Kaca:Dongeng Panji Dalam Kesusastraan Bali.pdf/120: Bina pantaraning révisi

Saking Wikisource
Cihna: Ujiwacén
 
Cihna: Kapastika Uahan HP Uahan wéb sélulér
Status kacaStatus kaca
-
Kaca sané sampun kauji
+
Kapastika

Uahan ri tatkala 25 Oktober 2023 21.44

Kaca puniki kavalidasi

"Aku tidak tahu! Bukankah aku bersamaan datang denganmu? Masaklah beras itu! Apalagi kita lapar karena belum makan.
Andaikata beras ini beracun, biarlah kita mati karenanya agar
tidak lagi hidup melarat .. " Beras itu segera dimasak oleh Men
Tiwas . Keesokan paginya Raden Galuh Payuk ke pasar pula dan
ketika pulang dia membawa bermacam-macam barang: bumbu,
sayur-sayuran, dan lain-lain. Setelah sampai di rumah dia sibuk
memasak di dapur. Waktu itu dia telah menjelma menjadi seorang
gdis kecil yang sangat cantik. Ayam Men Tiwas ditangkap oleh
Raden Galuh Payuk dan dicabuti bulunya, lalu direbus bersama
sayur. Setelah selesai memasak, Raden Galuh Payuk menyapu
mulai dari dalam kamar sampai ke halaman rumah. Sesudah itu,
dia kembali menjelma menjadi periuk dan naik ke para-para.
Diceritakan hari telah senja, barulah Pan Tiwas dan Men
Tiwas datang dari tempat mereka bekerja. Dari jauh mereka telah
mencium bau masakan, karena perutnya sangat lapar. Pan Tiwas
bertanya,
"Siapa gerangan memasak hingga tercium baunya sampai
kemari? Apakah kamu juga mencium bau masakan itu?"
"Ya, betul," jawab Men Tiwas.
"Ya, Pak! Pak, lihatlah halaman rumah kita sangat bersih,
bekas disapu . Siapakah yang menyapu? Pak, lihat kemari! Mengapa ada bermacam-macam masaka:n di atas para-para? Siapakah yang menaruh? Wah, di sini ada nasi, ikan kering yang sudah
berbumbu, dendeng, dan sayur dengan daging ayam dalam periuk. Baunya tercium sampai ke mana-mana. Alamat apakah ini,
Pak?" tanya Men Tiwas. Kemudian menyahutlah Pan Tiwas,
"Alamat apa, kecuali alamat perut kenyang! Ah, ayo kita
makan masakan ini! Andaikata makanan ini menyebabkan kita
mati, biarlah ! Kita tidak akan hid up melarat seperti sekarang"
Berkatalah Men Tiwas,
"Ah, nanti dulu, coba kulihat, apakah periuk kita dicuri
orang yang mengerjakan masakan ini? Syukurlah bahwa periuk
itu masih di tempatnya semula. Andaikata dicuri, boleh jadi aku
mati kesedihan", ujar Men Tiwas . Kemudian mereka makan. Pan
Tiwas makan dengan lahap karena untuk pertama kali mengecap
masakan lezat. Sehabis makan, mereka bercakap-cakap. Yang dipercakapkan adalah tersedianya makan di rumah mereka. Keesok-