Kaca:Dongeng Panji Dalam Kesusastraan Bali.pdf/124

Saking Wikisource
Kaca puniki kavalidasi

Pada suatu hari Luh Gading pergi bekerja bakti pula ke istana untuk membuat sajen. Pada saat itu dia memakai bedak terasi juga. Orang-orang merakit sajen dengan semat, tetapi Luh Gading menggunakan miang bambu yang dibawa dari rumah. Hasil pekerjaannya yang halus membuat semua orang heran. Dan lagi bekas rakitannya tidak tampak karena miang bambu yang digunakan merakit, namun hasilnya kuat. Para bangsawan juga heran akan kemampuan Luh Gading. Raden Mantri Koripan mendekati Luh Gading dan tidak beranjak dari tempat orang membuat sajen. Raden Mantri bertanya,

"Hai, Luh, kamukah yang bernama Luh Gading? Maukah kamu tinggal di sini?"

"Hamba tidak mau", jawab Luh Gading. Raden Mantri lalu berkata kepada Siramadewi,

"Hai, bibi, hebat benar Luh Gading, pintar merakit sajen dengan miang bambu. Dan lagi pekerjaannya lebih baik daripada pekerjaan orang lain."

"Saya tidak menduga bahwa dia serba bisa", demikian Siramadewi. Raden Mantri berkata lagi kepada Luh Gading.

"Hai, Luh, Kakak mengharapkan kamu bercerita!"

"Ampun, Tuanku, hamba tidak bisa bercerita", jawab Luh Gading. Kemudian Raden Mantri menyuruh orang lain bercerita, tetapi beliau tidak serius mendengarkan cerita orang itu, malah berkali-kali melirik kepada Luh Gading. Tersebutlah bahwa orang-orang telah selesai membuat sajen dan semuanya pulang dari istana. Malamnya Raden Mantri tidak bisa tidur karena selalu teringat akan Luh Gading. Menjelang pagi barulah beliau bisa tidur. Waktu itu beliau memimpikan Luh Gading. Pada suatu ketika orang-orang bekerja bakti pula membuat kue di istana. Pada waktu itu Luh Gading tidak lagi memakai bedak terasi, melainkan berhias seperti orang lain. Ketika itu dia tampak lebih cantik, ibarat bulan purnama. Raden Mantri duduk makin dekat dengan Luh Gading yang asyik bekerja di pojok tanpa menghiraukan apa pun. Dalam membikin kue dialah yang paling pandai dan paling cepat. Raden Mantri heran akan kelebihan Luh Gading setelah beliau bandingkan dengan pekerjaan orang lain. Luh Gading disuruh bercerita. Kemudian berceritalah Luh Gading tentang kisah raja Daha bertapa untuk mohon anak. Setelah kembali dari pertapaan beliau

118