Geguritan Salia

Saking Wikisource

Geguritan Salia (1978) by Wayan
prev
33634Geguritan Salia — prev1978Wayan

[ Cover ]Geguritan

SALIA


Alih Aksara, Alih Bahasa dan Ilustrasi


WAYAN JENDRA

[ 1 ]

GEGURITAN SALIA

[ 2 ]PPS/BI/4



GEGURITAN SALIA




Alih Aksara & Alih Bahasa:


WAYAN JENDRA








Departemen Pendidikan dan Kebudayaan


Proyek Penerbitan Buku Bacaan dan Sastra Indonesia dan Daerah


Jakarta 1978

[ 3 ]

Lontar dari Fakultas Sastra Universitas Udayana

No. Kropak 108


Hak pengarang dilindungi Undang-Undang

[ 4 ]

Kata Pengantar



Bahagialah kita, Bangsa Indonesia, bahwa hampir di setiap daerah di seluruh tanah air hingga kini masih tersimpan karya-karya sastra lama, yang pada hakekatnya adalah cagar budaya nasional kita. Kesemuanya itu merupakan tuangan pengalaman jiwa bangsa yang dapat dijadikan sumber penelitian bagi pembinaan dan pengembangan kebudayaan dan ilmu, di segala bidang.

Karya sastra lama akan dapat memberikan khasanah ilmu pengetahuan
yang beraneka macam ragamnya. Dan penggalian karya sastra lama, yang tersebar di daerah-daerah ini, akan menghasilkan ciri-ciri khas kebudayaan daerah, yang meliputi pula pandangan hidup serta landasan falsafah yang mulia dan tinggi niiainya. Modal semacam ini, yang tersimpan dalam karya-karya sastra daerah, akhirnya akan dapat juga menunjang kekayaan sastra Idonesia pada umumnya.

Pemeliharaan, pembinaan dan penggalian sastra daerah jelas akan besar sekali bantuannya dalam usaha kita untuk membina kebudayaan nasional pada umumnya, dan pengarahan pendidikan pada khususnya.

Saling pengertian antar daerah, yang sangat besar artinya bagi pemeliharaan kerukunan hidup antar suku dan agama, akan dapat tercipta pula, bila sastra-sastra daerah, yang termuat dalam karya-karya sastra lama itu, diterjemahkan atau diungkapkan dalam bahasa Indonesia. Dalam taraf pembangunan bangsa dewasa ini manusia-manusia Indonesia sungguh memerlukan sekali warisan rohaniah yang terkandung dalam sastra-sastra daerah tersebut.
Kita yakin bahwa segala sesuatunya yang dapat tergali dari dalamnya tidak hanya akan berguna bagi daerah yang bersangkutan saja, melainkan juga akan dapat menjelma menjadi sumbangan yang khas sifatnya bagi pengembangan sastra Dunia.

Sejalan dan seirama dengan pertimbangan tersebut di atas, kami sajikan pada kesempatan ini suatu karya sastra daerah Bali, yang berasal dari Fakultas Sastra, Universitas Udayana, dengan harapan semoga dapat menjadi pengisi dan pelengkap dalam usaha menciptakan minat baca dan apresiasi masyarakat kita terhadap karya sastra, yang masih dirasa sangat terbatas.

Jakarta, 1978.


Proyek Penerbitan Buku Bacaan dan Sastra


Indonesia dan Daerah

[ 5 ]

Geguritan Salia*)


"Om Awignamastu"


Sinom


1. Iseng-isengan manyurat

Nanging sangkaring kawidi

Mangapus Bratayuda

Maninggarang munyi Bali

Ampura dewa gusti

Antuk Ida dane ipun

Mamunggelang carita

Duk Sang Salia Senapati

Sampun puput

Kabiseka kajaya-jaya


2. Ne mangkin kalungang-lungang

Ortane rauh sejati

Kaaturang sang Pandawa

Eweh pengraose mangkin

Maumang meminehin

Sang Kresna nyanggre masaur

Ngamijilang pangupaya

Patut pamargine mangkin

Tur kadauh

Yogia Ida Sang Nakula


3. Mamargi tan pairingan

Ludin peteng tan pasundih

Katuju maan nuutang



Secara iseng mengarang

Namun karena ditunjuk

(untuk) mengubah Bratayuda

Menyalin ke dalam bahasa Bali

Maafkanlah tuan-tuan

Dan pula oleh saudara sekalian

Membangkitkan cerita

Pada saat Sang Salia diangkat

menjadi Palima Perang

Sudah selesai

Diangkat dan dibaptis


Sekarang ada berita menggemparkan

Sampailah berita sebenarnya

Diterangkan pada Sang Pandawa

Sukarlah pembicaraan sekarang

Menyidangkan (untuk) membalas

Sang Kresna yang menjawab

Mengeluarkan tipu muslihat

Sebenarnya perjalanan sekarang

Dan yang ditunjuk

Sepatutnya beliau sang Nakula


Berjalan tak ada yang mengantar

Lagi pula gelap tanpa obor

Kebetulan ada yang dapat diikuti


  • ) Ditranskripsi dan diterjemahkan dari Lontar Fakultas Sastra Universitas Udayana No. Kropak 108, Jumlah Lembar 24 lembar, pengarang anonim.


7

[ 6 ]Sang Nakula berdatang sembah kepada sang Salia. Kemudian sang Nakula memberi-

tahukan tentang maksud kedatangannya untuk menghambakan diri. [ 7 ]Buka piduling Widhi

Nyelag senjata titib

Buka tuara ada ngarungu

Mingkin ke ada matakon

Maseliweran saling tari

Nagih nuuk

Meganti-antiang lemah


4. Mangkin ida sang Nakula

Angob mireng manyingakin

Satingkahe ne ring pondok

Waluyo ring Madrapati

Bancingah maancak saji

Tiing macerancang alus

Raris ngojug kapereman

Sang Salya sedek katangkil

Eluh-eluh

Kundang-kundang saseliran


5. Kagiat kayune manyingak

Sang Nakula rauh nangkil

Ngandika ida manyapa

Duh mas mirah uane cai

Lasia tekane mai

Buka tong ada ngarungu

Musuh yatna magegelaran

Nyorogang gajah pedati

Raris matur

Sang Nakula saha sembah


Seperti diberi petunjuk oleh Tuhan

Menyelusup di antara senjata tajam

Seperti tidak ada yang menghirau-

kan

Apalagi ada yang bertanya

Berkeliaran saling menawarkan

Mau menyentuh

Menanti hari siang


Sekarang beliau sang Nakula

Takjub mendengar dan melihat-

nya

Segala tingkah laku yang ada di

pondok

Ibaratnya seperti di Kerajaan Ma-

drapati

Halaman depan istana berpagar

Bambu bercerancang dengan indah-

nya

Lalu menuju ke tempat tidur

Sang Salya sedang dihadap (oleh)

Para wanita

Dayang-dayang pilihan


Terkejutlah perasaan beliau meli-

hat

Kedatangan sang Nakula (untuk)

menghadap

Berkatalah beliau untuk menyapa

Duhai permata hatiku engkau

Selamat datang kemari

Seperti tidak ada yang meng-

hiraukan

Musuh siap siaga bertahan

Membawa gajah dan kereta

Lalu berkatalah

Sang Nakula sambil menyem-

bah


9

[ 8 ]6. Wacanan ua tan iwang

Wiakti manglalu pati

Mangden sida memarekan

Raris mangaturang urip

Dening ortane jati

Tingkahe sampun kaatur

Ring ida sang Darmaputra

Umadeg ka Senapati

Pacang nuuk

Tan wangden dinane benjang


7. Atur titiang tana panjang

Pisan puputang ne mangkin

Irika ring ajeng ua

Keris kawitan puniki

Kenakang manampanin

Tewekang anggen manyambud

Uripe i Nakula

Ature matung-tung tangis

Raris ngelut

Cokor mangaturang raga


8. Sang Salya nyaup ngelisang

Dadi mawarengan tangis

Eling waluya maputra

Raris matur mapasihin

Tan mari mangasih-asih

Ngelut bau mapitutur

Duh cai sang Nakula

Lilayang idepe jani

Tusing buung

Cai mamanggihang jaya


9. Jani ua mapenauran

Ring ida sang Kurupati

Mangden da ua mirat dana



Perkataan paman memang ti-

dak salah

Memang benar untung-untungan

Agar bisa datang menghadap

Lalu menyerahkan jiwa

Sebab berita itu sebenarnya

Pelaksanaannya sudah diatur

Oleh beliau sang Darmaputra

Diangkat sebagai panglima perang

Yang akan menghadapi

Tiada urung pada hari esok


Tiada panjang perkataan saya

Lebih baik bunuhlah saya sekarang

Di sini di hadapan paman

Keris pusaka ini

Ambillah dengan senang hati

Tusukkanlah sebagai pencabut

Nyawa si Nakula

Perkataannya diiringi tangis

Lalu merangkul

Kaki menyerahkan diri


Sang Salya merangkulnya segera

Jadi menangis bersama-sama

Teringatlah sebagai putranya be-

tul

Lalu berkata mengasihi

Tak henti-hentinya mengatakan

kasih sayang

Merangkul bahu menasehati

Duhai engkau sang Nakula

Relakanlah hatimu sekarang

Tiada urung

Engkau mendapatkan kemenangan


Sekaranglah paman akan membayarnya

Kepada beliau sang Kurupati

Agar jangan paman tidak memba-

las pemberian orang


10 [ 9 ]Sesanan ratune luih

Ring ida rakan cai

Urip ua suba kaatur

Saduke di wirata

Tui ping sapta dumadi

Mangden tumut

Ala ayu ring Pandawa


10. Dening sekala tan sida

Niskalane jua kapanggih

Ne jani ua mangirtiang

Mangden sami mapikolih

Urip uane cai

Laksana dini kaatur

Kasukane bas kaliwat

Baan ida sang Kurupati

Tan pangitung

Jengah ua mamirat dana


11. Dadi tanggun kakedekan

Lega pisan ua mati

Merarapan rana yadnya

Ne jani ua mangawidi

Tan lian rakan cai

Sang Darmaputrane putus

Ida pagutang teken ua

Maninggalang Sanghyang urip

Dening putus

Sanjata Sanghyang Pustaka


12. Keweh yan manglawan ua

Dening panugrahan luih

Pican lan betara Rudra


Prilaku seorang raja utama

Kepada beliau kakakmu itu

Jiwa paman sudah paman serahkan

Pada waktu di wirata

Sekalipun tujuh kali paman
menjelma

Agar tetap turut

Baik maupun jelek di Pandawa


Karena sekala tidak bisa

Dengan jalan niskala ketemu

(Nah) sekarang paman mendoakan

Agar semuanya berhasil

Jiwa paman padamu

Paman serahkan di sini

Kesenangan yang berlebihan

Oleh beliau sang Kurupati

Tan perhitungan

Malu paman tidak membalas kebaik- annya


Menjadi bahan tertawaan

Amat senang paman mati

Dengan jalan berkorban di peperangan

Sekarang paman akan menganjur- kan

Tidak lain kakakmu (itu)

Sang Darmaputra yang bijaksana

Beliaulah tampilkan untuk meng- hadapi paman

Melepaskan jiwa

Sebab bijaksana

Senjata Sanghyang Pustaka


Sukar bila melawan paman

Sebab pembicaraan yang amat
utama

Pemberian dari Batara Rudra


11

[ 10 ]Acintia nirmala ening

Ento cening senjata luih

Pasupati geni murub

Suba ngulahang dewata

Detia raksasa ne luih

Asing musuh

Pitui yaksa pisaca


13. Puniki ne kabesenang

Antuk sanghyang Pasupati

Ida sang nguguanin darma

Pagehing brata semadi

Nanging sikep astrane luih

Suba ngalahang sad ripu

Ento yogia mengalahang

Rarapan uane mulih

Pacang nemu

Suarga Rudra bawana


14. Aketo suba peragat

Gatiang ne jani mulih

Mangden tusing katengehan

Ne kulambi maseterip

Bekelang cai mulih

Lautang anggon kakudung

Sang Nakula raris nunas

Manyumbah raris mapamit

Sampun mantuk

Tangise tan papegatan


15. Sarauhe ring pasanggraan

Sampun sami kapiuning

Ring ida sang Darmaputra

Ature matungtung tangis

Ida sang Arimurti



Tanpa bentuk suci murni

Itulah senjata yang amat utama anakku

Pasupati api yang menyala-nyala

Sudah pula mengalahkan dewata

Detia raksasa yang sakti

Setiap musuh

Walaupun yaksa, pisaca


Itu yang dipesankan

Oleh sanghyang Pasupati

Beliau yang menegakkan darma

Kukuh akan brata dan semadi

Dan bersenjata panah yang utama

Sudah bisa mengalahkan enam musuh

Itulah sebenarnya yang dapat mengalahkan

Sebagai jalan paman untuk berpulang

Akan menemui

Sorga tempat batara Rudra


Begitulah sudah selesai

Cepat-cepatlah pulang sekarang

Agar tidak diketahui

Ini baju bersetrip

(sebagai) bekal engkau pulang

Pakailah sebagai krudung

Lalu menerima sang Nakula

Menyembah lalu mohon diri

Setelah pulang

Tangis tiada henti-hentinya


Setibanya di pesanggrahan

Sudah semuanya diberitahu

kepada beliau sang Darmaputra

Perkataannya diiringi dengan tangis

Beliau sang Arimurti


12 [ 11 ]Sang Salia berusaha menenangkan pikiran Sang Satyawati yang sedang dilanda kesedihan karena mengetahui bahwa suaminya akan memimpin peperangan. [ 12 ]Ledang kayune mangrungu

