Kaca:Paparikan Lawe.pdf/17

Saking Wikisource
Kaca puniki kavalidasi

8

keraton Tumapel, tetapi pertempuran tidak seimbang sehingga ia terpaksa menyelamatkan diri. Dalam penempuran itu ia hanya berhasil merebut salah seorang kekasihnya dari pihak musuh.

Raden Wijaya berlindung di Madura dan di sana ia menunggu saat yang baik untuk melakukan balasan, menyerang Daha. Atas anjuran Wijaya, adipati Madura, Raden Wijaya kembali ke Tumapel dan tunduk kepada Raja Jayakatwang sambil meminta tanah Trik kepadanya. Rangga Lawe diutus untuk memberitahukan kepada Raja Jayakatwang mengenai kedatangan Raden Wijaya. Permohonan Raden Wijaya dikabulkan oleh sang Raja, kemudian di Trik Raden Wijaya mendirikan istana Kerajaan Majapahit.

Rangga Lawe mengusulkan supaya menyerang Daha secara terbuka. Serangan itu dilancarkan setelah mendapat bantuan dari Tatar dan Madura. Terjadilah pertempuran yang sengit. Korban berguguran di kedua belah pihak. Dalam penempuran itu Raja Jayakatwang tertawan. Setelah pasukan Daha dapat dikalahkan, perang berkecamuk lagi antara pasukan Majapahit dan Tatar. Dalam penempuran itu Raja Tatar gugur di medan laga. Setelah mencapai kemenangan, Raden Wijaya dinobatkan menjadi raja di Majapahit. Upacara pernikahannya dengan kedua putri Raja Kertanegara dan kedua putri Raja Melayu dilangsungkan dengan pemimpin upacara Bhagawan Santasmerti.

Pada masa pemerintahan Raden Wijaya jabatan dibagi-bagikan kepada para pejuang yang telah berjasa dalam mendirikan dan mempertahankan Kerajaan Majapahit. Rangga Lawe diangkat menjadi panglima, kemudian menjadi adipati Tuban. Ia berkesal hati setelah Raden Wijaya menjadi Raja Majapahit. Rangga Lawe memberontak karena dia tidak diangkat menjadi patih Majapahit. Yang memegang jabatan patih adalah Nambi. Pusat pemberontakannya di Tuban.

Pertempuran sengit terjadi ketika Rangga Lawe berhadapan muka dengan Kebo Anabrang. Pada pertempuran pertama Rangga Lawe berhasil mengalahkan pasukan Majapahit, tetapi pada penempuran