Kaca:Dongeng Panji Dalam Kesusastraan Bali.pdf/119

Saking Wikisource
Kaca puniki kavalidasi

bisa mengikuti jejak teman-teman? Tidak banyak yang kita harapkan, sekedar dapat mengisi perut. Setiap kita berusaha belum pernah berhasil seperti orang lain. Kerang sudah semakin jarang. Sekarang nasib kita malang tidak akan bisa mencari makan.” Pereakapan itu terdengar oleh si periuk, lalu dia berpikir,

“Ah, aku kasihan kepada Pan Tiwas dan Men Tiwas! Sering-sering mereka meneysali nasib mereka yang melarat. Ah, baiklah besok aku ke pasar! Siapa tahu di pasar aku akan mendapat rezeki. Rezeki itu akan kupakai membantu Men Tiwas.”’ Keesokan harinya pagi-pagi benar Pan Tiwas dan Men Tiwas telah berangkat dari pondoknya akan pergi mencari nafkah. Raden Galuh Payuk juga turun dari para-para beberapa saat setelah perginya Pan Tiwas dan Men Tiwas. Dia akan pergi ke pasar. Sepanjang jalan periuk itu berbunyi,

“Troktolk-tok dengkok-dengkok”’. Akan tetapi, tidak seorang pun melihat dan mendengar suara si periuk. Di tengah pasar yang ramai si periuk diam di sebelah seorang penjual beras. Tiada beberapa lama ada orang menuju tempat itu untuk membeli beras. Baru saja di lihatnya periuk itu, lalu dia bertanya kepada penjual beras,

‘‘Siapakah yang menaruh periuk di sana? Wah, indah benar periuk itu!” Penjual beras itu menjawab,

“Entah siapa, saya tidak tahu.” Berkata lagi orang itu,

“Kalau tidak ada orang yang memilikinya, baiklah kupungut akan kujadikan tempat beras’’, ujarnya. Setelah ia selesai membeli beras, beras itu dimasukkan ke dalam periuk. Dia heran akan periuk itu karena seberapa seberapa pun diisi beras, tidak menjadi penuh. Orang itu berkata,

‘Kak, lihatlah! Saya tidak menduga bahwa periuk sekecil itu dapat diisi berat satu sador. Kak! Saya titip beras di sini, saya akan pergi berbelanja’’. Pada saat tidak ada orang melihatnya, periuk itu pergi meninggalkan tempat semula dan terus pulang. Di sepanjang jalan dia berbunyi, “Troktoktok-dengkok-dengkok-dengkok".

Tersebutlah bahwa si periuk telah sampai di rumah I Tiwas. Berasnya ditempatkannya dalam bakul, lalu ditaruh di serambi, dan dia naik kembali ke para-para. Setibanya di rumah Men Tiwas terkejut melihat adanya beras, lalu berkata,

“Hai, Pak, mengapa ada beras di sini? Siapa yang menaruh?” Pan Tiwas menjawab,

113