Dening ida ngumandelang

Deningjati sampun polih

Kadi tuduh

Waluyo sampun ring tangau


16. Sang Nakula sampun budal

Sang Salya osek ne mangkin

Uyang mawetu biapara

Belangsah merasa paling

Dek-dek menyakitin ati

Nyoaten ngawe pangelipur

Carane mangden punah

Tuah ida sang Satiawati

Gempor lesu

Marodos melisah


17. Tan sakaring ajerih seda

Mamelanin guru laki

Jatine nu alam-alam

Tuara kapepekan kasih

Tingkahe masilih-kasih

Matemu ring jeroning kasur

To kerana dadi cara

Buyar sambeh dadi tangis

Segu-segu

Macap-cap ujan yeh mata


18. Ne mangkin ida sang Salya

Milu miturunin sedih

Baan ayune kaliwat

Roma asep kadi mangsi

Kasor guleme kangin

Kalah ujane masepuk

Manuju ngambaang roma

Cacingake nudut ati


Senanglah hatinya mendengar

Sebab beliau mengandalkan

Karena memang benar telah
mendapat

Seperti sudah nasib

Seperti sudah ada di tangan


Setelah kembalinya sang Nakula

Sang Salya sesak perasaannya se- karang

Resah dan menimbulkan panas

Gelisah dan bingung

Hancur luluh menyakitkan hati

Berusaha menghibur

Caranya agar hilang

Hanya beliau sang Satiawati

Lemas tanpa tenaga

Jatuh bergulingan


Bukanlah karena takut mati

Membela suami

Sebenarnya masih saling kasihi

Tiada terpenuhi cintanya

Prihal berkasih-kasihan

Bertemu di atas kasur

Itu yang menjadi sebab

Cerai berai menjadi tangis

Sedu-sedan

Bercucuran hujan air mata


Sekarang beliau sang Salia

Turut serta bersedih

Disebabkan kelewat cantiknya

Rambutnya lebat hitam seperti
mangsi

Kalahlah mendung yang ada di
timur

Kalah pula hujan yang amat lebat

Pada saat menguraikan rambut

Penglihatannya amat menarik
hati


14 [ 13 ]Nunjung biru

Ngasorang laliat kidang


19. Rempuh manis yan ngandika

Kadi rebab maor suling

Ngasorang tambulilingan

Pantes menatunin ati

Ngenah cokore gading

Nyalang kadi gedah alus

Jengah i puuak cinaga

Madiane nyaleog ramping

Tui nungkul

Ikedapan angsoka


20. Entikan gadunge kalah

Ring ida sang Satiawati

Rikalaning mateenan

Nguciwayang nyuh gading

Yening pada ia masanding

Kudiang mengalaang susu

Pagenahan menyan gula

Kaayon sang Satiawati

Yaning pigum

Suksat pamupulan bulan


21. Sepatut yan sawangang

Tong ada kasoran malih

Pantes maka candra kanta

Sang Salia nyandang manyanding

Luih juru pepasiin

Pangucape manis rempuh


Bagaikan tunjung biru

Mengalahkan mata kidang


Merdu manis bila berkata

Seperti rebab bercampur seruling

Mengalahkan (suara) kumbang

Pantaslah bisa melukai hati

Kelihatan kakinya putih ke kuning- kuningan

Jernih seperti kaca yang halus

Malu si pudak cinaga

Pinggangnya melenggok ramping

Benar-benar kalah

Bunga kedapan dan angsoka


Tumbuhnya si pohon gadung juga
kalah

Oleh beliau sang Satiawati

Pada saat menekan sesuatu

Mengalahkan sibuah kelapa kuning

Jika seandainya dia sedang bersan- ding

Bagaimanakah caranya mengalah- kan susunya

Memang merupakan tempat me- nyan dan gula

Akan kecantikan sang Satiawati

Kalau dibicarakan

Seperti tempat kumpulnya bulan -bulan


Sebenarnya bila diumpamakan

Tidak ada yang kalah banding

Cocok sebagai bulan kaca

Cocoklah sang Salia menyandingi- nya

Bagus sebagai perayunya

Segala perkataannya amat merdu
manis


15

[ 14 ]Ento nyandang anggon tulad

Solah bisa mangulanin

Yan mangurum-rum

Manis mangenyangang manah


22. Duh ratu denda mas mirah

Winten titiang Satiawati

Swahawane kasebetang

Dadi mangelungang alis

Cacingake mangejoin

Apa kerana muyar gelung

Sekare maburarakan

Msepuk maebo miik

Alah ukup

Pondoke baan gegandan


23. Manis cacingake ilang

Tura anggon nyeledetin

Wantah i ratu mas mirah

Pamupu lan sarwa sari

Wiakti paragayan ratih

Kawingutang tanah garu

Eweh titiang nyaritayang

Kaayon sang Satiawati

Pasih madu

Nguciwayang kemanisan


24. Punapi sih iwang titiang

Meneng tan kayun manolih

Kadurus ratu muikang

Parekane ngasih-asih

Titiang dueg matur sisip

Ampurayang sampun bendu


Patutlah itu dipakai sebagai con-

toh

Pandai bisa menuruti

Bila sedang merayu

Manis menghancurkan kalbu


Duhai dinda mas mirah

Permata hatiku dikau sang Satia-

wati

Cahaya mukanya kesedihan

Selalu bermuram durja

Pandangannya selalu menjauhi

Apakah sebabnya merusak gelung

Bunganya lepas berserakan

Semerbak berbau harum

Seperti dipenuhi

Rumah ini dengan bau harum-haruman


Kesahduan matanya hilang

Tak dipakai untuk melirik

Hanya paduka emas-permata

Tempat kumpulan sari-sari

Benarlah penjelmaan Dewa Ra-

tih

Kawingutang tanah garu

Sukarlah saya menceritakannya

Kecantikan sang Satiawati

(Bagai) lautan madu

Yang mengalahkan yang serba manis


Apakah salah saya

Diam tiada mau menoleh

Sampai hati paduka tak mau di-

ajak bicara

Hambamu mohon belas kasihan

Saya mohon maaf atas kesalahan

saya

Maafkanlah jangan marah


16 [ 15 ]Tingkah parekane sayang

Juru ngiket sekar sai

Raris nunggu

Kayon ratu ring pamereman


25. Megadingin peteng lemah

Medet mata sai-sai

Durung pisan maen tulak

Yadin katuduh nyekarin

Pantesang manerapin

Mangntengin mekek susu

Tan mari masuaka

Tuara lalis maningalin

Bane lucu

Ratu tong dadi tunaan


26. Mangkin nyandang paicaang

Madian i ratune ramping

Sarere titiang ban cingak

Upain kenyunge manis

Usanang menyakitin

Bas kadurus i ratu bendu

Mangkin nyandang ampurayang

Titiang tuna yan pengawi

Antuk kulub

Awinan menggah piduka


27. Bau mara matra kencan

Masaur sang Satiawati

Wiakti ratu cokorda

Awininan titiang sedih

Kabatek baan subakti

Dulurin manan ulangun


Perbuatan hambamu yang disayang

Tukang pengikat bunga setiap

hari

Lalu menjaga

kecantikan paduka di pembaringnya


Begadang siang malam

Memaksa mata setiap hari

Belum pernah sama sekali menolak

Walau disuruh memasangi bunga

Menyesuaikan pasangan

Menyelandangi dengan ketat pada susu

Terus memohon suaka

Tidak mau memperhatikan

Yang menyebabkan lucu

Ratu tak boleh kekurangan


Sekarang patutlah dihadiahkan

Pinggang ratu yang ramping

Lihatlah saya dengan lirikan

Berilah upah dengan senyuman

yang manis

Hentikanlah menyakiti

Terlalu berlebihan ratu membenci

Sepatutnya sekarang memaafkan

Saya serba kurang jika membuat

karangan

Sebab bodoh

Yang menyebabkan sampai marah


Baru sedikit berkencan

Menjawablah sang Satiawati

Memang paduka ratu

Sebabnya saya bersedih

Lantaran amat setia

Diimbangi dengan perasaan kagum


17

[ 16 ]Wiadin titiang nados bela

Yan sampun manuut indik
Tui lebur
Yan magehang pangubaya

28. Tani asin melaksana
Bilang pura masesangi
Saking tedun aning yuda
Antuk titiang mangastiti
Sadina mabanten suci
Mangde kasidan rahayu
Cokorda panjang yusa
Teher ida sanghyang widi
Jaya saturu
Kaucap singa purusa

29. Mangkin rauh i Nakula
Pangeraose sada pingit
Cokorda tong dadi pisah
Lalis manyeraang urip
Apa pegaine jani
Sekancane onya lebur
Titiang mapamit riin
Jumah mangemasin mati
Enu balu
Cokorda lunga newata

30. Ngambil keris ring pamereman
Sang Salya sebet ngebutin
Duh mas mirah atma jiwa
Ratu sang diah Satyawati
Sang kadi giri putri
Tan pepada ring ayu
Mangkin ja dumun pinehang
Sampun ratu salit tampi
Wiadin rauh


Walaupun saya akan menjadi bela
Jika sudah menurut aturan
Walaupun hancur
Jikalau menepati perjanjian

Tiada henti menjalani
Setiap pura berkaul
Karena terjun ke peperangan
Saya mendoakan
Setiap hari menghaturkan sajen
suci
Agar bisa mendapat keselamatan
Paduka panjang umur
Dikabulkan oleh sanghyang widi
Menang terhadap musuh
Disebut singa perkasa

Sekarang datanglah sang Nakula
Amat rahasia pembicaraannya
Paduka tak bisa dipisahkan
Rela menyerahkan jiwa
Apa yang diperbuat sekarang
Semuanya habis basmi
Saya mohon diri lebih dahulu
Untuk mati di rumah
Malah janda
Paduka pergi ke alam baka

Mengambil keris di pembaringan
Sang Salya segera merebutnya
Duhai permata hatiku
Ratu sang Diah Satyawati
Yang seperti giri putri
Tidak ada samanya dalam hal
kecantikan
Pikirkanlah sekarang
Janganlah ratu salah terima
Biarpun datang


