Kaca:Dongeng Panji Dalam Kesusastraan Bali.pdf/121

Saking Wikisource
Kaca puniki kavalidasi

an harinya pagi-pagi Pan Tiwas dan Men Tiwas tidak pergi mencari pekerjaan, tetapi bersembunyi di belakang pondok karena ingin mengetahui orang yang membawa bahan makan ke pondok mereka. Kira-kira pukul sepuluh terdengar suara, "Trok-toktok dengkok-dengkok-dengkok" di depan pondok. Pan Tiwas dan Men Tiwas masing-masing keluar dari persembunyiaan mereka. Setelah tiba di depan pondok, terlihat oleh mereka periuk kecil berjalan penuh berisi barang. Pan Tiwas amat gembira, lalu mengambil barang-barang yang ada dalam periuk. Periuk itu di tempatkan kembali di tempatnya semula. Karena telah ada yang mencarikan makan, mereka tidak lagi mencari nafkah ke sana ke mari, tinggal menunggu di rumah. Setiap periuk itu datang berbunyi, "Troktoktok dengkok-dengkok-dengkok, ambili aku!" Kemudian diambili bawaan periuk itu. Dan periuk ditaruh lagi di tempatnya. Setiap datang periuk itu membawakan barang-barang, sehingga lama kelamaan Pan Tiwas menjadi kaya. Sejak memiliki periuk itu dia banyak memiliki pakaian, emas, dan perak. Dia pun telah mampu membuat rumah. Pada suatu hari Pan Tiwas bermaksud mengambil sesuatu di atas langit-langit rumahnya, tanpa disengaja periuk itu tersentuh dan jatuh ke lantai. Di· lantai pecahannya berserakan. Tiba-tiba dari dalamnya keluar seorang anak yang berumur kirakira tujuh tahun. Anak ini sangat cantik dan dia menangis di atas lantai sambil berkata,

"Pak, memang nasib Bapak tidak bisa menjadi kaya. Sekarang Bapak belum banyak mempunyai kekayaan, tetapi Bapak telah melaluikan saya. Memang nasib, Bapak tidak bisa lama mengajak saya di sini. Bagaimanapun cara Bapak menyembunyikan saya di sini lama-kelamaan pasti ada yang tahu." Setelah mendengar ucapan anak kecil itu, Pan Tiwas melompat dari atas dan memanggil istrinya. Istrinya segera datang sambil membawa tempayan berisi air karena baru datang dari mengambil air.Bargu sebagian air dalam tempayan dituangkan, didengarnya suaminya memanggil. Men Tiwas melihat suaminya, dikiranya mendapat bahaya, tetapi tiba-tiba terlihat seorang anak kecil sedang menangis.

"Anak siapa ini Pak?" tanya Men Tiwas. Pan Tiwas menerangkan kisahnya. Setelah didengarnya cerita suaminya, tempayannya dilemparkan dan anak itu diangkat lalu dipangkunya. Mereka bertanyakepada anak kecil itu,

115