Kaca:Paparikan Lawe.pdf/13

Saking Wikisource
Kaca puniki kavalidasi

4

Bentuk gabungan konsonan yang menunjukkan ciri bahasa lama (bahasa Kawi dan bahasa Sanskerta) tetap dipertahankan agar keaslian teks tetap terjaga. Bentuk gabungan konsonan itu adalah bh dalam kata prabhu ' raja' dh dalam kata dharmadhyaksa 'kepala urusan agama' gh dalam kata gharapami 'istri sah ' ph dalam kata phalguna 'bulan ke-8 ', ' Arjuna' dan th dalam kata thaniwisaya 'daerah pedesaan'.

Teks Peparikan Lawe ditransliterasikan ke dalam huruf Latin bait demi bait, berdasarkan jumlah baris teks yang disesuaikan dengan konvensi pupuh. Kaidah pupuh itu meliputi banyaknya baris dalam tiap­ tiap bait (pada lingsa), jumlah suku kata pada tiap-tiap baris (guru wilang), dan bunyi akhir pada tiap-tiap baris (swara) (Suastika, 1996; 310-312).

Penerapan Ejaan Bahasa Bali yang Disempurnakan yang berkaitan dengan penulisan suku kata dan hubungannya dengan penghitungan jumlah guru wilang adalah sebagai berikut.

1. Bentukan yang dianggap satu suku kata ditulis dengan konstruksi kvv (konsonan-vokal-vokal).

Contoh:

Ramia, sadia, dan satwa. Bentukan itu berasal dari ardasuara nania 'semi vokal' yang dinyatakan dengan ia dan ardasuara suku kembung yang dinyatakan dengan ua (Hasil-hasil Lokakarya penyusunan Ejaan Bahasa Bali dnegan Huruf Latin, cf. Ejaan Bahasa Bali yang Disempurnakan, 1975). Contoh kasus ini antara lain sebagai berikut.

kakia dapat juga ditulis kakya 'ikan hiu' biuha dapat juga ditulis byuha 'siasat perang' buwat dapat juga ditulis bwat 'berat', 'pekerjaan', 'hasil'.

Penulis memilih bentuk kedua yaitu, kakya, byuha, dan bwat dalam