18 [ 17 ]Ipun raden Nakula


31. Kewanten titiang manyapa

Doh titiang nyeraang urip

Semalih boya nyidaang

ipun matanding kesaktian

Yan sawangang tanah langit

Lilayang kayun i ratu

Usan mirah sumangsaya

Pesira purun matanding

Dados tepung

Pitui detia pisaca


32. Tan wenten titiang ngewehang

Memademang musuh sakti

Tingkah jaya para jaya

Sara tuduh sanghyang widi

Yan kasidan ne ungsi

Titiang ngiring i ratu ayu

Manemu ring indra loka

Apang sareng tumitis

Ala ayu

Mekaronan manggih suka


33. Bane tong dadi pasah

Mangden sida jua makanti

Yaning ratu dados bunga

Masepuk maebo miik

Suka titiang menadi

Tambulilinagan makebur

Mangisep sarining bunga

Tuara lalis maningalin

Mapan ditu

Tangos manise mapunya


Dia raden Nakula


Cuma saya menyapanya

Tidak mungkin saya menyerah-

kan jiwa

Apalagi tidak mampu

Dia bertanding kesaktian

Bila diumpamakan seperti tanah

dengan langit

Relakanlah pikiran ratu

Hentikanlah sayang kekhawatir-

anmu

Siapa pun yang berani melawan

Akan menjadi tepung

Biarpun detia pisaca


Tidak akan saya sukar

Membunuh musuh sakti

Pri hal menang atau kalah

Terserahlah Tuhan yang menen-

tukan

Kalau bisa yang dituju

Saya mengiringi ratu yang ayu

Bertemu di Indraloka

Agar bersama-sama menemui kebaha-

giaan

Baik buruk

Bersama-sama menemui kebaha-

giaan


Karenanyalah tak bisa dipisah-

kan

Agar bisa hendaknya berteman

Jika paduka menjadi bunga

Semerbak berbau harum

Senanglah saya bila menjadi

Kumbang yang bisa terbang

Menghisap sari-sarinya bunga

Tak kan rela meninggalkan

Sebab di sana

Tempat sebenarnya manis


19

[ 18 ]34. Yan ratu dados pediapa

Nyaleog ampehang angin

Titiang buduh kasemaran

Titiang i gadung kasturi

Nyadia pacang mangelilit

Yening ratu dados kidung

Mapupuh mawiletan

Titiang maguru kakawin

Mangden atut

Mahresue dirga peluta


35. Tui ida batara Brahma

Makaria lintang ngapikin

Mati yan ada nelebang

Ayune lebih ngelangit

Mingkin keajak kasih

Matemu ring jroning kasur

Yan kija to rasanya

Bilih mati titiang ngipi

Tuah i ratu

Dewan kelangene meraga


36. Wiakti boya nyidayang

Kawine pacang mangurit

Tuin panegara telasang

Geburang sekare alih

Puniki anggen ngetekin

Boya manyidayang puput

Wiadin gununge rusak

Raris mangenyagang pasih

Dija ruruh

Boya polih sesawangan


37. Puniki awinan titiang

Tan mari pacang mangelantig


Jika ratu menjadi pohon padapa

Meliuk ditiup angin

Saya menjadi gila asmara

sayalah si gadung kasturi

Bersedia akan meliliti

Bila ratu menjadi kidung

Bertembang dengan sajaknya

Saya akan berguru lagu

Supaya sesuai

Panjang pendek iramanya


Sesungguhnya betara Brahma

Bekerja amat hati-hati

Mati kalau ada yang meresapkan

Lebih dari selangit kecantikannya

Lebih-lebih diajak bercinta

Bertemu di dalam kasur

Entah ke mana rasanya

Seperti mati saya mimpi

Hanya Ratu

Wujud kebahagian yang sesun-

guhnya


Betullah tidak bisa

Pujangga hendak menceritakan

Walaupun negarawan dikrahkan

Hamburkan bunga yang dicari

Itulah yang dipakai untuk menghitung

Tidak akan bisa selesai

Biar pula hancur gunungnya

Lalu menghancurkan lautan

Di manakah akan dicari

Tidak akan dapat pengandaian-

nya


Itulah sebabnya saya

Tidak henti-henti menggantung-

kan diri


20 [ 19 ]Durung med mamarekan

Wiadin katuduh nyekarin

Titiang pacang manyatiain

Ngiring kayun i ratu

Sakadi ilene mara

Tan pasah mengamong sari

Aduh ratu

Pacang ngalih galang bulan


38. Sapunika antuk ida

Pradnyan ida ngasih-asih

Maselat-selat bebasan

Kidung maduluran kenying

Sambilang memasanin

Anggon nyekenang pangrum-rum

Carane mangden punah

Ne Dewa Ayu Sang Satyawati

Sambil sungsut

Tan mari mabitbit sinjang


39. Dening sue antuk ida

Manungkulang ngasih-asih

Wetu polih manyingseang

Ditu ida kurang tangkis

Ida sang Satyawati

Nunkasang gelisan lesu

Sawetne kadi kocokang

Menglier dadi mangipi

Suba ditu

Ring suranadi masiram


40. Prayatna mitia magadang

Mangerungu tuture luih

Raris sirep makaronan

Lancingane nu makilit

Tangane silih galengin


Belum puas mengabdi

walaupun disuruh memasangi bu-

nga

Saya akan rela melakukannya

Menuruti kehendak Ratu

Seperti tariannya yang baru lalu

Tiada lepas mengandung sari

Duhai Ratu

Akan mencari terang bulan


Begitulah cara beliau

Pandai beliau merayu

Diselang-selingi dengan terjemah-

annya

Kidung disertai dengan senyuman

Sambil menerangkannya

Dipakai memperjelas rayuannya

Caranya agar hilang

Ni Diah sang Satyawati

Sambl bermuram durja

Terus sambil memelin-melin pa-

kaian dalam


Karena lama oleh beliau

Menghibur mengasihi

Baru dapat kesempatan

Saat itu beliau kurang hati-hati

Beliau sang Satyawati

Cepat lunglai dalam pertahanan

Sebab seperti diombang-ambing-

kan

Tertidur lalu bermimpi

Sudah di sana

Mandi di Suranadi


Melek dengan hati-hati

Mendengarkan nasehat yang baik

Lalu tidur bergelut

Ujung sarungnya masih saling ikat

Saling berbantalkan tangan


21

[ 20 ]Madupdupang silih gelut

Masuara i penalikan

Ping pitu sawang nanginin

Anak agung

Matangi keweh matinggal


41. Nupdupang sambil patelanan

Ngembus tangan manatakin

Panagsaya ketangehang

Yan ida polih matangi

Wiakti sang Satyawati

Tan mangde nangis mangelut

Dening tong dadi pasah

Punika ne kajerihin

I Dewa agung

Patelanan nyangka angkihan


42. Wau tedun kadi rikat

Lancingane nu makilit

Keweh yan pacang ngelasang

Irika mengambil keris

Maneres raris mamegatin

Tan pangitung sutra alus

Masongket babintangan

Nyerebet atengah lebih

Kari engsut

Sampun malih kabecikang


43. Sampun masuk maring karas

Bulak-balik atine sedih

Raris mangunggaang canang

Ganteme anggen mekelin

Tangane silih galengin

Dampingin karase alus


Merayu sambil saling rangkul

Berbunyilah tanda waktu

Tujuh kali sebagai membangunkan

Anak agung

(ketika) bangun sukar akan pergi


Menidurkan dengan perlahan-la-

han

Melepaskan tangan yang dipakai

bantal

Khawatir ketahuan

Jika beliau bangun

Sesungguhnya sang Satyawati

Tidak urung merangkul dan menangis

Sebab tidak bisa berpisah

Itu yang dikhawatirkan

I Dewa Agung

Ngatur nafas perlahan-lahan


Baru turun amatlah sulitnya

(Sebab) ujung sarungnya masih

terikat

Sulit bila akan melepaskan

Saat itu beliau mengambil keris

Menyerat untuk memutuskan

Tidak memperhitungkan kain su-

tra halus

Bersongket seperti bintang

Melambui lebih dari setengah

Yang masih tersangkut

Sudah diperbaiki kembali


Sudah dipaparkan di dalam surat

Bolak-balik hatinya sedih

Lalu mengunyah sirih

Dibekali dengan sepahan temba-

kau

Tangannya sendiri dipakai bantal

Didampingi dengan surat yang in-

dah


22 [ 21 ]Sang Salia mengajak Sang Satiawati tidur bersama supaya pikirannya tenang, [ 22 ]Pindayang putra-putrayan Mangeling mangusud pipi Ngetus kayun Tingkahe kelangan jiwa

44. Bimbang tong dadi majalan Busan-busan tolah-tolih Pamargine dempa-dempa Yan rasayang tan pagalih Yan tan mamageang kirti Pilih wangde magegebug Sawetning satia wecana Mula ratu toh prajurit Raris nyujur Mangungsi yang rana yadnya

45. Raris medal ka bancingah Para ratu menampekin Kaula sampun madabdab Ibekan gajah pedati Tuara sida baan ngimpasin Gong beri pada menabuh Raris manyoroang panjak Ne yogia malu di uri Saha tunggal Tumuli raris mamargi

46. Garegean kuda gajah Miwah suryak memarungin Maduluran gegambelan Gupek kempul nganyih-anyih Kecek gangsa miwah cegir Suaran sungu ngalup-alup Luir ombaking segara Gumuruh mawanti-wanti Pagerudug Panjake tan papegatan

Diandaikan sebagai boneka Meraba pipi sambil menangis Mematahkan semangat Laksana kehilangan jiwa Bimbanglah tak bisa berjalan Sebentar-sebentar menoleh Jalannya tertahan-tahan Tiada bertulang dirasakan Jika tidak tetap bertekad baik Kemudian batal akan berperang Sebab setia terhadap perkataan Betul-betullah raja keturunan pahlawan Lalu menuju Menuju tempat pertempuran

Keluarlah lalu beliau ke muka istana Didekati oleh para raja Rakyat semua sudah siap siaga Penuh dengan gajah dan kreta Tidak bisa dihindari Semua gamelan sudah berbunyi Lalu membagi-bagi rakyat Yang patut di depan dan di belakang Beserta dengan kendaraannya Kemudian lalu berjalanlah

Ringkik kuda dan gajah Dan sorak sorai menimpalinya Didahului dengan bunyi gamelan Gendrang kempul amat merdunya Kecek gangsa beserta gong Bunyi trompet menggema Laksana ombak lautan Riuh rendah bertalu-talu Gegap gempita Rakyat tiada putus-putusnya

24 [ 23 ]
durma

1. Mangkin mangkat sang Salya
Mungguing rata
Angerangsuk busana asri
Murub tejane dumilah
Makedep-deping soca
Kadi surya wau mijil
Sakeng udaya
Wau manunggang adri

2. Sesek jejel para ratu sahawahana
Sanjata pada titib
Murub teja dumilah
Kadi tatit ring ambara
Saha tunggul mangebekin
Kadi kali alah
gong beri pada ngiring

3. Tan warnanen lampahe sang prabu
Salya
Sapmun rauh ne mangkin
Ring tengaing rana
Gellis ningkaang gelar
Kalin tang madur gati
Gelar korawa
Ne ngemit sang Kurupati

4. Pra ratu mantri punggawa pada
prayatna


Sekarang berangkatlah sang Salia
mengendarai kreta
Memakai pakaian yang indah
Menyala-nyala cahayanya gemer- lapan
Berkelap kelip seperti permata
Seperti matahari yang baru mun- cul
Dari tengah kolam
Baru berada di atas gunung

Penuh sesak para raja beserta de- ngan kendaraannya
Lengkap dengan persenjataan
Gemilang cahayanya menyala nyala
Seperti petir di angkasa
Beserta penuh dengan kendaraan- nya
Seperti kiamat dunia
Diiringi oleh suara gamelan

Tiada diceriterakan perjalanan sang
Salya
Sampailah sudah sekarang
Di tengah pertempuran
Lalu segera memasang bentuk
perlawanan
Kelewat rapatlah
Pertahanan Korawa
Yang menjaga sang Kurupati

Para raja ponggawa semua ber- hati-hati

25

[ 24 ]Mangemit sang Kurupati

Kadi pasih mangebek

Ne mangerusakang buana

Solah watek ratu sami

Pada prawira

Wicaksana weruh ring jurit


5. Sampun puput sang Korawa

magegelaran

Sang Pandawa kocap mangkin

Gelis ida menabdabang

Mengarepang punang wadua

Ngeredeg teked ke kalangit

Saha wahana

Kadi mega ring langit


6. Sampun gelis waduane pada

manesekang

Raris metangkep gelis

Rame punang yuda

Manujah silih tujah

Mamanah silih panain

Rame kang perang

Pada kueh ngemasin mati


7. Nora ka arep mundura pada

prawira

Tan wilangen kuehing mati

Siu keti laksa

Irika raris mulat

Watek ratu sami ngiring

Ida sang Duryodana

Ngandika sada gelis


8. Raris gelis watek ratune sinamian

Saha wahana sami

Karep mentang panah


Menjaga sang Kurupati

Seperti lautan sedang pasang

Yang menghancurkan dunia

Tingkah pilah para raja semua

Sarna-sarna gagah berani

Bijaksana dan mahir tentang ilmu

keperajuritan


Sudah selesai sang Korawa meng-

atur bentuk pertahanan

Dicritrakan sang Pendawa seka-

rang

Segera beliau mempersiapkan

Memajukan prajuritnya

Gemuruh sampai ke angkasa

Beserta kendaraannya

Bagaikan mendung di angkasa


Secepatnya sudah prajurit saling

mendesak

Lalu bertempur segera

Amat ramai pertempuran itu

Saling tombak-menombak

Saling panah memanah

Sungguh ramai pertempuran itu

Sama-sama banyak yang mati


Semuanya gagah berani tak ada

yang mundur

Tak terhitung banyaknya yang

mati

Seribu keti laksa

Di sana lalu maju

Para raja semua ikut

Beliau sang Duryodana

Memberi perintah dengan segera


Lalu cepat para raja sekalian

Beserta dengan kendaraan semua

Maju membentang panah


26 [ 25 ]Bales makadi ujan

Tuara bakat baan ngimpasin

Pandawa bala

Akueh mangemasin mati


9. Sisan mati pada kangelan

Tan sida ban mangelawanin

Dadi ia ngenggalang

Melayu amngungsi untat

Kakepung tur katumbakin

Ada manyabat

Panjak Pandawa lilih


10. Angelis ngandika ida sang-

Darmaputra

Ring watek ratune sami

Ih watek pertiwa

Waduane suba kalah

Larut kalah sisan mati

Jani gatiang

Tulungin ia ajak sami


11. Raris tedun sang Bima mangu-

yeng gada

Mamupuh tuara gigisin

Gajah kuda kreta

Dek-dek remuk ia kalempang

Sang Arjuna mamenain

Ban sara sanjata

Akueh pada mangemasin

Wenten malih ne purusa manga-

repang


12. Tingkahnya tan papekering

Manyagjag manguyeng pedang

Ulate tuhu purusa.

