Kaca:Dongeng Panji Dalam Kesusastraan Bali.pdf/119: Bina pantaraning révisi

Saking Wikisource
Nénten wénten ringkesan uahan
Cihna: Kapastika Uahan HP Uahan wéb sélulér
Status kacaStatus kaca
-
Kaca sané sampun kauji
+
Kapastika

Uahan ri tatkala 25 Oktober 2023 21.44

Kaca puniki kavalidasi

bisa mengikuti jejak teman-teman? Tidak banyak yang kita harap-
kan, sekedar dapat mengisi perut. Setiap kita berusaha belum
pernah berhasil seperti orang lain. Kerang sudah semakin jarang.
Sekarang nasib kita malang tidak akan bisa mencari makan.”’
Pereakapan itu terdengar oleh si periuk, lalu dia berpikir,

“Ah, aku kasihan kepada Pan Tiwas dan Men Tiwas! Sering-
sering mereka meneysali nasib mereka yang melarat. Ah, baiklah
besok aku ke pasar! Siapa tahu di pasar aku akan mendapat rezeki.
Rezeki itu akan kupakai membantu Men Tiwas.”’ Keesokan hari-
nya pagi-pagi benar Pan Tiwas dan Men Tiwas telah berangkat dari
pondoknya akan pergi mencari nafkah. Raden Galuh Payuk juga
turun dari para-para beberapa saat setelah perginya Pan Tiwas
dan Men Tiwas. Dia akan pergi ke pasar. Sepanjang jalan periuk
itu berbunyi,

“Troktolk-tok dengkok-dengkok”’. Akan tetapi, tidak seorang
pun melihat dan mendengar suara si periuk. Di tengah pasar yang
ramai si periuk diam di sebelah seorang penjual beras. Tiada bebe-
rapa lama ada orang menuju tempat itu untuk membeli beras. Baru
saja di lihatnya periuk itu, lalu dia bertanya kepada penjual beras,

‘‘Siapakah yang menaruh periuk di sana? Wah, indah benar
periuk itu!” Penjual beras itu menjawab,

“Entah siapa, saya tidak tahu.” Berkata lagi orang itu,

“Kalau tidak ada orang yang memilikinya, baiklah kupungut
akan kujadikan tempat beras’’, ujarnya. Setelah ia selesai membeli
beras, beras itu dimasukkan ke dalam periuk. Dia heran akan peri-
uk itu karena seberapa seberapa pun diisi beras, tidak menjadi pe-
nuh. Orang itu berkata,

‘Kak, lihatlah! Saya tidak menduga bahwa periuk sekecil itu
dapat diisi berat satu sador. Kak! Saya titip beras di sini, saya akan
pergi berbelanja’’. Pada saat tidak ada orang melihatnya, periuk
itu pergi meninggalkan tempat semula dan terus pulang. Di sepan-
jang jalan dia berbunyi, “Troktoktok-dengkok-dengkok-dengkok”’.

Tersebutlah bahwa si periuk telah sampai di rumah I Tiwas.
Berasnya ditempatkannya dalam bakul, lalu ditaruh di serambi,
dan dia naik kembali ke para-para. Setibanya di rumah Men Tiwas
terkejut melihat adanya beras, lalu berkata,

“Hai, Pak, mengapa ada beras di sini? Siapa yang menaruh?”’
Pan Tiwas menjawab,

113