Kaca:Dongeng Panji Dalam Kesusastraan Bali.pdf/121: Bina pantaraning révisi

Saking Wikisource
Cihna: Ujiwacén
 
Cihna: Kapastika Uahan HP Uahan wéb sélulér
Status kacaStatus kaca
-
Kaca sané sampun kauji
+
Kapastika
Daging kaca (antuk katransklusiyang):Daging kaca (antuk katransklusiyang):
Carik 4: Carik 4:
tiba di depan pondok, t.erlihat oleh mereka periuk kecil berjalan<br>
tiba di depan pondok, t.erlihat oleh mereka periuk kecil berjalan<br>
penuh berisi barang. Pan Tiwas amat gembira, lalu mengambil<br>
penuh berisi barang. Pan Tiwas amat gembira, lalu mengambil<br>
barang-Oarang yang ada dalam periuk. Periuk itu di tempatkan<br>
barang-barang yang ada dalam periuk. Periuk itu di tempatkan<br>
kembali di tempatnya semula. Karena telah ada yang mencarikan<br>
kembali di tempatnya semula. Karena telah ada yang mencarikan<br>
makan, mereka tidak lagi mencari nafkah ke sana ke mari, tinggal<br>
makan, mereka tidak lagi mencari nafkah ke sana ke mari, tinggal<br>
menunggu di rumah. Setiap periuk itu datang berbunyi, "Troktoktok dengkok-<lengkok-dengkok, ambili aku ! " Kemudian diambili<br>
menunggu di rumah. Setiap periuk itu datang berbunyi, "Troktoktok dengkok-dengkok-dengkok, ambili aku ! " Kemudian diambili<br>
bawaan periuk itu. Dan periuk ditaruh lagi di tempatnya. Setiap<br>
bawaan periuk itu. Dan periuk ditaruh lagi di tempatnya. Setiap<br>
datang periuk itu membawakan barang-barang, sehingga lamakelarnaan Pan Tiwas menjadi kaya. Sejak memiliki periuk itu dia<br>
datang periuk itu membawakan barang-barang, sehingga lamakelarnaan Pan Tiwas menjadi kaya. Sejak memiliki periuk itu dia<br>

Uahan ri tatkala 25 Oktober 2023 21.45

Kaca puniki kavalidasi

an harinya pagi-pagi Pan Tiwas dan Men Tiwas tidak pergi mencari pekerjaan, tetapi bersembunyi di belakang pondok karena ingin
mengetahui orang yang membawa bahan makan ke pondok mereka. Kira-kira pukul sepuluh terdengar suara, "Trok-toktok dengkok-dengkok-dengkok" di depan pondok. Pan Tiwas dan Men
Tiwas masing-masing keluar dari persembunyiaan mereka. Setelah
tiba di depan pondok, t.erlihat oleh mereka periuk kecil berjalan
penuh berisi barang. Pan Tiwas amat gembira, lalu mengambil
barang-barang yang ada dalam periuk. Periuk itu di tempatkan
kembali di tempatnya semula. Karena telah ada yang mencarikan
makan, mereka tidak lagi mencari nafkah ke sana ke mari, tinggal
menunggu di rumah. Setiap periuk itu datang berbunyi, "Troktoktok dengkok-dengkok-dengkok, ambili aku ! " Kemudian diambili
bawaan periuk itu. Dan periuk ditaruh lagi di tempatnya. Setiap
datang periuk itu membawakan barang-barang, sehingga lamakelarnaan Pan Tiwas menjadi kaya. Sejak memiliki periuk itu dia
banyak memiliki pakaian, emas, dan perak. Dia pun telah mampu
membuat rumah. Pada suatu hari Pan Tiwas bermaksud mengambil
sesuatu di atas langit-langit rumahnya, tanpa disengaja periuk itu
tersentuh dan jatuh ke lantai. Di· lantai pecahannya berserakan.
Tiba-tiba dari dalamnya keluar seorang anak yang berumur kirakira tujuh tahun. Anak ini sangat cantik dan dia menangis di atas
lantai sambil berkata,
"Pak, memang nasib Bapak tidak bisa menjadi kaya. Sekarang Bapak belum banyak mempunyai kekayaan, tetapi Bapak telah melaluikan saya. Memang nasib, Bapak tidak bisa lama mengajak saya di sini. Bagaimanapun cara Bapak menyembunyikan saya
di sini lama-kelamaan pasti ada yang tahu." Setelah mendengar
ucapan anak kecil itu, Pan Tiwas melompat dari atas dan memanggil istrinya. Istrinya segera datang sambil membawa tempayan berisi air karena baru datang dari mengambil air.Bargu sebagian air
dalam tempayan dituangkan, didengarnya suaminya memanggil.
Men Tiwas melihat suaminya, dikiranya mendapat bahaya, tetapi
tiba-tiba terlihat seorang anak kecil sedang menangis.
"Anak siapa ini Pak?" tanya Men Tiwas. Pan Tiwas
menerangkan kisahnya. Setelah didengarnya cerita suaminya, tempayannya dilemparkan dan anak itu diangkat lalu dipangkunya.
Mereka bertanyakepada anak kecil itu,
115