Sengeh sang Parta nyandakin

Ceceh memanah

Akeh mangemasin mati


Lebat seperti hujan

Tidak bisa dihindari

Prajurit Pandawa

Banyak yang menjadi korban


Sisa-sisa dari yang mati semua

kepayahan

Tiada mampu memberi perlawan-

an

Jadi cepat-cepatlah mereka

Lari ke belakang

Dikejar dan ditombaki

Dan yang melempari

Prajurit Pendawa kalah


Segera sang Darmaputra berkata

Kepada semua raja sekalian

Ih para perwira sekalian

Prajurit kita sudah kalah

Sisa dari yang mati lalu kalah

Cepat-cepatlah sekarang

Tolong mereka bersama-sama


Lalu terjun sang Bima memutar-

mutar gada

Mengamuk amat hebatnya

Gajah, kuda, kreta

Hancur luluh dipukulnya

Sang Arjuna memanahi

Dengan senjata panah

Banyak yang menjadi korban

Ada lagi yang maju gagah berani


Lakunya tak terperikan

Maju memutar pedang

Tingkahnya betul-betul kesatria

Tahu sang Parta menghadapi

Menghujani dengan panah

Banyak akibatnya mati


27

[ 26 ]13. Sebet nindih ban panah mautama

Akeh tan kena wilangin

Ring tengahing rana

Ibek sekadi ujan

Wiakti tan wenten panggil

Keh ne mapelinggihan

Tiba mabela serati


14. Ditu egar panjak Pendawa

nyagjag

Masuryak saha manuding

Ih iba segaon

Mai jani kai papas

Kai mula tos prajurit

Ne jani taanang

Masa buung iba mati


15. Sang Arjuna memanah bala

Korawa

Akeh mangemasin mati

Seket satus siu laksa

Malaib ngungsi Nrapati

Sisaning pejah

Sawetara satus tali


16. Palaibe pada ngungsi sang

Bupati

Kucup tan purun manolih

Tumuli matur manyembah

Nguningang sang Karna pejah

Paduduanan ngadu jurit

Lawan sang Parta

Pejah sang Karna nguni


17. Sapunika pangamuk sang-

Pandawa

Sang Korawa sami lilih

Tan purun mangelawan


Sibuk bertahan dengan panah

utama

Tak terhitung banyaknya

Di tengah peperangan itu

Penuh seperti hujan

Betul-betul tak ada yang luput

Banyak yang berkendaraan

Datang membela


Saat itu gembiralah prajurit Pan-

dawa maju

Bersorak dan menuding

Hai engkau anjing

Hadapilah kami sekarang

Aku memang berdarah prajurit

Rasakanlah sekarang

Takkan urung engkau mati


Sang Arjuna memanah para pra-

jurit Korawa

Banyak akibatnya mati

Lima puluh seratus ribu laksa

Berlarian menuju sang raja

Sisa-sisa dari yang mati

Kurang lebih tujuh ribu


Semua larinya menuju sang Pra-

bu

Gentar tiada berani menoleh

Lalu berkata menyembah

Menghaturkan bahwa sang Karna

mati

Satu lawan satu ngadu kesaktian

Melawan sang Arjuna

Gugurlah sang Karna lebih dulu


Begitulah pengamuknya sang Pen-

dawa

Para Korawa semuanya mundur

Tiada berani untuk melawan


28 [ 27 ]Sang Salya kanggek miraga

Gelis medabdab

Munggah maring rata manik

18. Irika ida sang Salya nga-

walesang

Para punggawa pada ngiring

Nyeleg ring tengaing rana

Kadi Kalantaka

Nyeleg ring tengaing rana

Agelis sira magutin

Bima Arjuna

Sakueh sang maha sakti

19. Kadi geni muntab ring tengahing

rana

Kabinawa mangeresin

Anuli sang Salya

Kalulun kaketeran

Tempuhing hru sang Kiriti

Gelis katulak

Antuk panah maha sakti

20. Rudra astrane karegep sang

Prabu Salia

Sampun puput kayogain

Yaksa sura mijil

Buta muang detya

Yaksa sura mijil

Masusun matindih-tindih

Ring ranangga

Ngamatiang musuh sakti

21. Dening nika panugraan mautama


Sang Salya kaget mendengarkan-

nya

Segera bersiap-siap

Naik ke dalam kreta permata

Waktu itu sang Salya membalas-


nya Diikuti oleh para punggawa semua

Berdiri di tengah-tengah peperang-

an

Seperti sang Kalantaka

Berdiri di tengah-tengah pertempuran

Bertandinglah beliau dengan se-

gera

Bima Arjuna

Orang yang amat sakti semuanya


Seperti api berkobar-kobar di te-

ngah medan pertempuran

Amat dahsyat menakutkan

Lalu sang Salia

Amat takut gemetar

Dipanah dengan panah sang Kiri-

ti

Cepat-cepat ditolaknya

Dengan panah yang amat sakti


Panah rudra itulah yang dipersi-

apkan oleh prabu Salia

Selesailah sudah dimantrainya

Yaksa yang berani keluar

Buta beserta detya

Yaksa yang berani keluar

Bersusun bergrombol-grombol

Di medan pertempuran

Membunuh segala musuh yang

sakti

Sebab itu adalah panugrahan yang

amat utama


29 [ 28 ]Sanghyang Rudra ne nguni

Ring ida sang prabu Salya

Sanjatane mautama

Ngamatiang musuh sakti

Sing wara astra

Iki panulak sarwa sidi

Mawastu telas bala Pandawa

pinangan


22. Antuk Danawa sakti

Hrun ida sang prabu Salia

Yan ta sang Kresna

Yatna gelis ngandikain

Ninggalang sara

Pilih telas maka sami


23. Yaning suba masiat tan

pa senjata

Ia kerana dadi kasih

Tur ngalantas ilang

Dening ia tuara nyak

Ngamatiang musuh ne jerih

Tur sida kepang

To kerana dadi kasih


24. Dadi ilang ikang hru maha

wisesa

Rudra Rosastra iki

Kagiat prabu Salia

Manyingak senjata ilang

Angelis sira manyingakin

Ida sang Darmaputra

Mejahana satru iku


25. Mangkin weruh ida sang

Darmawangsa


(Dari) Batara Rudra pada waktu

dulu

Kepada prabu Salia

Senjata yang amat utama

Membunuh musuh sakti

Segala macam senjata

Ini penolak yang amat ampuh

Menyebabkannya habis prajurit

Pandawa dimakannya


Oleh raksasa yang amat sakti

Panah sang Prabu Salia

Kalau tidak prabu Kresna

Siap cepat memerintahkan

(Agar) melepaskan senjata-senja-

ta

Mungkin habis semuanya


Jika sudah berperang tak pakai

senjata

Ya itulah yang menyebabkan ka-

sihan


Lalu menghilang

Sebab mereka tidak mau

Membunuh musuhnya yang takut

Dan berpangku tangan

Ya itulah yang menyebabkan ja-

di kasih


Jadi musnah panah yang amat

sakti itu

Panah Rudra Rosastra ini

Terperanjatlah Prabu Salia

Melihat hilang senjatanya

Segera beliau melihat

Beliau sang Darmaputra

Membunuh musuh itu


Sekarang tahulah sang Darma-

wangsa


30 [ 29 ]Manyingak musuhe sakti

Anging pakayunan

Ida sang Janardana

Matur sira ngasih-asih

Ring sang Darma

Mangda kayun memagutin


Melihat musuh sakti

Namun pikiran

Beliau sang Kresna

Berkata beliau menghibakan hati

Kepada sang Darma

Agar mau menandingi


sinom

1. Duh ratu sang Darmaputra

Cingak jua jagate mangkin

Masa tan wangdesa telas

Gempung matemahan asti

Yan tan i ratu mangkin

Gelis nyaratang manulung

Ida sang prabu Madraka

Kadahatan sakti luih

Sira purun

Pacang mapas maring rana


2. Sapunika atur ida

Sang Kresna mangasih-asih

Matur ring ida sang Dharma

Durusang ratu ne mangkin

Tatingin jagate gelis

Sang Nakula sampun puput

Ature ring Sang Salya

Wantah ida nyerahang urip

Mangden ratu

Kocap manyedayaang ida


3. Durusang mangkin ngupaya

Wangunang kirtini mangkin

Darma purusane regep

Ne encen pacang kirtinin

Ngawangun tapa ring gunung


Duhai Ratu Sang Darmaputra

Lihatlah negara sekarang

Tak urung akan habis

Basmi menjadi hancur

Jika tidak i Ratu sekarang

Segera berusaha menolong

Beliau Sang Prabu Madraka

Terlalu amat sakti

Siapakah yang berani

Akan menandingi dalam pertem-

puran


Begitulah atur beliau

Sang Kresna mengiba-iba

Memohon kepada Sang Darma

Lakukanlah Ratu sekarang

Menyelamatkan negara sekarang

Sang Nakula sudah pasti

Pembicaraannya dengan Sang Sal-

ya

Beliau sudah menyerahkan diri

Agar paduka

Yang akan membunuh beliau


Lanjutkan kini berupaya

Bangunkanlah perbuatan baik itu

sekarang

Keberanian yang berdasarkan

Darma

Yang mana akan dibina

Betapa di gunung


31

[ 30 ]Mangden jagate rusak

Apa gunane nu dini

Dadi agung

Sapa sira ngaratuang

4. Yan i ratu tuara jengah

Manyingak jagate bersih

Nunas Ratu pisan budal

Yan Ratu tan managingin

Kadi atur titiang mangkin

Sang Darma Ida masaur

Duh yayi Madu sudana

Ayun yayi welang ati

Masabuung

Titiang magutin Sang Salya

5. Irika Sang Darmawangsa

Kroda hasa tan gigis

Ngandika Ida mangiberas

Sampun yayi welang ati

Sangkaning nirguna jati

Yaning tan purun mapagut

Dening kaliwat langgana

Sang Prabu ring Madrapati

Masa buung

Ida mangemasin pejah

6. Gelis mangrasuk busana

Sampurna hias raris mijil

Tumuli munggah ring rata

Kadi gunung geni ngendih

Saha wahana mangiring

Gong beri pada manabuh

Tunggule pakulelam

Luir mega peri ring langit

Sampun puput

Sang Nata raris memarga

7. Para Nata keh ngiringang

Ngalinggihin kuda asti


Agar dunia ini hancur

Apa gunanya tinggal di sini

Menjadi raja

Siapa yang merajakan

Jika Ratu tidak merasa malu

Melihat musnahnya dunia

Mohon Ratu agar pulang

Jika Ratu tidak mengabulkan

Seperti perkataan saya sekarang

Sang Darma menjawab

Duhai dinda Sang Madu Sudana

Janganlah dinda khawatir

Merasa batal

Saya menandingi Sang Salya

Di sana Darmawangsa

Merasa amat murka

Berkata beliau beringas

Jangan dinda khawatir

Sebenarnya tidak berguna

Jika tak berani berperang

Oleh terlalu lancangnya

Sang Prabu di Madrapati

Merasa urung

Dia mati


Cepat beliau berpakaian

Selesai berhias lalu keluar

Lalu naiklah ke dalam kereta


Seperti gunung api menyala

Beserta kendaraan mengiringi

Semua gamelan berbunyi

Umbul-umbulnya bercahaya

Bagaikan mendung di langit

Sesudah selesai

Sang Raja lalu berjalan

Para raja banyak mengiringkan

Menaiki kuda dan gagah

32 [ 31 ]Sanjata pada cumandang

Pedang tumbak tulup suntrik

Angkus trisula malih

Titib kadi alas gunung

Sami pada sarantaban

Pisarat mengadu jurit

Pagerudug

Mangungsi tengaing rana

8. Sampun magelar ring marga

Masuryak saling tambungin

Kadi kerug ring ambara

Watek ragu sami ngiring

Gajah kuda mangiring

Mabiuran magerudug

Peteng tan pasingkaban

Libut tuara karuan asing

Buk ngaliput

Ngawe eres sang ngatonang

9. Mangkin sang Darmatanaya

Kroda sahasa matanding

Ring ida Sang Prabu Salya

Tan sah warastra minusti

Sampun minanta sidi

Tan papegatan tumampuh

Muang-muang sang maderi suta


Bima Palguna manyarengin

Sami ditu

Sang watek ratu samian

10. Panah masusun tan pegat

Mangebekin tanah langit

Kadi mega ngemu udan

Ida Hyang Meredengga pati

Urem tejane ida mangkin


Senjata juga siap

Pedang tumbak tulup suntrik

Angkus senjata trisula juga

Rapi seperti hutan belantara

Semuanya berlari

Berusaha mengadu bala tentara

Gegap gempita

Menuju tengah medan perang


Sudah mengatur pertahanan di

tengah jalan

Bersorak saling sahut menyahut

Seperti guruh di angkasa

Para raja mengiringkan

Gajah kuda juga mengiringkan

Berhamburan riuh rendah

Gelap seperti terselubung

Gelap tak tentu tujuan

Debu mengepul

Membuat gentar yang melihat


Sekarang Sang Darmatanaya

Amat marah lalu bertanding

Dengan Sang Prabu Salya

Terus panahnya dimantrai

Sudah dimantrai dengan metra sak

Tak putus-putusnya dipanahkan

Begitu juga Sang Putra Dewi

Madri

Bima Palguna ikut

Semua di sana

Raja-raja sekalian

Panah beruntun tak putus-putus-

nya

Memenuhi bumi dan angkasa

Seperti mendung mengandung

hujan

Beliau Sang Betara Surya

Remanglah sinarnya sekarang


33

[ 32 ]Mirib mangantiang surup

Katawengan baan panah

Watek ratune manain

Tuara eyu

Sang Salya nyandak ring yuda

11. Sum ingkin kayune kenak

Karebut kaberiukin

Sang Salya debet ngewales

Antuk hru maha sakti

Rudra Resastra minusti

Butayaksa mijil sampun

Punika amangan panah

Sing purun ngemasin mati

Telas gempung

Pinangan dening Raksasa

12. Prayatna Ida Sang Kresna

Gelis matur asih-asih

Ring Ida Sang Darmaputra

Inggih ratu sang Bupati

Durusang ratu ne mangkin

Tan lian wantah I Ratu

Ne wenang manyedayang

Sang Salia ne dahat sakti

Tuah I Ratu

Hyang pustaka anggen mamanah

13. Sang Darmawangsa tan tulak


Laksana ngeregep mangkin

Sanjata kalimosada

Sampun puputing semadi

Nene mangkin kawantunin

Sinidi karo wus puput

Sampun matemah tomara


Seperti akan terbenam

Ditutupi oleh panah

Para raja memanahi

Tiada hentinya

Sang Salya membalas dalam pe-

rang


Malahan bertambah gembira

Dikeroyok bersama-sama

Sang Salya repot membalas

Dengan panah yang sangat am-

puh

Panah Rasastra Rudra dimantrai

Butayaksa keluarlah akhirnya

Itu pemakan panah

Setiap yang berani akhirnya

mati

Habis kikis

Dimakan oleh Raksasa


Prihatinlah Sang Kresna

Cepat berkata mohon belas ka-

sih

Kepada Sang Darmaputra

Ya paduka Sribaginda

Teruskan ratu sekarang

Tidak lain hanya I Ratu

Yang dapat membunuh

Sang Salia yang sangat sakti

Hanya Ratu

Hyang pustaka dipakai memanah

Sang Darmawangsa tidak meno-

lak

Melakukan doa sekarang

Sanjata kalimosada

Setelah selesai semadi

Sekarang diulangi lagi

Dimantrai juga telah selesai

Sudah berubah wujud menjadi

tomara


34 [ 33 ]Tejane murub mengendih

Dadi lebur

I Detia buta pisaca

14. Sang Salia mangkin pawikan

Rauh antakane mangkin

Sumingkin muuh prawira

Agelis ida maranin

Mamentangang panah sakti

Tan pegat masusun-susun

Sakwehing indrajala

Kadi parwata mangendih

Naga agung

Ne mangelilit ia pasebak

15. Muntab kadi kalantaka

Ne nagdi lokane sami

Agelis Sang Darmaputra

Sanghiang Pustaka minusti

Atemah tomara lungid

Tumaden Ida sang Prabu

Tan bina kalialah

Nginum mirah sang Bupati

Jahan sampun

Sang Salia ngemasin pejah


16. Kesaktian sampun ilang

Atmane sareng mangiring

Sampun rauh ring ambara

Widiadarine mendakin

Widiadara manyarengin

Watek dewa pada turun

Mendak ida prabu Madra

Maprabawa teja guling

Lan kukuung

Ketug linuh magenjongan


17. Ucem tejane Sanghyang Surya

Maduluran riris alit


Cahayanya menyala-nyala

Jadi hancur

Detia puta dan pisaca

Sang Salia sekarang mengetahui

Datang ajalnya sekarang

Malahan bertambah perwira

Segera beliau mendekat

Memanah dengan panah sakti

Tak putus bersusun-susun

Segala tipu muslihat

Sebagai gunung menyala

Naga besar -

Yang kena ia meninggal


Berkobar sebagai dewa maut

Yang membakar semua tempat

Segera sang Darmaputra

Sang Pustaka dimantrai

Berwujud tomara tajam

Pemberian ida Sang Prabu

Tidak berbeda seperti pelangi

Mengisap darah Sribaginda

Seketika

Sang Salia gugurlah


Kesaktiannya sudah hilang

Rohnya ikut bersama

Sudah sampai di angkasa

Para Bidadari menyongsong

Para Bidadara juga ikut

Para desa juga turun

Menyambut Ida Prabu Madra

Dengan pertanda teja guling

dan teja kuung

Gempa menggoncangkan (dunia)


