Cokorde Darma/Sambutan
Kepala Balai Bahasa Denpasar
Kontak antarmasyarakat dan bangsa telah lama berlangsung dalam sejarah manusia. Sebagian terjadi karena didorong oleh keingintahuan akan dunia lain sebagian lagi dipicu oleh urtusan mencari pemenuhan kebutuhan ekonomi. Urusan ekonomi itu kemudian berkembang menjadi persoalan politik, ideologi, dan juga agama. Ranah budaya, sekalipun mungkin tidak pernah menjadi hal yang utama, memperoleh imbasnya juga.
Dari sudut pandang yang tertentu—tanpa bermaksud memprediksi hilangnya kekhasan lokal—kontak itu memungkinkan meleburnya_nilai-nilai kemanusiaan menuju universalisme. Boleh jadi, untuk mencapainya diperlukan waktu yang amat panjang. Namun, sarana komunikasi dan transportasi yang berkembang pesat dewasa ini cenderung memacu proses itu.
Sejarah Indonesia mencatat terjadinya kontak masyarakat budaya itu. Kontak itu juga telah mempengaruhi perkembangan sastra Indonesia, baik dari segi bentuk dan gaya atau cara berekspresi maupun nilai-nilai yang menjadi kandungannya. Hal itu tampak pada alur perubahan bentuk puisi, misalnya, dari larik-larik yang berkaidah jumlah baris, suku kata, dan bunyi menjadi bentuk bebas sehingga batas-batasnya dengan prosa seakan kabur. Contoh lain pengaruh itu juga dapat dilihat pada jejak perubahan prosa yang semula berkisar pada hikayat, [ iv ]legenda, dan sebagain ya menjadi roman, novel , dan bahkan "genre" baru yang dijuluki chicklit dan teenlit. Terjadinya "kontak sastra" itu juga menghasilkan tiga jenis "alih sastra," istilah yang menganalogi "alih teknologi" terjemahan merupakan upaya mengenalkan khalayak pembaca kepada karya sastra tertentu yang mungkin tidak dapat dinikmati secara luas karena kendala bahasa. Dalam hal ini, banyak aspek dipertahankan kecuali bahasanya. Pada ujung ayunan pendulum yang lain ada plagiat yang mencoba mengambil alih semu anya. Karena bersifat "mencuri," dalam hal ini harus dikatakan bahwa plagiarisme itu diharamkan. Saduran berada di tengah. Artinnya, dengan mengakui keunggulan karya asli sebagai milik pengarangn ya, kandungan karya sastra itu dihadirkan ke sidang pembaca dalam gambaran dunia masyarakat penyadurnva.
Saduran DOn Quixote ini berlatar masyarakat Bali dan disajikan dalam bahasa Bali pula. Sambil menyampaikan penghargaan saya kepada I Gusti Putu Antara, saya berharap semoga pembaca dapat memetik manfaat dari komparasi tersirat dua dunia dan nilainiJai di dalamnya.
Denpasar, November 2008
Drs. C. Rudd yanto, M.A.