceritakan lagi Prabhu
Wijaya keluar

66. bcik antos nunas tulak
madabdaban
sampun lintang panpi
meh nincap nagara
reh satru katah pisan
punggawa manca mantri
durung mayuddha
kari jroning nagari

67. ne ngamongin baburu
duwene punika
soroh janma maslik

totos wanen kopa

lyan sadiod nagara

janten pisan akeh kari
kakaren rusak
taler sami prajurit

68. keto pamungun
pramantrine makejang
kapatut budal gelis

larudane pda
sambeh nyangidang awak

peteng kaucap ne mani

68. // buwin satwayang

Prabhu Wijaya mijil [ 315 ]

307

69. tiba di alu-alun kemudian

dihahapi

semua dipenuhi para pendeta

menteri tua dan muda

I Wagal I Sardula

I Pamandana I Panji

duduk di belakang

yang menghadap di depan


70. I Sorandaka bersanding

dengan I Kebonabrang

I Terung I Atatsari

I Wide I Jalak

I Gumarang I Ngasag

I Modang I Gagakmohi

I Setan Kobar

I Bandotan


71. I Mayang Mekar dan I

Panlegan

juga I Kebolateng

dan I Kanduruan

ikutl juga I Jagawastra

pertunjukan makin ramai

memenuhi jalan

datangnya sendiri-sendiri


72. sampai ke pasar tentara

penuh sekali

semua sama-sama siap

raja berkata

bagaimana paman Sora


69. katangkilin di alun-alun

napak

sulunggih padha titib

mantri bajang tuha

I Wagal I Sardula

I Pamandana I Panji

di pungkur negak

ne di payunan nangkil


70. I Sorandaka masanding I

Kebonabhrang

I Trung I Aratasari

I Widhe I Jalak

I Gumarang I Ngasag

I Modhang I Gagakmohi

I Setan Kobar

I Bandouan makadi


71. I Mayang Mkar miwah I

Panlagan

I Kbolateng malih

mwah I Kanduruwan

bareng I Jagawastra

tagengane sayan titib

ngebekin margga

tkanyane paindi


72. teked ka pekene sikepe tan

pasla

makjang suba ginting

sang Prabhu ngandika

kenken si bapa Sora [ 316 ]

308

ada kabar tentang I Nambi

siap tak siap

I Sora berkata sambil

menyembah


73. baiklah Raja hamba bersedia

tersebut I Yarya Sidi

I Tosan I Kidang

I Curing I Muringang

dirusak di Tambakesi

sudah ke barat

melewati semua tentara


74. sudah bertemu dalam

perang di Tuban

hamba pikir belum kembali

raja mengangguk

tiba-tiba ramai sekali

ada yang terus bertanya

I Terik datang dan kalah


75. diangkat dengan payahnya

dan luka parah

kemudian digotong

beramai-ramai datang

kedua pahanya

tembus lukanya dan

berdarah banyak

kelihatan diangkat


69 a sempoyongan // berjalan


ada aortthaya I Nambi

siddha tan siddha

I Sora matur bhakti


73. inggih Ratu nyadyayang

pangrengen tityang

kocap I Yaryya siddhi

I Tosan I Kidhang

I Curing I Muringang

karusak ring Tambakesi

sampun ngawuhang

nglintang sikepe sami


74. pilih sampun matangkep

yuddha ring Tuban

manahang tityang dening

durung tulaak

sang Prabhu maanggukan

saget matulwan ngiid

ada natasang

I Terik tka lilih


75. masurungan leleh nandang

tatu rahat

sampun kasongan ngraris

mrebheng-rebheng tka

pahane makadadwa

betel tatune bek getih

ngenah cingcingang


69 a jranah // jrunuh mamarggi [ 317 ]309

76. kaget Raja melihat kemudian berkata Terik mendekatlah ke sini lalu menuju ke depan berjalan sempoyongan menunduk kemudian dipayungi dengan cepat menyembah-nyembah berkata lalu menyatakan kesalahan

77. baiklah hamba I Terika yang tidak berguna dijadikan abdi di sini namun setiap hari loba meminta pemberian ingin hidup kembali perlu dibunuh untuk apa jika masih hidup

78. lama Raja berdiri karena sangat kagetnya terkaannya tidak keliru pastilah akan kalah juga pertempuran rakyat kembali bertanya dan berkata lagi bagaimana perjalanannya lurah I Terik

79. benar Raja peperangan di sebelah selatan Tuban

76. kanggek sang Prabhu ngaksi tur ngandika Trik paekang mai raris mangarepang majalan matruyudan bongkok kapajngan gelis manyumbah-ryumbah matur mitahen sisip

77. inggih tityang I Trik lintang nirgunna kakawula iriki sakewala sabran lobha nunas paiccha kengin mantuk kari hurip nyandang pademang jaga punapi kari