Remanglah cahaya matahari

Disertai hujan rintik-rintik


35

[ 34 ]Ring sampun Sang Salia seda

Panjake makejang lilih

Tong ada bani manolih

Panjak Pandawane ngepung

Ida Sang Duryadana

Malaib tan kayun nolih

Tuara ketung

Busana mirahe kecag


18. Sami ngulah baan panah

Masusun ngebekin langit

Dadi tuara ada katon

Musuhe ne sakti-sakti

Sang Parta ida agelis

Manaang angine agung

To kerana dadi ilang

Musuhe ne wira sakti

Raris tedun

Sang Bima manguyeng gada


19. Tur raris ida mangelempag

Tuara sida baan ngelidin

Bareng tatelu ia pejah

Sareng patpat ditu mati


Bareng lima nenem malih

Papitu miwah akutus

Seos malih pada sayan

Pada mati kalempagin

Dek-dek elung

Tunggangan mati mabandah


20. Sang Duryadana das palatra


Sang Wrekodara manigtig

Raris melayu ngenggalang

Makecos ninggal pedati

Tan dumade sang Sakuni

Kaselek mangetor katepuk

Mangeling masambatan


Sesudah sang Salia meninggal

Semua prajurit mundur

Tidak ada berani menoleh

Prajurit Pandawa mengejar

Sang Duryadana

Lari tak berani menoleh

Tidak diperhitungkan

Pakaian permata jatuh


Semua mengusir dengan panah

Bersusun memenuhi angkasa

Sehingga tiada kelihatan

Musuh yang sakti-sakti

Sang Parta segera

Memanahkan angin keras

Itu sebabnya menjadi hilang

Musuhnya yang gagah dan sakti

Lalu turun

Bima memutar-mutarkan gada


Dan lalu ia memukul

Tidak bisa dihindari

Bersamaan tiga orang mati

Bersamaan empat orang di sana

mati

Bersamaan lima enam lagi

Tujuh dan delapan

Lain lagi sedikit demi sedikit

Semua mati dipukuli

Hancur patah

Kendaraan bertumpuk binasa


Sang Duryadana hampir meme-

nuhi ajalnya

Sang Wrekodara memukuli

Lalu lari cepat-cepat

Meloncat meninggalkan kreta

Tak menyangka sang Sakuni

Termangu gemetar terlihat

Menangis meratap

36 [ 35 ]Ngasih-asih nunas urip

Saha ngunngun

Sang Bima manuding matbat


21. Eda iba liu peta

Cicing celeng kuluk bengil

Rusue ngebekin jagat

Taanang iba ne jani

Apa iba mamuponin

Pagaen ibane malu

Sang Bima laut menyambak

Sahasa nyekuk manigtig

Tur katanjung

Kapukang ketungang mider


22. Sang Bima manyempal-nyempal

Sakuni ngemasin mati

Musuhe rarud makejang

Yen sawangang kadi pasih

Getih sang wira mati

Kakarangan antuk hru

Soroh penganggane kecag

Luir bungan kaang bedik

Gajah agung

Kadi nusa yan sawangang


23. Ring mundur sang Duryadana

Sang Pandawa kocap mangkin

Budal miringan panjak

Tan carita ne mangkin

Ada kawuwusan malih

Dewi Setiawati iku

Sampun mamireng orta

Sang Salya ngemasin mati

Saking atur

Parekan mula kaandel


24. Sampun sami kabiakta

Santikahe kapiuning


Menghiba mohon hidup

Serta termangu-mangu

Sang Bima menuding dan mema-

ki


Jangan kamu banyak bicara

Anjing, babi anjing kotor

Kejahatanmu memenuhi dunia

Rasakanlah olehmu sekarang

Apa kamu memetik hasil

Perbuatanmu dahulu

Sang Bima lalu menjambaknya

Mencekik dan memukulinya

Dan menendang

Dicercah dibuang ke mana-mana


Sang Bima memotong-motong

Sakuni menemui ajalnya

Musuh menyingkir semua

Jika dilihat seperti laut

Darah prajurit yang gugur

Beralaskan panah

Segala pakaian yang tertinggal

Bagaikan bunga karang indah

Gajah besar

Sebagai bumi jika dilihat


Setelah mundur sang Duryadana

Sang Pandawa ceritakan sekarang

Pulang diiringkan rakyat

Tak terceritakan kini

Ada terceritakan lagi

Dewi Setiawati itu

Sudah mendengar berita

Sang Salia meninggal dunia

Dari pemberitahuan

Seorang hamba yang diandalkan


Sudah semuanya dipaparkan

Segala peristiwa diceritakan

37

[ 36 ]Ring sampun Sang Salia seda

Panjake makejang lilih

Tong ada bani manolih

Panjak Pandawane ngepung

Ida Sang Duryadana

Malaib tan kayun nolih

Tuara ketung

Busana mirahe kecag


18. Sami ngulah baan panah

Masusun ngebekin langit

Dadi tuara ada katon

Musuhe ne sakti-sakti

Sang Parta ida agelis

Manaang angine agung

To kerana dadi ilang

Musuhe ne wira sakti

Raris tedun

Sang Bima manguyeng gada


19. Tur raris ida mangelempag

Tuara sida baan ngelidin

Bareng tatelu ia pejah

Sareng patpat ditu mati


Bareng lima nenem malih

Papitu miwah akutus

Seos malih pada sayan

Pada mati kalempagin

Dek-dek elung

Tunggangan mati mabandah

20. Sang Duryadana das palatra

Sang Wrekodara manigtig

Raris melayu ngenggalang

Makecos ninggal pedati

Tan dumade sang Sakuni

Kaselek mangetor katepuk

Mangeling masambatan


Sesudah sang Salia meninggal

Semua prajurit mundur

Tidak ada berani menoleh

Prajurit Pandawa mengejar

Sang Duryadana

Lari tak berani menoleh

Tidak diperhitungkan

Pakaian permata jatuh


Semua mengusir dengan panah

Bersusun memenuhi angkasa

Sehingga tiada kelihatan

Musuh yang sakti-sakti

Sang Parta segera

Memanahkan angin keras

Itu sebabnya menjadi hilang

Musuhnya yang gagah dan sakti

Lalu turun

Bima memutar-mutarkan gada


Dan lalu ia memukul

Tidak bisa dihindari

Bersamaan tiga orang mati

Bersamaan empat orang di sana

mati

Bersamaan lima enam lagi

Tujuh dan delapan

Lain lagi sedikit demi sedikit

Semua mati dipukuli

Hancur patah

Kendaraan bertumpuk binasa


Sang Duryadana hampir meme-

nuhi ajalnya

Sang Wrekodara memukuli

Lalu lari cepat-cepat

Meloncat meninggalkan kreta

Tak menyangka sang Sakuni

Termangu gemetar terlihat

Menangis meratap

36 [ 37 ]Ngasih-asih nunas urip

Saha ngunngun

Sang Bima manuding matbat


21. Eda iba liu peta

Cicing celeng kuluk bengil

Rusue ngebekin jagat

Taanang iba ne jani

Apa iba mamuponin

Pagaen ibane malu

Sang Bima laut menyambak

Sahasa nyekuk manigtig

Tur katanjung

Kapukang ketungang mider


22. Sang Bima manyempal-nyempal

Sakuni ngemasin mati

Musuhe rarud makejang

Yen sawangang kadi pasih

Getih sang wira mati

Kakarangan antuk hru

Soroh penganggane kecag

Luir bungan kaang bedik

Gajah agung

Kadi nusa yan sawangang


23. Ring mundur sang Duryadana

Sang Pandawa kocap mangkin

Budal miringan panjak

Tan carita ne mangkin

Ada kawuwusan malih

Dewi Setiawati iku

Sampun mamireng orta

Sang Salya ngemasin mati

Saking atur

Parekan mula kaandel


24. Sampun sami kabiakta

Santikahe kapiuning


Menghiba mohon hidup

Serta termangu-mangu

Sang Bima menuding dan mema-

ki


Jangan kamu banyak bicara

Anjing, babi anjing kotor

Kejahatanmu memenuhi dunia

Rasakanlah olehmu sekarang

Apa kamu memetik hasil

Perbuatanmu dahulu

Sang Bima lalu menjambaknya

Mencekik dan memukulinya

Dan menendang

Dicercah dibuang ke mana-mana


Sang Bima memotong-motong

Sakuni menemui ajalnya

Musuh menyingkir semua

Jika dilihat seperti laut

Darah prajurit yang gugur

Beralaskan panah

Segala pakaian yang tertinggal

Bagaikan bunga karang indah

Gajah besar

Sebagai bumi jika dilihat


Setelah mundur sang Duryadana

Sang Pandawa ceritakan sekarang

Pulang diiringkan rakyat

Tak terceritakan kini

Ada terceritakan lagi

Dewi Setiawati itu

Sudah mendengar berita

Sang Salia meninggal dunia

Dari pemberitahuan

Seorang hamba yang diandalkan

Sudah semuanya dipaparkan

Segala peristiwa diceritakan


37

[ 38 ]Antuk parekan punika

Sang Prabu ngemasin mati

Tan dumade sang Setiawati

Bel-belan kayune ibuk

Manangis manyelsel raga

Meling ring polahe nguni

Saling kupkup

Di rangki marasa-rasan


25. Jani mabalik sapisan

Tan sida baan ngimpasin

Dening mula pegantian

Jelene pacang menampi

Kenken baab manggenin

Mangdane dadi rahauy

Sumangkin kayune susah


Dadi ia mawetu tangis

Segu-segu

Sakit tong dadi taanang


26 . Sigsigan sambil maguyang

Menangis mangasih-asih

Dadi wetu papetengan

Panyeroane mapasiin

Duh ratu sang Setiawati

Lilayang kayun i ratu

Becikan ratu usanang

Gelisang jua pinehi

Tan kalingu

Pamungun i penyeroan


27. Sue ida papetengan

Kabanda baab kayun sedih

Wastra lepas bangkian rengkiang


Tan pendah i tiing gading


Susun ida putih nyangkih

Nyalang kadi gedah alus


Oleh seorang hamba itu

Sang Prabu meninggal dunia

Lalu seketika sang Setiawati

Sesak nafas pikiran kacau

Menangis menyesalkan diri

lngat dengan perbuatan dahulu

Saling rangkul

Di tempat tidur bercumbu rayu


Kini berbalik seketika

Tidak bisa dihindari

Sebab memang pergantian

Jeleknya akan menimpa

Bagaimana menempatkan

Supaya menjadi selamat

Malahan pikirannya bertambah

susah

Jadi dia menangis

Sedu sedan

Sakit yang bisa ditanggungkan


Sedu sedan sambil berguling

Menangis menghiba hati

Akhirnya gelaplah jadinya

Dayang-dayangnya menghibur

Duhai ratu sang Setiawati

Tenangkanlah perasaan ratu

Lebih baik ratu hentikan

Segera dipikirkan

Tidak dihiraukan

Segala atur panyeroan


Lama beliau berperasaan kacau

Diliputi oleh perasaan sedih

Pakaiannya lepas pinggangnya

ramping

Tak berbeda dengan bambu kuning

Susunya putih dan padat

Putih seperti kaca halus


38 [ 39 ]Kasor nyuh gadinge kembar

Pamulune nyandat gading

Jeriji rurus

Pusuh bakune ia kalah


28. Romane mek-mek tur panjang

Cacingake alus manis

Isite ngembang rijasa

Sing solahang ngawe paling

Betekan batise gading

Nyalang kadi kedah alus

Kasor ipudak caniga

Kemikan bibihe manis

Tangan lemuh

Kadi busunge lambetang


29. Nakane panjang tur nyalang

Mangasorang manik warih

Akeh yen pade parnayang

Kaayon sang Setiawati

Raris mangkin ida meling

Mamecikang sinjang kemud

Tur mangkin ida manyingak

Parekane sami gisi

Raris matur

Paongane saha sembah


30. Inggih ratu sasuunan

Ilangang kayune mangkin

Sampun ban kadurus pisan

Nyungsutang ida sang aji

Wangunang kirtine mangkin


Mangden kasidan rahayu

Rakan cokor i dewa

Sang Satiawati nyaurin

Saja patut

Atur nyai panyeroan


Kalah si kelapa gading kembar

Kulitnya kuning langsat

Jerijinya lurus

Kuncuk leli itu kalah


Rambutnya ikal dan panjang

Sinar matanya amat sahdu

Gusinya (bagaikan) bunga rijasa

Setiap gerak membuat bingung

Betisnya putih kuning

Mulus seperti kaca halus

Kalah si pohon pundak caniga

Mimiknya manis

Tangannya lemah gemulai

Bagai janur dilecutkan


Kukunya panjang dan mengkilap

Mengalahkan manik air

Banyaklah bisa diibaratkan

Kecantikan sang Setiawati

Lalu sekarang beliau sadar

Memperbaiki kain yang lepas

Dan kini beliau melihat

Hamba semuanya dipegang

Lalu berkata

Para dayang menyembah


Duhai paduka junjungan

Hilangkan perasaan itu sekarang

Jangan terlalu terlanjur

Menyedihkan beliau sang baginda

Bangunkan perbuatan baik itu se-

karang

Supaya mendapat keselamatan

Kakanda paduka

Sang Setiawati menjawab

Ya betul

Kata-katamu semua


39

[ 40 ]

