Kaca:Dongeng Panji Dalam Kesusastraan Bali.pdf/120

Saking Wikisource
Kaca puniki kavalidasi

"Aku tidak tahu! Bukankah aku bersamaan datang denganmu? Masaklah beras itu! Apalagi kita lapar karena belum makan. Andaikata beras ini beracun, biarlah kita mati karenanya agar tidak lagi hidup melarat." Beras itu segera dimasak oleh Men Tiwas. Keesokan paginya Raden Galuh Payuk ke pasar pula dan ketika pulang dia membawa bermacam-macam barang: bumbu, sayur-sayuran, dan lain-lain. Setelah sampai di rumah dia sibuk memasak di dapur. Waktu itu dia telah menjelma menjadi seorang gdis kecil yang sangat cantik. Ayam Men Tiwas ditangkap oleh Raden Galuh Payuk dan dicabuti bulunya, lalu direbus bersama sayur. Setelah selesai memasak, Raden Galuh Payuk menyapu mulai dari dalam kamar sampai ke halaman rumah. Sesudah itu, dia kembali menjelma menjadi periuk dan naik ke para-para.


Diceritakan hari telah senja, barulah Pan Tiwas dan Men Tiwas datang dari tempat mereka bekerja. Dari jauh mereka telah mencium bau masakan, karena perutnya sangat lapar. Pan Tiwas bertanya,

"Siapa gerangan memasak hingga tercium baunya sampai kemari? Apakah kamu juga mencium bau masakan itu?"

"Ya, betul," jawab Men Tiwas.

"Ya, Pak! Pak, lihatlah halaman rumah kita sangat bersih, bekas disapu. Siapakah yang menyapu? Pak, lihat kemari! Mengapa ada bermacam-macam masakan di atas para-para? Siapakah yang menaruh? Wah, di sini ada nasi, ikan kering yang sudah berbumbu, dendeng, dan sayur dengan daging ayam dalam periuk. Baunya tercium sampai ke mana-mana. Alamat apakah ini, Pak?" tanya Men Tiwas. Kemudian menyahutlah Pan Tiwas,

"Alamat apa, kecuali alamat perut kenyang! Ah, ayo kita makan masakan ini! Andaikata makanan ini menyebabkan kita mati, biarlah! Kita tidak akan hidup melarat seperti sekarang" Berkatalah Men Tiwas,

"Ah, nanti dulu, coba kulihat, apakah periuk kita dicuri orang yang mengerjakan masakan ini? Syukurlah bahwa periuk itu masih di tempatnya semula. Andaikata dicuri, boleh jadi aku mati kesedihan", ujar Men Tiwas. Kemudian mereka makan. Pan Tiwas makan dengan lahap karena untuk pertama kali mengecap masakan lezat. Sehabis makan, mereka bercakap-cakap. Yang dipercakapkan adalah tersedianya makan di rumah mereka. Keesok


114