78. suwe sang Prabhu naneng engsek begbegan pamarkkane tong pih janten twah kasoran siyat panjake padha yesedang ngandika malih kenken pajalan prabekelo I Trik

79. paru Ratu payuddhane dlod Tuban [ 318 ]310

di sebelah barat Tambakesi di jalan saling bertemu tentaranya telah menghan curkan terlambat mengelak dari perlawanan belum berlagak terdesak didatangi musuh

80. agaknya ada para menteri yang rusak pemimpin perang dulu I Wiro I Medang I Dangding I Prawangsa I Cikur I Sawunggaling Kebo Ampal tetapi hanya ada dua

81. sempat kena tombak I Brajasela I Wahan lebih dulu terkena jemparing menyerang dalam kegelapan hamba dapat saling serang I Gagarangan menghadapi sendiri

82. I Nambi di mana tempatnya bertempur bukannya di sana ikut di sana bersiap-siap para menteri itu

ring dawuh Tambakesi ring marggi mapapas sikep duwene ngrista kasepan mangolah tangkis durung matadhan kaslek satru ngrawuhin

60. sada wenten pramanti duwene rusak inan yuddhane rihin I Wiro I Medhang I Dangding I Prawangsa I Cikur I Sawunggaling I Kebo Ampal kewantene kakatih

81. kantos keni katumbak I Bhrajasela I Wahan pinihrihin jemparing ngeniyang myarempeng paptongan tityang polih saling sabit I Gagarangan tumanggalang ngarepin

82. I Nambi dija tongose masiyat sing daditu mbarengin irika nabdabang pramantri punika [ 319 ]311

tetapi pada saat berlari

69 b tidak ada // bersih waktu hamba melihatnya

83/ tetapi hamba lihat saat berperang bermusuhan I Dipati dinaiki kuda keretanya rusak berantakan peperangan kemudian bercampur jadi satu itu sebabnya samar hilang seperti sembunyi- sembunyi

84. sangat kaget perasaan Raja mendengarkan karena I Patih Nambi disuruh mengungsi mengakibatkan duka yang dalam dengan seketika kata-katanya keluar bagaimana dirasakan oleh para lurah di sini

85. angkatlah sekarang jangan menunggu hari lain supaya bersih sehari orang-orang dari Tuban terlalu angkuh

nanging dawege malaib

69 b tan wenten // tedas antuk tityang ngantenin

83. kewanten ten tityang sdeke mayuddha mamseh i Dhipati kaunggahin kuda rusak kretane bencar yudane maaduk raris awanan samar icale kadi nyilib

84. lintang merang kayun sang Prabhu mirengang baane Patih Nambi larud katur buntas ngentikang sanget duka gangsuh wacanane mijil kenken karasa ban prabekele dini

85. jani angkatin du mganti dina lenan apang bresih awai wwang Tubane bas mangkak [ 320 ]312

hanya dapat mengalahkan I Sora membenarkan dan mengikut berkata sambil menyembah bagaimana tunggu lagi

86. para abdi telah tiba dan semuanya sudah siap menginginkan cepat perang perlu melaksanakan sekarang bersiap-siap I Nabrang berkata dengan sopan biarkanlah hamba mencoba memberitahukan

87. karena dia terlalu menyusahkan tidak ada muka lagi para menteri dari kota berani menuangkan darah berukuran anak panah jamparing menangkis dada sampai hati menyembunyi kan jiwa raga

88. berapa banyak abdi yang bukan orang Tuban ingin menjadi prajurit yang termasyhur semuanya sudah habis berlebu setiap hari

pisarya prajaya I Sora mamatut ngiring maatur nyubah punapi jantos malih

86. kawulane sregep sami sampun napak mamanah adhu glis nyandang lumaksana ne mangkin madabdaban I Nabhrang matur mgabhakti bunggayang tityang ngindayang ngagurain

87. antukipun bae ngebusin pisan manah rupa tan wenten kari pramantri nagara purun ngecorang rah mataker panah jamparing nangkisang tangkah iogas nyaruwang hurip

88. akuda san kawula tan janma Tuban kengin kasub prajurit apanalik telas malebon sadina [ 321 ]313

jika orangnya kurus kering berkeinginan terlalu berani loba datang berbalik

89. benar sekali seperti kata I Nabrang apabila tak kalah hari ini I Lawe dihancurkan

70 a bersenjata tumpul // habis dunia di Majapahit semua bergerak para menteri menjerit

90. bicara bersama saling bergantian berani menyerahkan jiwa raga membalas kebaikan memberikan pembantu kebetulan hidup seperti sekarang ini serang bersama-sama I Sardula menyembah