pangkur

1. Ingsun mangke amasucian

Laksana masiram gelis

Ngerangsuk busana alus

Wastra petake punika

Warnane mawuwuh ayu

Tuhu becik

Raris meling raden dewa

Nyelsel raga sambil nangis


2. Aduh beli prabu Salia

Cingak titiang sedih kingking

Nguda beli lalis tuhu

Mangutang titiang kalaran

Ajak titiang sareng lampus

Boya meriki

Mangden milet makaronan

Mamangguang kaon becik


3. Macap-cap melusang wastra

Sig-sigan mangasih-asih

Eling ring polahe sampun

Magelut nguyangin tilam

Galeng guling

Kasure kembi selikur

Langsene sutra alus petak

Makelambu sutra kuning


4. Kacingak daster sang Nata

Kelambi wastra sutra kuning

Gedonge mangendih murub

Marengga gambar mendaan

Sarwa becik

Mirah winten ratna murub

Kakerebe genteng gedah

Magendela ban mas wilis


5. Kakiter baan sarwa sekar


Saya sekarang mandi

Segera mandi dengan cepat

Memakai pakaian halus

Kain putih itu

Parasnya bertambah cantik

Betul-betul

Lalu teringat akan suaminya

Menyesali diri dan menangis


Duhai kanda prabu Salia

Lihat saya amat sedih

Mengapa kanda ikhlas betul

Meninggalkan saya bersedih

Ajaklah saya bersama mati

Tidak ke mari

Agar ikut berdua

Menemukan buruk atau mati


Menetes membasahi pakaian

Tersedu-sedu menghiba hati

Ingat dengan perbuatannya dulu

Bergelut bergiling di kasur

Bantal guling

Kasurnya berkembi 21

Langsenya halus sutra putih

Berkelambu sutra kuning


Terlihatlah destar sang Nata

Berbaju kain sutra kuning

Gedongnya menyala-nyala

Berhiaskan gambar bermacam-macam

Serba bagus

Mirah intan permata menyala-

nyala

Beratapkan genting kaca

Berjendela mas biru


Dikelilingi oleh bermacam-macam

bunga


40 [ 41 ]Tamane ditu manyanding

Kanten sakeng marga agung

Ring tengah bale pangeraosan

Bale manik

Korsi mas masoca murub

Menyanding cempaka petak

Bon bungane merik minging


6. Sumingkin sang Satyawati

Sedihe buka pakeling

Tumuli ngandika alus

Misusuin sarwa sekar

Miwah puri

Kia ninggal aba lampus

Dini iba apang melah

Ngemit purin kai sai


7. Cerukcuk rame umania

Tuu-tuune nambungin

Mirib sedih ngerungu tutur

Panulamen raden dewia

Ngasih-asih

Isekar masiok ulung

Sedih ring sang Masambatan

Buka tong dadi pinehin


8. Wang jero pada maguyang

Sareng nyedihang sang dewi

Raris kajeroan sampun

Keris kawitane jemak

Tur kasungklit

I Sugandi tan sah tumut

Tur munggah maring pareman

Rauh ring bancingah gelis


Tamannya di sana berdampingan

Terlihat dari jalan raya

Di tengah-tengah tempat perte-

muan

Berbale manik

Kuris mas berpermata menyala-

nyala

Berdampingan dengan bunga

cempaka putih

Bau bunganya harum mewangi


Semakin sang Setiawati

Sedihnya menjadi-jadi

Lalu berkata halus

Mengumpat bermacam bunga

Dan rumah

Saya meninggalkan kamu mati

Baik-baiklah kamu di sini

Menjaga rumahku setiap hari


Burung cerukcuk bersuara ramai

Lalu diteruskan oleh tuu-tuu

Seperti sedih mendengar cerita

Keluhan raden dewi

Mengasih-asihi

Bunga-bunga gemerisik gugur

Sedih kepada yang memanggil-

manggil

Seperti tak bisa dipikirkan


Orang-orang istana pada berpeli-

sahan

Ikut kasihan kepada sang dewi

Kemudian pergi ke jero

Keris pustakanya ambil

Dan dibawa

I Suganda selalu ikut pergi

Kemudian pergi ke tempat tidur

istana


41

[ 42 ]9. Pamargine malon-lonan

Tan lian sang prabu Kaasti

Rumaketi paraning kayun

Sekadi ring pangipian

Boya dija

Titiang mapanggih ring beli

bagus

Pisan pejah makaonan

Tan wenten malih rasanin


10. Agung sih pinunas titiang

Naweg betara lungrain

Rakan titiang sampun lampus

Yaning batara sueca

Nene mangkin

Mangda titiang sareng lampus

Kene titiang kasangsara

Mangden sareng mangguh suargi


11. Yaning sampun titiang pejah

Pendak ugi titiang meriki

Apang bareng malih tumurun

Numitis dadi wong pada


Yan ibeli tumbuh

Dadi kakung bagus

Titiang dados istri pradnyan

Apang makonan ugi


12. Nadian seos panadosan

Yan sih titiang manadi sari

Tur miik mangalu-alub

Manden beli manadi kumbang


Apang kepanggih

Beli mangisep sarining santun

Yan beli manadi cemara

Titiang i gadung kasturi


Perjalanannya perlahan-lahan

Tidak lain sang prabu dilihat

Bersatulah di dalam hati

Seperti di dalam mimpi

Bukan di mana

Saya bertemu dengan kakak ba-

gus

Pasti mati karena kalah (terkalah-

kan)

Tak ada yang dipikirkan


Besarlah permintaanku

Semoga batara merahmati

Kakak saya telah meninggal

Apabila Tuhan merestui

Sekarang

Agar saya ikut mati

Beginilah saya sengsara

Agar bersama-sama mendapat

sorga


Apabila saya sudah meninggal

Jemputlah saya kemari

Supaya bersama-sama lagi turun

Menjelma sama-sama menjadi ma-

nusia

Apabila kakak menjelma

Menjadi pemuda ganteng

Saya menjadi istri bijaksana

Agar bersama juga


Walaupun menjadi berlainan

Bila saya menjadi sari

Dan harum mewangi

Agar kakak yang menjadi kum-

bangnya

Supaya bertemu

Kakak mengisap sari bunga

Apabila kakak menjadi cemara

Saya menjadi i gadung kasturi

42 [ 43 ]13. Malilit rau kapuncak

Yan beli manadi ampel gading


Titiang sangalangit angrembun

Apang sareng jua makaonan

Yaning beli

Dados cantaka ngelayung

Titiang nusup dadi ujan

Apang pada mengetisin ati


14. Yan beli manados layang

Titiang kidung apang masih

jua masanding

I Sugandi olas angrungu

Duh dewa sasuunan

Nunas mamargi

Mangden gelis i ratu rauh

Irika ring tengahing perang

Titiang wantah jaga ngiring


15. Rakan ida ring wekasan

Ne mangkin i dewa tan pagawe

iriki

Nunas ratu mangden maju

Pamargine ring tengahing

perang

Mangden gelis

I ratu mapanggih ring ratu

Agung


Penah lingsir Sanghyang Suria

Tan kalingu ature mangkin


16. Pamargine malon-lonan

Nolih kuri rakane jua kaasti


Rasanya teka manutut

Nyaup nyangkol ngaras-aras

Angin alon


Melilit sampai ke puncak

Apabila kakak menjadi bambu

yang kuning

Saya menjadi sangalangit yang

rimbun

Supaya bersama-sama jua

Apabila kakak

Menjadi cantaka menggelayut

Saya menyusup menjadi hujan

Supaya sama mengejutkan hati


Apabila kakak menjadi tembang

Saya nyanyiannya supaya ber-

dampingan

I Sugandi rela menghibur

Oh dewa pujaanku

Mohon berjalan

Agar segera i ratu sampai

Di sana di tengah-tengah perang

Saya akan menyertai


Kakak i dewa di depan

Sekarang i dewa percuma di sini


Supaya i ratu maju

Perjalanannya di tengah-tengah

perang

supaya segera

I Ratu bertemu dengan Ratu

Agung

Hari sudah sore

Tidak dihiraukan sembahnya se-

karang


Perjalanannya perlahan-lahan

Menoleh ke belakang kakaknya

jua dicari

Seolah-olah datang menyertai

Merangkul menciumi

Angin (bertiup) perlahan


43

[ 44 ]Mamuat bon bungane arum

Bukite nyukur katingalin

Masawang bale kaaksi

17. Mabah-abah sarwa endah

Mara lingsir guleme putih

kaaksi

Kedis kadasihe ngalup

Suarane ngolasang manah

Sumingkin sedih

Kruge ring muncuk gunung

Mirib buka manyedihang

Tumut ring sang Satiawati


18. Katon bantange pajelempang

Luir papedek kalawan galeng

guling

Bungan gadunge luung

Baan bonnyane melah

Masawang tira

Keto tingkahnyane dulu

Pudak cinagane kembar

Mirib buka manelokin


19. Sanggalangite katon ngrem-

payak

Pusuh bakunge nyunarin

Angine aris rauh

Manempuh sarwaning sekar


Wenten baingin

Medaging sunari alus

suarane ngolasang manah

Minab sedih ring sang Satiawati


20. Sampun doh ida mamargi

Akueh kaaksi sarwa manesin ati


Membawa bau bunga yang harum

Bukit terlihat gundul

Bagaikan balai dilihat


Bergaya serba aneka

Sudah sore mendung putih ter-

lihat

Burung kedasih bersuara

Suaranya menghiba hati

Semakin sedih

Guntur di puncak gunung

Seperti ikut bersedih

Turut kepada sang Satiawati


Kayu-kayu terlihat bergelimpang-

an

Bagaikan bantal dengan bantal

guling

Bunga gadungnya bagus

Karena baunya yang harum

Seperti

Demikian sifatnya dahulu

Pudak cinaganya kembar

Bagaikan ikut melihatnya


Sangalangit kelihatan rindang


Disinari oleh kuncup bakung

Angin semilir

Menyentuh bermacam-macam

bunga

Ada beringin

Berisi sunari halus

Suaranya menghiba hati

Seperti sedih kepada sang Satia-

wati


Jauh sudah beliau berjalan


Banyak terlihat serba menyakit-
kan hati

44 [ 45 ]Kudane kapekek sampun

Sareng lan I paongan

Sami sedih

Meling ring sang sampun lampuh


Raris tedun saking preman

Masesambatan mangeling


21. Sang Satiawati maguyang

Jarane bengong mabalih

Panyeroane kangen mangerungu

Mamungut masasambat

Duh dewa aji boya cingak rabin

i ratu

Semalih titiang ni Sugandi

Sareng rain dewa gusti


22. Sakedap katon ida prabu Salia


Ni Sugandi tumuli ningalin

Raris ipun ngeling ngelur

Tangan karo nigtig tangkah

Tur mamisbis boknyane gesit

anggun

Tendasnyane kapantigang

Ngemel cokor raden dewi


23. Rakan cokor i dewa sakedap

Kantenang titiang ia tuni

Punika awinan titiang ratu

Nigtig tangkah mantigang

tendas

Nanging sampura pinunas titiang

ring i ratu

Mangden idewa pageh pisan

Manyatisin ida sang aji


24. Kenyung ida raden dewi

I Sugandi kema jani iba mulih


Kudanya sudah ditarik

Bersama dengan i paongan

Semua sedih

Ingat kepada yang sudah mening -

gal

Lalu bangun dari tempat tidur

Menangis meratap


Sang Satiawati berguling-guling

Kudanya tercengang melihat

Para dayang terharu melihat.

Berkata memanggil-manggil

Oh dewa aji tidak lihat istri i ratu


Begitu pula saya i Sugandi

Bersama adik dewa gusti


Sekejap kelihatan beliau prabu

Salia

Lalu ni Sugandi melihat

Kemudian menangis keras-keras

Tangannya keduanya menepuk

dada

Dan menggaruk

rambutnya tidak teratur

Kepalanya dibanting

Memegang kaki raden dewi


Kakak i dewa sekilas terlihat

Saya lihat tadi

Itulah sebabnya saya

Menepuk dada membanting

kepala

Tapi ampunilah permintaan saya

pada ratu

Supaya i dewa tenang sekali

Rela mati demi beliau sang aji

Raden dewi tersenyum

Pulanglah kamu sekarang

45

[ 46 ]Penyeroane ngeling ngelut

Titiang ngiring panembahan

Ngiring mangkin usan ratu

maguyang sampun

Bas sue ida ngantosang

Prabu Salia ring Biomantari


25. Dadi tutut sang Satiawati

Raris munggah ring pareman

gelis

Pelaib kudane lintang maju

Dening mula jayeng perang

Duka nguni

Muang kreta ngendih murub

Mabendera sutra belang

Mapirada bilang samping


26. Panganggon kudane dumilah

Sarwa mas wintene pakurining

Sang Satiawati majujuk

Mangisi talining jaran

Tur mamargi

Sambil ida sedih sungsut

Tan sah ida prabu Salia

Ne kaacep ring ati


27. Kedis bondole masuara

Ngedegin ati ban ida jani

mamarga

Belatuke mangulkul bulus

Minab mangendahang

Sarwa sekar

Kacingak layu dudus

Pan tune sunggar ring sawah

Buka ia matujuin margi


28. Agelis prapta ring payudan

Tur kacingak wangkene

matindih-tindih

Ada wangke ia magelut


Para dayang menangis memeluk

Saya ikut pujaan

Berhentilah sekarang berguling-

guling

Terlalu lama beliau menunggu

Prabu Salia di Biomantari


Sang Satiawati lantas menurut

Segera pergi ke tempat tidur

Kudanya lari cepat

Karena memang ahli perang

Waktu dahulu

Dan kretanya menyala-nyala

Berbendera sutra loreng

Berukiran setiap sisi


Pakaian kudanya menyala-nyala

Serba mas, intan gemerincing

Sang Satiawati berdiri

Memegang tali kudanya

Lalu berjalan

Sambil sedih sekali

Sang Salia tidak henti-hentinya

Yang dikenang dalam hati


Burung bondol bersuara

Membuat hati marah karena ke-

pergian beliau

Burung pelatuk bersuara gencar

Seperti mempermainkan

Bunga-bunga

Terlihat layu sekali

Padinya kering di sawah

Seperti ia menunjuki jalan


Sampailah di dalam peperangan

Terlihat mayat bertindih-tindih

Ada mayat yang bergelut



46 [ 47 ]Payudane sapih madadagan

Raris meling

Sang Satiawati ida gisu

Tedung saking pareman

Sugandi tumuli ngiring


29. Mangider ida mamarga

Manyingak layone sang prabu

Belbelan kayune ibuk

Nyingak wangkene bas kaliwat

Metu tangis ni Sugandi tumuli

turut

Sang Satiawati maguyang

Ni Sugandi mapa


30. Duh ratu prabu pratnia

Pinehin ratu ne mangkin

Sampun bas kadurus bendu

Ngiring mamarga panembahan

Mangden gelis kapanggih layon

ida sang prabu

Sang Satiawati matangis

Mangararis ida mamargi


31. Sawatara pukul tiga

Pamargine ida sang Satiawati

Kapanggih layon ida sang prabu

Kadi sanghyang semara kembar

Putih gading eseme luir madu

juruh

Ragane mangurangka

Rambute selem kadi mangsi


32. Ni Sugandi kendele liwat

Raris matur cingak titiang

ratu mangkin


Peperangan sama-sama memba-

wa korban banyak

Lalu ingat

Sang Satiawati beliau segera

Bangun dari tempat tidur

Sugandi lalu mengikuti


Berjalan beliau berkeliling

Melihat mayat sang prabu

Sesak hatinya duka

Melihat mayat yang terlalu banyak

Kemudian ni Sugandi ikut me-

nangis

Sang Satiawati berguling-guling

Ni Sugandi mengasihi


Duh ratu tuan putri

Pikirkan ratu sekarang

Janganlah terlalu duka

Mari berjalan tuanku

Agar segera bertemu dengan ma-

yat sang prabu

Bangunlah sang Satiawati

Tents beliau berjalan


Kira-kira pukul tiga

Perjalanan beliau sang Satiawati

Bertemulah dengan mayat sang

prabu

Bagaikan Sanghyang Semara

kembar

Kuning langsat mukanya seperti

air madu

Badannya ramping

Rambut hitam bagaikan mangsi


Senang hati ni Sugandi

Kemudian menyembah : saya

lihat ratu sekarang


47

[ 48 ]Boya pendakin rain i ratu

Kalih titiang ni Sugandi

Raris mabakti ring padan ida

sang prabu

Ngamil-mil nagih antosang

Yeh matane dras mijil


33. Rudirane deras membah

Saking waksan ida sang bupati

Masarcngan ring bayu metu

Kadulurin ban cihna

Angin alon cirin ida manggih

ayu

Sang Satiawati mulisah

Mangen-angenin ati


Tidak dijemput adik ratu

Juga saya ni Sugandi

Lalu menyembah pada kaki sang

prabu

Memohon agar ditunggu

Air matanya mengalir deras


Darahnya deras mengalir

Dari badan beliau sang raja

Bersamaan dengan habisnya te-

naga

Didahului oleh tanda

Angin bertiup perlahan pertanda

beliau dapat kebaikan

Sang Satiawati berguling-guling

Menyesal dalam hati


Smarandana


l. Jangih linge tuan dewi

Kadi sundari anginan

Asing mamirengang reko

Sami kangen maring manah

Kedis kedasihe masuara

Cangut-ngute celengak-celengok

Tetengkeke ia wirang


2. Kekere jani mamunyi

Manise ngolahang manah

Girang timpale nengok

Baan sedih ida raden dewia

Keruge manyengisang

Suaran nyane pagerudug

Ring ambarabe tan papegatan


3. Tumbuh guleme pra mangkin

Angine aris ngasirsir


Merdu tangisnya tuan dewi

Seperti sundari tertiup angin

Setiap yang mendengarkan kata-

nya
Semua kasihan dalam hati

Burung kedasih bersuara (berbu-

nyi)

