Kaca:Struktur Novel Dan Cerpen Sastra Bali Modern.pdf/81

Saking Wikisource
Kaca puniki sampun kauji-wacén

70

"Nah suud suba sebet Yan, menek-menek lan plajahin bareng, suba kadong pelih pejalane," muaninne ngusap-usap sirahne. Wayan Nerti ngisi liman muaninne makenyem manis. ("Togo", 16).

"Nah hentikanlah sesalmu, Yan; masa-masa mendatang marilah kita pelajari bersama-sama berhubung kita sudah salah jalan," suaminya mengusap-usap kepalanya. Wayan Nerti memegang tangan suaminya yang tersenyum manis.

Itulah sejumlah sifat-sifat Wayan Tamba, pemegang peran utama dalam erpen . "Togog", sedangkan tokoh lain yang ikut menentukan dalam cerpen ini adalah NI Wayan Nerti dan I Danta.

Wayan Nerti sebagai tokoh bawahan pendamping tokoh utama hampir mendapat penyorotan yang seimbang seperti peran yang dibawakan oleh Wayan Tamba. Ia ditampilkan pengarang sebagai seorang janda yang memiliki identitas wajah cantik, bahkan kecantikannya tidak kalah oleh gadis-gadis remaja lainnya di esa Lodtungkang. Penonjolan identitas jasmani yang menyangkut kecantikan paras tokoh Wayan Nerti pengarang mengomentarinya secara naratif sebagai berikut.

.... Nerti baluan manis. Sing ja kalah bandingang teken bajang-bajange ane lenan. ("Togog", 2).

'... Nerti seorang janda manis. la tidak kalah (jika) dibandingkan dengan gadis-gadis yang lain.'

Jika dipandang dari segi sifat mental, tokoh bawahan ini dari awal cerita hanya menampakkan sifatnya yang tunggal, yaitu hanya sifat pasrah kepada si tokoh utama. Selanjutnya, setelah ia menjadi istri Wayan Tamba, sifat yang menyangkut aspek rohani itu sama sekali statis tidak ada pengem­bangan. Mengenai sifat pasrah itu dapat diikuti melalui dialog berikut ini.

"Yen pitungan Wayan kenken ... yan Beli ... " "Kanggo Beli ..." Ia bangun negak di samping Wayan Tambane.

...

"Kanggoang adi ... Beli lacur, nanging keneh Beline sujati bakal nganggo adi timpal aidupan". Wayan Tamba ngelut asih tur ngaras pipi, Wayan Nerti makenyem manis. "Dadi ento buin orahang Beli, tiang suba nyerahang ukudan," laut ia ngebahang sirahne sig tangkah Wayan Tambane. (Togog", 3).

"Kalau pendapat Wayan bagaimana ... kalau Beli ..." "Terserah Beli ... " Ia bangun lalu duduk di samping Wayan Tamba. ...

"Seadanyalah, Dinda ... Beli seorang miskin, tetapi maksud Beli me­mang sejati akan memakai Dinda kawan selama hidup." Wayan Tamba