Kaca:Dongeng Panji Dalam Kesusastraan Bali.pdf/123: Bina pantaraning révisi

Saking Wikisource
Cihna: Ujiwacén
 
Cihna: Kapastika Uahan HP Uahan wéb sélulér
Status kacaStatus kaca
-
Kaca sané sampun kauji
+
Kapastika

Uahan ri tatkala 25 Oktober 2023 21.35

Kaca puniki kavalidasi

" Bu, saya minta tolong agar Ibu melumatkan terasi, nanti
akan kujadikan bedak!" Menjawab Men Ti.was dengan terkejut,
"Mngapa kamu berbedak terasi, ·. sudah tentu orang tidak
akan tahan mencium baunya."
"Buatkan saja!" ujar Luh Gatling. Men Tiwas segera melumatkan terasi. Sesudah selesai Luh Gatling membedaki dirinya ,
lalu berangkat. Setibanya di istana semua orang ribut dan menutup hidung. Mereka memperbinncangkan bahwa Luh Gatling berbau terasi .
Ah, Men Tiwas tidak tahu malu , menyuruh anak kecil yang
berbau terasi dan lagi anak itu membawa alu dari sepotong bambu
kecil . Pergilah kamu ke sebelah sana, aku tidak tahan mencium
bau busuk!" Luh Gatling berpindah mencari tempat kosong. Di
tern pat itulah dia menumbuk padi seorang diri. Sebentar kemudian
tlatanglah Siramatlewi karena mentlengar orang ribut.
" Apa yang kauributkan? Bekerjalah giat, jangan banyak bicara.!" katanya . Kemutlian atla orang yang menyahut,
" Janganlah marah! Coba lihat orang yang disuruh bekerja
bakt i oleh Men Tiwas! ia membawa alu dari bambu kecil dan lagi
anak itu berbau terasi".
" Ah, can t ik benar rupanya !" Luh Gatling diam saja . Siramatl ewi bertan ya,
" Hai, Nak , benarkah kamu berbau terasi? Apakah kamu titlak
pemah mantli?"
"Titl ak pemah ", &ahut Luh Gatling sambil menuntlukkan kepala karena malu.
" Apakah kamu sendiri yang menghasilkan tumbukan seban yak itu?" demikian pertanyaan Siramatlewi kepada Luh Gatling.
"Hai, mari kita lihat bersama! Janganlah kalian menertawakan dia ! Ternyata hasil kerjanya menumbuk padi sama dengan hasil kerja tiga orang. Teruskan kam u bekerja, jangan menghiraukan
berandal -berandal itu! Ah, cantik benar anak kecil ini! Siapa namamu, Nak?" Menyahut Luh Gatling sambil menumbukkan alunya,
" Nama saya Luh Gatling". Berkatalah Siramadewi,
" Wah, bagus benar namamu, Luh Gatling'·' Diceritakan setelah selesai bekerja menumbuk pagi, Luh Gatling paling dahulu pulang. Setiba di rumah, Luh Gatling bercerita kepada ibu bapanya
bahwa dia menjadi tertawaan dan ejekan orang-orang di istana.
117