Bunyinya tersengal-sengal

Tetengkeknya dia sedih


Keker sekarang berbunyi

Manisnya menghibur hati

Teman-temannya senang melihat

Karena sedih raden dewi

Suara guntur menakutan

Suaranya gemuruh

Di angkasa tak putus-putusnya


Datanglah mendung seketika

Angin bertiup semilir



48 [ 49 ]Tan dumade ujan reko

Sedih ring sang mapulisahan

Pasihe mangkin runtag

Makepug di kaange sampun

Sedih ring sang Satiawati


4. Raris matangi tuan dewi

Sesambate melad perana

Tumuli mangambil canang

Raris ida mangunggaang

Mekelin ida sang nata

Ature manis nyunyur

Duh dewi sang prabu Badra


5. Boya meriki cingak mangkin

Aturan titiange dewa

Mangde beli nampi reko

Malih antos titiang dewa

Titiang wantah eling pisan

Mamarekan ring i ratu

Saking beli nilar titiang


6. Sedaweg titiange nguni

Beli mangaonin titiang

Apa kerana beli keto

Corahe bas kaliwat

Minab titiang tuara baktian

Sangkan beli tan pasemu

Nungkulang titiang manidera


7. Menampingin karas matulis

Putra-putra yan ka unggaang

Tampinan tututania reko

Malih wenten panggihin titiang

Tanggun lancingane punika

Kari ring titiange engsut

Punika beli mamegat


Tidak mengira datanglah hujan

Sedih kepada yang berguling-

guling

Laut sekarang gumuruh

Membentur batu-batu karang

Sedih karena sang Satiawati


Lalu bangun raden dewi

Kata-katanya menyedihkan

Kemudian mengambil canang

Terus menghaturkan

Membekali Beliau sang nata

Haturnya manis sekali

Duh sang prabu Badra


Tak usah ke mari lihatlah seka

rang

Persembahan saya dewa

Agar kakak menerimanya

Dan tunggulah saya

Saya memang ingat sekali

Menghamba kepada tuan

(Tetapi) karena kakak meninggalkan saya


Ketika saya dahulu

Kakak meninggalkan saya

Apa sebabnya kakak demikian

Jahatnya keterlaluan

Seperti saya tidak setia

Makanya kakak tidak bermuka

Membujuk saya agar tertidur


Mendampingi karas bertulis

Diandaikan seperti boneka

Juga disertai sirih

Ada yang lagi yang saya temu-

kan

Ujung sarung itu

Tertinggal pada sarung saya

Itu yang kakak putuskan


49

[ 50 ]8. Mara ban gun titiang mangeling

Patut beli ngemasin seda

Dening pamargine sangkaon

Beli pacang lunga mayuda

Kojaranya mula kalah

Maneres tanggung kancut

Pules titiang beli maninggal


9. Kene kapalnnya kapanggih

Beli mangemasin seda

Nanging sapunika reko

Mangden beli mangantosang

Mangemasin kajantaka

Titiang mangiring ratu agung

Mangemasin maring kawah


Baru bangun saya menangis

Pantas kaka meninggal

Karena perjalanan yang salah

Kakak akan pergi berperang

Diceritakan pantas kalah

Memotong ujung sarung

Meninggalkan saya waktu tidur


Begini hasil yang diterima

Kakak akibatnya meninggal

Tetapi walaupun demikian

Supaya kakak menunggu

Menemui kehancuran

Saya ikut ratu agung

Bersama ke neraka


Teruna


1. Maguyang mapelisahan

Sambilang masih ngusapin

Pangaksine prbabu Salia

Aras-aras papasihin

Sambilang nelain getih

Tan mari mangukut-ukut

Kagelut budang-badingang

Ni Sugandi matur gelis

Usan ratu

Bas sue ida ngantosang


2. I dewa ayu ida minehang

Raris gelis ngunus keris

Nyuduk raga mangelisang

Sue ida ngemasin mati

Mangentak-entak menangis

Sigsigan i Sugandi iku

Mangacok mangden enggal

Ida sang prabu maisi

Seda sampun



Berguling-guling di tanah

Sambil menguap-usap

Penglihatan prabu Salia

Dicumi-cium dikasihi

Sambil membersihkan darah

Terus mendekap-dekap

Dipeluk dibolak-balik

Ni Sugandi segera matur

Selesai ratu

Terlalu lama beliau menunggu


I dewa ayu memikirkan

Segera ngunus keris

Menusuk diri segera

Lama beliau baru meninggal

Menangis keras-keras

I Sugandi tersedu-sedu

Membacok supaya cepat

Beliau sang prabu berisi

Sudah meninggallah


50 [ 51 ]Ngiring ida prabu Salia


3. Sang Satiawati wus pejah

Ni Sugandi ngambil keris

Pramangkin nebek tangkah

Sampun sareng ngemasin mati

Atmane sami mapanggih

Ledang kayune tan sipi

Sareng tatiga madulur

Atman ida prabu Madra

Ledang kayune tan sipi

Ring ambara

Sibarengan raris mamargi


4. Pinagi ing widiadara

Widiadari sami ngiring

Watek dewa nawa sanga

Sampun sami mapapagin

Saupacarane asri

Gong beri pada gumuruh

Wus munggah ring jampana

Tan carita ring margi

Sampun rauh

Ring suarga rudra bawana


5. Akueh yan parnaang

Satingkahe onya jani

Unggaang maring carita

Punggelang jani mangurit

Sampura dewa gusti

Titiang lintang belog punggung

Wenten malih caritaang

Sang prabu Kurupati

Mapuputan

Mamusuh ring sang Pandawa


6. Nanging mangkin ida ical

Tuara tepuk ban ngalih

Di yehe dalam manongos


Ikut beliau prabu Salia


Sang Satiawati sudah meninggal

Ni Sugandi mengambil keris

Seketika menusuk dada

Bersama-sama meninggal

Rohnya semua bertemu

Senang hatinya tidak terhingga

Bertiga bersama-sama

Rohnya prabu Madra

Hatinya senang tidak terhingga

Di angkasa

Bersama-sama kemudian berjalan


Dijemput bidadara

Bidadari semua mengiring

Semua dewa nawa sanga

Semua sudah menjemput

Upacara semua bagus

Gong kebesaran bersuara gemuruh

Sudah naik pada jempana

Tidak diceritakan di jalan

Sudah sampai

Di sorga tempat batara Rudra


Banyaklah apabila dikatakan

Segala upaya habislah

Angkatlah ke dalam cerita

Hentikan sekarang bercerita

Ampunilah dewa gusti

Saya terlalu bodoh sekali

Ada lagi ceritakan

Sang prabu Kurupati

Mengakhiri

Bermusuhan dengan sang Panda-

wa

Tetapi sekarang beliau hilang

Tidak dapat dicari

Berdiam di air yang dalam


51

[ 52 ]Buka be julite ngepil

Lumrah ortane jani

Sapari solahe kaatur

Ring ida sang Pandawa

Sang Kresna ngandika gelis

Pacang ngeruruh

Makadi sang Duryodana


7. Sumaur sang Puntadewa

Ledang kayune tan sipi

Mireng ature sang Kresna

Raris ngandika agelis

Bima Palguna yayi

Nakula Sadewa tumut

Tingkahang apang melah

Enggalang ruruh ia jani

Mangden tepuk

Ditu ia lawan masiat


8. Sang Darmaputra mamargi

Sang Kesawa sareng ngiring

Ring kereta mas dumilah

Sampun mungguing kreta sami

Gong beri pada mangiring

Tunggule mangendih murub

Saha wadua mangiring

Tan dumade nene mangkin

Sampun rauh

Ring jagat Astinapura


9. Kapanggih sang uryodana

Sang Bima laut menuding

Sahasa raris mamatbat

Ih iba sang Kurupati

Cemer campur tan gigisin

Beler cicing bikul rusuh

Linyok dusta setata


Seperti belut bersembunyi

Tersiar kabarnya sekarang

Segala prilakunya dipersembah-

kan

Kepada beliau sang Pendawa

Sang Kresna berkata segera

Hendak mencari

Beliau sang Duryodana


Menjawablah sang Puntadewa

Hatinya senang sekali

Mendengar perkataan sang Kres-

na

Kemudian berkata segera

Bima Palguna adikku

Nakula Sadewa turut

Bersiaplah baik-baik

Carilah ia sekarang

Supaya bertemu

Di sana dia lawan berperang


Sang Darmaputra berjalan

Sang Kesawa ikut mengiringkan

Di kreta mas menyala-nyala

Setelah naik kreta semua

Gong kebesaran mengikuti

Panji-panjinya menyala-nyala

Serta prajurit mengikuti

Tidak mengira sekarang

Sudah sampai

Di negara Astinapura


Bertemulah dengan sang Duryo-

dana

Sang Bima lalu menuding

Kemudian lalu memaki

Ih kamu sang Kurupati

Cemar kotor keterlaluan

Jahat anjing tikus usil

Penjahat, pembohong selalu


52 [ 53 ]Mangudiang iba nu dini
Janipuput
Gawen ibane ne suba

10. Tidong iba tingkah satria
Lamun iba takut mati
Lautang iba manyumbah
Ne batis kaine silapin
Pilih kai tong dadi
Mangidupang bojog rusuh
Pianak i buta corah
Ne gadan gelahe tolih
Pacang nyabud
Urip ibane makejang

Mengapa kamu masih di sini
Sekarang selesai
Perbuatanmu yang dahulu

Bukan sifat kesatria kamu
Apabila kamu takut mati
Teruskan kamu manyembah
Ini kaki saya jilati
Saya tidak mungkin
Menghidupkan monyet usil
Anak sang buta jahat
lni gada saya lihat
Hendak mencabut
Nyawamu sekalian

Durma

1. Sapunika pamatbate sang
Wrekodara
Sang Kurupati nyautin
Iba Wrekodara
Cemer campur bas kaliwat
lba dini ngeletehan gumi
Masomah raksasa
Keme iba jani magedi

2. Nora saking kai takut
ngelawan iba
Tongudiang takutin kai
Milu ngajak iba
Letuhe ngebekin jagat
Yan lenan teken i kuluk bengil
Lautan omongang
Mai ajak ngerebut kai

3. Sangkan kai tuara nyak ngelawan
iba
Reh iba buktin cicing

Begitulah makinya sang
Wrekodara
Sang Kurupati menjawab
Kamu sang Wrekodara
Cemer kotor keterlaluan
Di sini kamu mengotorkan dunia
Beristrikan raksasa
Pergilah kamu sekarang

Bukan karena saya takut melawankamu
Mengapa (saya) takut
Kepadamu
Kotormu memenuhi bumi
Bila selain i anjing kotor
Teruskan berbicara
Kemari ajak merebut saya

Sebabnya saya tidak mau melawanmu
Karena kamu makanan anjing


53

[ 54 ]Mangudiang manyupat

Kema enggalang makaad
Ne lenan tunden mai
Kai mangelawan
Tuara kai manakutin

4. Aketo pangendikaan sang
Duryodono
Sang Kresna sengeh nyautin
Kenken munyin iba
Sakueh sang Pandawa
Ngarebut iba tan gingsir
Keto ingetang
Ne jani pacang pilihin

5. Salah tunggal bakal tunden
mangelawan
Yen sang Darma mamagutin
Dening tuara wenang
Mangelawan wong corah
Dening ida wiku lewih
Yan sang Arjuna
Pengawaking wong pawestri

6. Kalingke i Nakula Sadewa
Wong pacang nyandang magutin
Matemuang kesaktian
Sak sat rare mekaroan
Tuara ada lenan ne jani
Pacang mangelawan
Sang Bima yogia magutin

7. Dening prakosa sang Bima sakti
manta
Masikep gada ne luih
Dening ia sawawa
Mamusuh kaliliran
Sang Duryodana nyaurin
Ida sang Baladewa
Tuara ida nu dini


Mengapa mengutuk
Pergilah cepat
Yang lain suruh kemari
Saya akan melawan
Saya tidak menakuti

Demikianlah kata sang
Duryodana
Sang Kresna menjawab
Bagaimana perkataanmu
Semua sang Pandawa
Merebut kamu tidak takut
lngatlah demikian
Sekarang akan dipilih


Salah seorang akan disuruh
melawan
Bila sang Darma menandingi
Karena tidak berhak
Melawan orang yang jahat
Karena beliau wiku yang mulia
Apabila sang Arjuna
Berperawakan seorang wanita


Apalagi sang Nakula Sadewa
Yang pantas akan menandingi
Mengadu kesaktian
Seperti bayi kembar
Sekarang tiada lain
Hendak melawan
Sang Bima pantas menandingi