91. kata-katanya halus seolah- olah mengingatkan kita kembali baiklah junjungan hamba wajahnya kusut membela kebenaran berpikirlah dulu

kapo janmane baregig mamanah lancang momo tka mabalik

89. saja pisa buka munyin I Nabrang yang tan kalah prajani I Lawe karista

70 a legengen tumpur // bhrasta jagate di Majapahit padha mangkaban pramantrine pajerit

90. papatuhan ature matatim balan bani ngetogang hurip ngwalesang kaswecchan mangaturang pangayah mungpung hidup buka jani mamkul pada I Sarddula ngabhakti

91. aturryane halus sreng matu hilingang ratu dewagung inggih sampun rupa lepya negamlang kapatutan panjangang mapineh rihin [ 322 ]314

kemudian berperang di belakang juga lihat

92. Seperti membunuh kala- jengking itu ekor dan sepit keduanya diwaspadai walaupun sepitnya putus gulungannya berbisa camkan sekali alat obatnya manjur raja itu perlu dikatakan

kata hamba semua apabila Paduka Seperti sangat keliru jangan dulu mendirikan para menteri dan camat sembahnya perhatikan

93. apabila sudah pasti maka perlu bergerak juga masalah ini orang-orang pergi kumpulkan para pengungsi dan yang luka semua rawatlah bawa pulang dan obatilah

94. Lama Raja terdiam sambil berpikir

raris mayuddha kapungkur taler aksi

92. sat kadi ngamadhemang tladu punika ikuh rawuhing supit kakalih tangarang yadin supite pgat leletipun ngwisyanin rugehang pisan sranan tambane sandi punika ratu nyandang bawos-bawosang atur tityange sami yen cokor i dewa banget kadi kemperan mangkin dumun nangun kali pramantri punggawa bhaktinipun priksain

93. yan makanten sampun nyardang lumaksana kapingkalih puniki janmane kabrasar larudane tambunang malih ne matatu sami sukanin pisan ajak mantuk tambanin

94. mneng suwe sang Prabu mineh-minehnag [ 323 ]315

I Pamandana juga berkata benar sekali apabila malamnya berperang orang-orang saling terjang dan saling serang musuh tidak tampak teman-teman yang kita musuhi

95. kesalahan dia banyak apabila kita bandingkan tipu muslihatnya dijalankan bagaikan I Bajra Dantas rela mati di medan perang

70 b // ditipu pada waktu malam Raja senang dan berkata lagi

96. kala Ngrak Setan Kobar Buta Ngasag sekarang semua berangkat bersama I Prakosa para pengungsi kumpulkan jadi satu juga amati dengan baik persiapan medal musuh semua diperiksa

97. seseorang diutus untuk menyembah kemudian didadar kain selimut dan baju


I Pamandana malih matur wyakti pisan yan wengine mayuddha pati puuk i wwang senggih mseh senggihang timpal-timpal mesehin

95. kakawenipun akeh yan imbangang cacidrane mamarggi sat I Bajra Danta padem ban tinin yuddha

70 a //kacidra sedekan wengi sang Prabhu liyang sarwwi ngandika malih

96. kala ngrak setan kobar bhuta ngasang majalan padha jani ajak I Prakosa larudane tuptupang

kalih pdasang iwasih padabdab glar musuh padha priksain

97. sang kautus nyumbah laut kadhadharan kamben saput kulambhi [ 324 ]316

ikat pinggang dan hiasan leher semua memakai perhiasan dari emas sampai dengan sangkut dan senapan kuda perang agak memakai alat yang pasti

98. setelah didadar para utusan berangkat tentara banyak yang membuntuti kira-kira delapan ratus orang langkahnya cepat Raja kembali ke istana setelah semua siap pertempuran besok

99. para penghadap senua pulang ke rumah masing- masing menyiapkan para tentara tetabuhan mulai berbunyi setiap halaman bising dengan suara tetabuhan bersenang-senang merayu para prajurit

sabuk tuting bapang makjang mamas-mamasan tkaing sangkut lan bedil jaran pasiyat saha pakakas pasti

98. sampun kadhadhar utusane mangkat sikep liyu nututin sawatara domas tindakanne ngancab sang Prabhu budal ka puri suba kasurab pagbuge nemani

99. patangkilane mulih padha sewang-sewang

nabdab sikep mangraris nabuh tatabuhan bilang akarang-karang muug pakrancang-krincing masukan-sukan ngipuk para prajurit [ 325 ]317

100. di luar istana masih ada orang bersenda-gurau semua orang kepercayaannya mabuk-mabukan bukan yang lain dibicarakan para panghancur besok sekarang dibicarakan setelah menjelang pagi

101. ramai sorak-sorai di luar istana I Basanta memukul kentongan bertalu-talu berwibawa bunyinya para menteri bersiap-siap bingung kemudian berganti mengambil tempat duduk mendadak kuda muncul

