Kaca:Dongeng Panji Dalam Kesusastraan Bali.pdf/125

Saking Wikisource
Kaca puniki kavalidasi

mempunyai anak berwujud periuk. Anak itu dibuang karena dianggap akan mencemarkan negara. Anak ini dipungut oleh Men Tiwas. Baru sampai di sana, Luh Gading menangis dan tidak bisa melanjutkan ceritanya karena teringat nasibnya. Raden Mantri duduk makin dekat dan dilihatnya Luh Gading menangis. Beliau bertanya,

"Mengapa kamu menangis? Lanjutkanlah ceritamu!" Akan tetapi, Luh Gading terus menangis dan tidak sanggup melanjutkan ceritanya. Setelah mendengar cerita Luh Gading, Raden Mantri teringat akan adanya berita bahwa pamannya mempunyai anak berupa periuk dan telah dibuang. Kemudian beliau menyuruh orang mencari Pan Tiwas laki bini. Setelah tiba di istana, Pan Tiwas dan Men Tiwas ditanyai oleh Raden Mantri. Mereka ditanyai tentang riwayatnya mempunyai anak Luh Gading. Kalau tidak menceritakan yang sesungguhnya, mereka akan dibunuh. Karena takut mati, Pan Tiwas menceritakan riwayatnya memungut anak dari awal sampai akhir. Setelah mendengar cerita Pan Tiwas, Raden Mantri segera memeluk Luh Gading dan mengasihinya,

"Wah, apalagi Adik sebenarnya saudara sepupu Kanda. Mengapa Adinda menyembunyikan diri? Sekarang mari kita menghadap ayah!" Mereka berdua berjalan sambil berpegangan tangan. Raden Galuh masih menangis. Semua orang yang bekerja bakti membuat kue ikut mengiringkan. Semua kisah Raden Galuh diberitakan kepada raja Daha. Baginda amat senang mendengar berita itu. Kemudian baginda pergi ke Koripan dan minta maaf kepada putrinya atas kesalahannya membuang putrinya ke sungai dahulu. Lama-kelamaan karena Raden Mantri dan Raden Galuh telah sama-sama dewasa, kemudian mereka dikawinkan. Pada waktu pemikahan itu diadakan keramaian selama empat puluh dua hari. Setelah selesai upacara perkawinan itu, raja Daha pulang dengan hati gembira dan berbahagia .

119