Karena sang Bima sakti perkasa

Bersenjatakan gada yang baik
Karena ia mengetahui
Musuh bebuyutannya
Sang Duryodana menjawab
Beliau Sang Baladewa
Tidak ada dia di sini


54 [ 55 ]8. Beli enu mengantosang ida

Apan ida nangun kerti

Tur ida matirta yatra

Mangdene ida manyingak

Buat beli nangkepang jurit

Lawan sang Bima

Sang Kresna matur gelis


9. Tan dumade rauh ida sang Bala-

dewa

Saking masuci ening

Saking pangandikan ida

Bagawan Narada

Manonton sang Kurupati

Matanding yuda

Lawan sang Bima sakti


10. Ring sampun rauh ida sang

Baladewa

Sukane tan gigisin

Sami nunas ajah

Dening ida maguruan

Saksana pada nampekin

Sang Baladewa

Maatur sang Kurupati


11. Mangkin ida sang Sri Puntadewa

Patut pisan sang Kresna misinggih

Masaur paksi sinamian

Sawatek yadubala

Muang parekan makasami

Wantah matut pisan


12. Raris agelis sira sang Sri Baladewa

Mangurek sang wira kalih

Menagkepang gada

Ida sang Darma manyingak

Ledang kayune tan sipi

Agelis nabdabang


Kakak masih menunggu beliau

Karena beliau bertapa

Dan beliau menyucikan diri

Supaya beliau melihat

Pri hal kakak bertempur

Melawan sang Bima

Matur sang Kresna segera


Tiba-tiba datanglah sang Balade-

wa

Dari tempat pertapaan

Karena perkataan beliau

Bagawan Narada

Menonton sang Kurupati

Tanding perang

Melawan sang Bima sakti


Setibanya sang Baladewa

Senangnya tak ada taranya

Semua minta pelajaran

Karena beliau berguru

Semua mendekati dengan seksa-

ma

Sang Baladewa

Menyembah sang Kurupati


Tersebutlah sang Sri Puntadewa

Pantas sang Kresna melaksanakan

Menjawab burung semua

Semua prajurit yadu

Dan para hamba sahaya

Pantas sekali


Segera sang Sri Baladewa

Mengajar kedua kesatria

Menggunakan gada

Sang Darma melihat

Senang hatinya tak terkira

Segera mengatur


55

[ 56 ]Pacang mangaturang bakti


13. Sang Sri Aladra ngandika

Ring sang wira kalih

Ne ada ubaya

Tuani dadi singsean

Ngebug roaring soring nabi

Ngiring pisan

Sang wira makekalih


14. Raris agelis sira managkepang
yuda

Pada mangseh tan gingsir

Dening pada parikosa

Widagda tan kasoran

Tempuing gada tan gigisin

Alase rusak

Buron pada ia malaib


15. Gunung rubuh alase dadi tegal

Ndan sang mayuda kalih

Pada seleng singseang

Malilit kadi naga

Tong kena ban ngingetin

Mekaronan

Betenan selegenti


16. Saling peluk saling jekjek
pantigang

Pada saling tinjakin

Saling gulingang

Pada saling jambak

Saling getok sating tinjakin

Pada prawira

Pada saling tangkisin



Hendak menghaturkan bakti


Berkata sang Aladara

Kepada kedua Kesatria

Ini ada perjanjian

Tidak boleh mencuri

Memukul di bawah pusar

Menurut sekali

Kesatria keduanya


Segera beliau mengatur perang

Sama kuat tiada mundur

Karena sama-sama perkasa

Ahli tak terkalahkan

Kena gada dengan keras

Hutannya rusak

Hewan-hewan pada lari


Gunung roboh hutan menjadi
ladang

Oleh kedua orang yang berpe- rang

Sama-sama saling mencari kelengahan

Membelit seperti naga

Tidak dapat dikenali

Berdua

Di bawah silih berganti


Peluk-memeluk injak-menginjak

dan

Tendang-menendang

Guling-berguling

Jambret-menjambret

Pukul-memukul dan baku tendang

Sama-sama sakti

Sama-sama hindar-menghindari



56 [ 57 ]17. Saling kepung payudane mai-

lehan

Kadi cakraning pedati

Dadi ia kangelan

Tan dumade mararean

Ajahan malih malilit

Tur magagadan

Nora ada ketibenin


18. Tan dumade sang Kresna mang-

kin manyingak

Ring sang maperang kalih

Lintang kapiwelasan pisan

Manyingak sang Bima

Wastu eling ida mangkin

Agelis ngandika

Ring ida sang Kiriti


Perkelahaian berputar kejar me-

ngejar

Seperti roda pedati

Akhirnya beliau kepayahan

Akhirnya istirahat

Sebentar, lagi bergulat

Dan gada-menggada

Tak ada yang kena


Tiba-tiba sang Kresna sekarang

melihat

Kepada kedua orang yang ber-

perang

Terlalu kasihan sekali

Melihat sang Bima

Tiba-tiba ingat beliau sekarang

Segera berkata

Kepada sang Kiriti


Sinom


1. Duh yayi sang Palguna

Cingak ja rakan i adi

Masiat saling pantigang

Nyen bani mamagutin

Sujati yan buat sakti

Tuhu tong ada mamagut

Nanging beloge kalintang

Masih tong ada nandingin

Yaning adu

Abulan tong ada kalah


2. Jani upayane jalanang

Ring ida sang Kurupati

Rusuh linyok mahabara

Ne jani sedeng wangsitin

To ida rakan adi

Sang Bima nolih sampun

Agelis ida mangelebang

Gadane ring soring nabi



Duh adikku sang Palguna

Lihatlah kakakmu

Berperang saling banting

Siapa yang berani menandingi

Sungguh dalam hal kesaktian

Tiada yang menyamai

Tapi terlalu bodohnya

Juga tiada yang menandingi

Bila diadu

Sebulan tak ada yang kalah


Sekarang akal kita jalankan

Terhadap sang Kurupati

Buruk bohong luar biasa

Sekarang patut diberi isyarat

Itulah kakakmu

Sang Bima sudah menoleh

Cepat beliau melepaskan

Gadanya di bawah pusar


57

[ 58 ]Mangden elung

Pupune sang Duryodana


3. Dadi sairing sang Palguna

Tumuli mangewangsitin

Sang Bima lintang uninga

Ring wangsite sang ari

Raris mayuda mangkin

Saling tigtig nora kengguh

Sue saling walesang

Dadi lesu makekalih

raden Bima

Makecos nibakang gada


4. Pupune sang Duryodana

Dekdek remuk kapulingin

Sang Kurunata nyegegag

Tan pendah luir gunung embid

Sang Bima mangelidin

Manyambak manyekuk-nyekuk

Sahasa raris mantigang

Munyine tan papekering

Jani pupu

Pagaen ibane suba


5. Sang Bima tan painganan


Manyejek mananggilin

Mananjung maduding mata

Pamatbate mangeliwatin

Ih iba sang Kurupati

Dadi mendep tan pasaur

Ne te iba lebih neraka

Ne jani kai tandingin

Nene malu

Tuah iba paling bisana


6. Ngapus kai busan-busan

Mangden kai dadi mati

Ditengahing alas wayah


supaya patah

Pahanya sang Duryodana


Lantas menurutlah sang Palguna

Kemudian memberi isyarat

Sang Bima telah mengerti

Akan isyarat adiknya

Kemudian kembali berperang

Saling pukul tiada mau kalah

Lama saling balas

Akhirnya lesulah keduanya

Sang Bima

Meloncat memukulkan gada


Paha sang Duryodana

Hancur lebur disiasati

Sang Kurunata terperanjat rebah

Bagaikan gunung longsor

Sang Bima menambahi

Menjambak mencekik-cekik

Kemudian membanting

Suaranya tak putus-putusnya

Sekarang terima hasilnya

Perbuatanmu dulu


Sang Bima tak canggung-canggung

Menginjak berulang-ulang

Menendang menuding mata

Makinya keterluan

Ih kamu sang Kurupati

Mengapa diam tidak menjawab

Kamu ini lebih neraka

Sekarang saya tandingi

Yang dahulu

Hanya kamu yang paling pandai


Membohongi saya setiap saat

Supaya saya meninggal

Di tengah hutan rimba


58 [ 59 ]Kapo widine nu asih

Pageh mangamelang kai

Ne pagaen ibane pupu

Buktiang apang melah

Eda pisan iba makelid

Saha misuh

Pamatbat sang Wrekodara


7. Manampel raris maninjak

Manyambak mamuntang-manting

Mangkin wenten ujan bunga

Watek resine ngujanin

Watek dewatane sami

Wastu ida sami lulut

Menyingak sang Kurupati

Pupune remuk katigtig

Baan gada agung

Maduluran kuman-uman


Tapi Tuhan masih mengasihi

Tetap merahmati saya

Ini hasilmu terima

Buktikanlah baik-baik

Janganlah kamu menghindar

Dan memaki

Mencaci sang Wrekodara


Menampel terus menginjak

Menjambak membanting-banting

Sekarang ada hujan bunga

Para resi menghujani

Para dewa semua

Tiba-tiba beliau semua kasihan

Sang Kurunata melihat

Pahanya hancur dipukul

Oleh gada agung

Ditambah (lagi) dengan caci maki


Durma


1. Tan wuwusan pamatbate sang

Wrekodara

Sang Aladara nyingakin

Agelis ida manyagjag

Mawetu wakprakata

Ih Bima ko kita iki

Iba tan kadarma

Satria lintang miskin


2. Yeki lihat langgalangku

pagutukena

Aku arepa matenin

Ya ko kita Bima

Apan kita dusta dahat

Sang Kurupati kulihati

Pupune rempak

Mangke aku tandingin



Tak dikatakan caci makinya

sang Wrekodara

Terlihat oleh sang Aladara

Segera beliau mendatangi

Keluar kata-katanya sombong

Ih Bima inilah aku

Kamu tak dibenarkan

Ksatria terlalu miskin


Ini lihatlah senjataku yang akan

menyerang

Aku akan membunuhmu

Kamu Bima

Karena kamu terlalu jahat

Sang Kurupati terlihat

Pahanya parah

Sekarang tandingilah aku


59

[ 60 ]Perkelahian yang sengit antara sang Bima (Wrekodara) melawan sang Duryodana.

Perkelahian ini berakhir dengan kekalahan pada pihak Duryodana. [ 61 ]3. Apan aku arep akena

Ia iku sang Kurupati

Tuhu darma yuda

Mangdesida waras

Yaning kita tahu wani

Aku papagen

Sang Aladara kroda tan sipi


4. Sang Kresna Prayatna nyingak

kaka

Agelis sira memaranin

Sang Sri Aladara

Sampun mangayatang gada

Sri Kresna mangasih-asih

Matur ngelisang

Sampun beli banget runtik


5. Titiang cingak sampunang

bas laju pisan

Antuk ngamedalang runtik

Reh sang Kurunata

Kalintang linyok setata

Sang Darma ida cingakin

Sang Kurunata

Banggayang ngemasin mati


6. Sapunika atur sang Sri

Padmanaba

Sang Baladewa minehin

Tuhu ayu dahat

Tur ida sang Kresna

Nuli mangandika gelis

Dening sang Bima

Tuhu tan darma yukti


7. Para cidra mayuda tan manut

krama

Apan sang Kurupati

Wiakti kadarma yuda


karena aku akan mendahului

Yaitu sang Kurupati

Sungguh kesatria perang

Supaya menjadi sadar

Bila kamu sungguh berani

Hadapilah aku

Sang Aladara marah sekali


Berhati-hatilah sang Kresna meli-

hat kakak

Segera beliau mendekati

Sang Sri Aladara

Sudah mengangkat gada

Sri Kresna mengiba-iba

Segera menyembah

Jangan kakak terlalu dendam


Lihatlah saya jangan terlalu ter-

gesa-gesa

Karena ingin melampiaskan den-

dam

Sebab sang Kurupati

Selalu terlalu berbohong

Lihatlah beliau sang Darma

Sang Kurunata

Biarlah meninggal


Demikian sembah sang Sri Pad-

manaba

Sang Baladewa berpikir

Sungguh sangat baik

Dan beliau sang Kresna

Lalu berkata segera

Karena sang Bima

Sungguh tidak jujur


Para penipu berperang tidak me-

nurut aturan

Karena sang Kurupati

Sungguh berperang jujur


61

[ 62 ]Beli arepa muliha

Mara rikang Duarawati

Ayua sangsaya

Ingkene karia yayi


8. Nanging beli mawekas raat

Uningana dewa pasti

Ri sira sang Darmaputra

Makadi ring sang Bima

Mangden tan kadurus runtik

Keto ingetang

Ne jani beli mamargi


9. Raris budal sang Sri Baladewa

Watek yadune mangiring

Manteri saha wadua

Tunggule mangeranyab

Sampun munggah ring kreta

manik

Manteri punika

Sami munggah ring pedati


10. Ada punggawa kawikanane bas

kaliwat

Mereh ia pramangkin

Saget metu gajah belang

Mabale sarwa mas

Malelenter jinar sami

Maendah-endaan

Sutrane putih kuning


11. Raris kaunggain sarwa

tatabuhan

Sampun puput munggah sami

Ring bale gajah punika

Tur mamargi ngenggalang

Sampuri rauh ne mangkin

Ring panagara

Duarawati dahat luih



Kakak akan duluan pulang

Menuju Duarawati

Jangan khawatir

Di sini tugas adik


Tetapi kakak nanti paling berguna

Katakanlah betul-betul (olehmu)

Kepada sang Dannaputra

Terutama kepada sang Bima

Supaya tak terlalu dendam

Demikian ingatlah

Sekarang kakak pergi


Lalu pulang sang Sri Baladewa

Semua warga yadu mengiringkan

Mantri dan prajurit

Panji-panji berkilauan

Telah naik ke atas kreta manik

Mantri itu

Semua naik ke pedati


Ada punggawa yang sangat

pandai

Mengheningkan cipta dia seketi-

ka

Tiba-tiba keluar gajah loreng

Berisi balai serba mas

Berhiaskan jinar semua

Beraneka ragam

Sutranya putih kuning


Lalu diiringi oleh tabuh-tabuhan

Semua sudah naik

Di balai gajah tersebut

Kemudian berjalan dengan cepat

Sampailah sekarang

Di negara

Duarawati yang sangat indah


62