012. ribut saling menjerit dengan yang lainnya

71 a berbondong-bondong ke luar dan penuh sesak semua siap senjata di jalan sampai kepenuhan sampai ke pasar yang sempit para camat di bale bang semua

103. di luar istana para prajurit telah tiba

100. di bancingah iyong nu magagonjakan sapiandele sami

mapunyah punyahan twara len ne karawosang tingkah pangristane mani jani ucapang bumara galang kangin

101. muug tambure manglulun di bancingah I Bhasanta ngembutin macedem nsgilakang pramanrine madabdab sisu masalinan raris jemak tegakan malebek jaran mijil

102. uyut saling jritin ngajakin timpala

71 a mabred pa // su titib ngambyar magagaman di marggane kosekan tked ka pekene spid para punggawa di bale bange sami

103. di bancingah prajurite suba napak [ 326 ]318

I Sora juga mengatur dan I Kebo Nabrang serta I Gagak Sarkara seperti I Mayang Mekar sebagai ketua bersiap-siap memelopori ke medan perang

104. sampai pagi ramai para tentara berkeliaran disinari matahari tambur dibunyikan gendang dan gong bersahut sang Prabhu Wijaya keluar bagaikan sinar matahari yang baru memancarkan sinarnya

105. sinar matahari mulai terbit ribut yang mengikuti membawa upacara berjalan di medan perang lalu sampai di luar istana dan menyuruh para menteri berjalan

106. I Wagal ikut bersama Pamandana dan para pendeta serta para ksatria juga I panelegan disuruh menjaga istana

I Sora ngenter kalih mwah I Kbo Nabhrang mwah I Gagak Sarkara I Mayang Mekar makadi dadi pemuwa nabdab siyat mecukin

104. tatas lemah klelaman sikepe muntab sundarin matan ai tambure nggilakang kendang gong matimbalan sang Prabhu Wijaya mijil waluya suryya ne bawu endag kangin

105. tejan bhusanan makutha ne dumilah pagredeg ne ngiring ngaba upacara majalan di payuddhan rawuh di bancingah raris tur ngandikayang pramantrine mamarggi

106. I Wagal bareng teken I Pamandhana mwah brahmana sulinggih ksatriya pramanca miwah I Panlegan katugnah ngmit puri [ 327 ]319

I Kanduruwan masih ikut bersama

107. sudah berangkat para pelopor tentara I Jagawastra mendampingi lurah dan camat seratus orang berkendaraan ada yang memakai payung putih hitam dan merah dan ada yang memakai payung kuning

108. bendera dan umbul-umbul berjejer lebih awal senapan berjejer berjalan berdalih sangkut semua terpisah suara panah terdengar suara gong tidak pernah sepi

109. sudah jauh sekali para pelepornya bergerak tentara kita berjalan bagaikan gunung berbunga

71 b // pakaiannya berada tampak bagaikan gunung berapi

I Kanduruwan milu hnu mbrarengan

107. suba mangkat papucuk sikepe enggal I Jagawastra ngabih prabkel punggawa satusan matgakan ada ne mapajeng putih slem len barak ada mapajeng kuning

108. tunggal lalentek ngama luwang ngambyar bdil majajar buris majalan makanda sangkut sami mabancah panah maesed pakrecik gong tatabuhan tong taen sep mamunyi

109. suba sawat papucukne maangkaban sikep dwene mamarggi mirib gunung bunga

71 b //l panganggene marenda kanten kadi gunung api [ 328 ]320

I Gagakara berjalan mendahului

110. senjatanya semua sama sangkur berkerangka putih I Gagaksarkara menunggangi kuda merah memakai pakaian menteri berpotongan perilaku raspati

111. di belakang bekalnya I Nabrang semua memakai perisai bali memakai senjata tomara orangnya jahat-jahat hanya bermodalkan kesepakatan para buruh bertempur dikurung para prajurit

112. kuda abu-abu tunggangannya I Nabrang menyatukan isinya berpinggiran dari emas di lingkarannya bagus corak warna berlainan menghunus tombak ditarik dengan mudah

I Gagakara majalan ngamaluwin

110. babkelanyane patuh manyikepang sangkut mabantang putih I Gagaksarkara negakin jaran barak ngarangsuk pangangge mantri magaguntingan sipataking rasphari

111. di durian babkelane I Nabhrang padha matamyang bali masikep tomara jalmane ganal-ganal kamulan papadhu riin buruh masiyat kakurungan prajurit

112. jaran dawuk tegakanrya ne I Nabhrang mayikepang parisi mapentung ban emas di buntarnyane mlah mapalidpid masangling mamancer tumbak keket kluse kalis