Kaca:Struktur Novel Dan Cerpen Sastra Bali Modern.pdf/82

Saking Wikisource
Kaca punika durung kauji-waca

71

memeluk dengan mesra dan mencium pipi, Wayan Nerti tersenyum rna­ nis. "Kenapa hal itu dibicarakan , Beli; saya sudah menyerah diri," lalu ia menjatuhkan kepalanya di dada Wayan Tamba.

Mengenai tokoh I Danta, walaupun hanya dimunculkan secara sepintas lalu dalam penyelesaian, kesan seorang penjudi dan pendendam sangat jelas melekat pada dirinya Tokoh bawahan ini sama sekali tidak mau memaaf. kan orang lain meskipun ia sencliri terkenal dalam masyarakat memiliki sifat-sifat yang tidak terpuji.

Demikianlah, dengan diawali dari cinta yang tid ak terbalas oleh Wayan Nerti, sifat dendam tokoh bawahan itu sangat kuat mengekang dirinya. Akhirnya, karen sifat itu terlalu konsisten dipertahankan , penikmat cerita dapat membaca peristiwa berikutnya bahwa tokah bawahan itu akan tewas oleh ulahnya semliri. Demikianlah kenyataannya; I Danta yang mahir dalam ilmu hitam tewas bersama denganmya ketika hendak membencanai suami­ istri Wayan Tamba dan Wayan Nerti. Demikian pula tokoh bawahan Made Gita dan Wayan Gianti; mereka muncul hanya sesaat sebagai tokoh parasit yang hidupnya lebih banyak menggantungkan diri pada orang lain; seorang tokoh komisi dari profesinya yang sangat memungkinkan untuk melakukan pekerjaan itu.

Tokoh-tokoh lain, seperti Sudamia (almarhum suami Wayan Nerti), I Ranti (pedagang), Men Toya (pedagang), dan Ida Bagus Sueca (pemilik Art Shop) 'sarna sekali tidak berperan. Nama-nama itu dimunculkan pengarang hanya sebagai pelengkap peran atau identitas tokoh yang lain.

3.3.6 Penokohan Cerpen "Matemu ring Rumah Sakit"

Di dalam penokohan yang diterapkan dalam cerpen "Matemu ring Rumah Sakit" (selanjutnya disingkat MRRS) para penikmat diperkenalkan kepada dua unsur penokohan yang sangat kontras. Pada satu pihak sifat humoris yang sangat dominan diperankan oleh tokoh Pan Laksmi; pada, bagian lainnya perwujudan sifat-sifat serius yang diperankan oleh dokter Gunawan, abdi masyarakat yang wataknya dibentuk oleh profesi kedok­ terannya.

Pan Laksmi, sebagai pendukung utama dalam cerpen ini, dilukiskan pengarang sebagai orang yang sangat polos secara alamiah, apa adanya. Sikap-sikap yang diperlihatkan si tokoh setiap berinteraksi dengan orang lain mencerminkan seorang individu yang tidak pernah mengenal pendi­dikan. Pemberian sifat yang demikian kepada tokoh tua ini sangat tepat dan logis adanya.