Kaca:Struktur Novel Dan Cerpen Sastra Bali Modern.pdf/83

Saking Wikisource
Kaca puniki kavalidasi

72

Secara khusus menyoroti sifat banyol dan humor tokoh utama ini, jelas kemunculan sifatnya ditunjang oleh keprofesiannnya sebagai seniman "arja" , yang dalam hal ini si tokoh biasa memegang peran " kartala" , yaitu seorang tokoh banyol dalam setiap pementasan arja itu. Pengarang secara naratif mengomentari hal itu sebagai berikut ini.

... Wantah Pan Laksmi dados anak lanang banyol, sane sampun ngider jagat dados kartala i rika ring seka arja Banjar Dawan. Yening upa­mayang, arja punika sakadi jangane kakirangan tasik yan tan Pan laksmi masolah. (MRRS, 5).

'... Memang Pan Laksmi seorang lelaki banyol, yang sudah berkeliling tempat menjadi hartala di sekan arja Banjar Dawan . Kalau diumpa­ makan, arja itu seperti sayur kekurangan garam jika Pan Laksmi tidak ikut menari.

Sifat humor itulah yang dominan mewamai watak si tokoh utama dari awal cerita sampai terungkapnya perihal dokter Gunawan yang tidak lain adalah anaknya sendiri; hasil dari hubungan gelap si tokoh dengan Nyoman Sandat ketika masih mengabdi di Geria Karangasem. Sebaliknya, tokoh bawahan Men Laksmi yang menjadi pendamping si tokoh utama merupakan perwujudan tokoh serius. Sikapnya selalu korektif terhadap tindak-tanduk suaminya yang tidak lepas-lepasnya meninggaikan sifat humor atau banyol setiap menghadapi permasalahan.

Doker Gunawan, sebagai abdi masyarakat dalam cerpen ini, dinyatakan sebagai seorang tokoh yang benar-benar berhasil mewujudkan citra baik mengenai profesi kedokterannya. Walaupun masih muda dalam usia, ia sudah matang melaksanakan tanggung jawab yang dibebankan kepadanya. Selain itu, sifat-sifat manusiawinya yang mutlak dituntut oleh profesinya, benar-benar diwujudkan secara nyata oleh dokter Gunawan. la memiliki sifat tenang, serius, dan ramah.

Suster Maria dalam perannya sebagai perawat, hanya hadir sebagai penunnjang tugas-tugas dokter Gunawan. Tidak ada sifat khusus yang diberikan kepada tokoh bawahan ini. Demikian pula tokoh Putu Ayu Laksmi, Nyoman Sandat dan Ida Bagus Ngurah; mereka sama sekali tidak ikut berperan. Kehadirannya hanya disebut-sebut secara naratif untuk melengkapi identitas tokoh Pan Laksmi.

Berdasarkan hasil analisis ketiga cerpen di atas, tanpa melupakan konvensi-konvensi sosial budaya masyarakat tempat pengarang mengekspos latar ceritanya, secara umum, aspek penokohan dalam cerpen-eerpen Bali Modern dapat dipertanggungjawabkan. Dengan demikian, hidup keseharian