Kaca:Struktur Novel Dan Cerpen Sastra Bali Modern.pdf/73

Saking Wikisource
Kaca puniki kavalidasi

62

"Beginilah orang yang selalu merasa dirinya pintar. Keras kepala. Se­gala yang terbaik hanya ada pada dirinya. Sejak dulu sudah kubilang agar Beli percaya nasihat orang. Percaya kepada nasihat orang tua-tua. Beginilah akibatnya. Menjadi manusia dibenci oleh penduduk dunia."

Dengan motif mewujudkan tokoh pembaharu sifat emosi dan mau me nang sendiri dari Putu Suasti berhasil ditundukkan oleh sifat-sifat sabar dan bijaksana dari tokoh utama. Melalui penuturan si tokoh secara panjang lebar kepada istrinya miengenai hakikat pembangunan yang sebenarnya, akhirnya sang istri menyadari bahwa berita-berita itu hanyalah bersifat fitnah belaka. Selanjutnya, Putu Suasti pun memahami sepenuhnya gagasan­ gagasan baik dari suaminya, Made Susanta.

"Yen keto saja Beli, tiang setinut teken papineh Beline." (BSKK, 8). " ... Tiang jani sayan ngerti suba teken papineh Beline." (BSKK, 17). "Kalau demikian benar Beli, saya seiring dengan pendapat Beli." " ... Saya sekarang sudah semakin mengerti akan maksud Beli."

Tokoh bawahan lainnya, yaitu Made Murka yang bertindak sebagai tokoh antagonis dalam novel Buah Sumagane Kuning-kuning menunjukkan identitas pribadi yang tidak jauh dari tokoh pendamping Putu Suasti. Kecuali latar belakang sosial ekonominya yang dinyatakan sebagai orang berada, aspek fisik dan latar belakang pendidikan dari antagonis ini sama sekali tidak mendapat penyorotan dari pengarang.

Made Murka yang sudah sekian lama memendam bibit kebencian akibat kalah bersaing mempersunting Putu Suasti, dendamnya semakin memuncak setelah si tokoh utama bermaksud membangun sumur di desanya yang tandus seperti dinyatakan dalam konteks cerita. Dalam hubungan ini, tokoh antagonis merasa dirinya tersaing oleh munculnya gagasan-gagasan Made Susanta yang diterapkan di desa itu. Lebih-lebih gagasan-gagasan si tokoh utama itu memperoleh dukungan baik dari pemuka desa; Made Murka pun tidak mampu lagi mengekang dendamnya.

Demikianlah pada suatu malam Made Murka menghimpun beberapa kawannya dan bermaksud mencelakakan Made Susanta. Akan tetapi Tuhan menghendaki lain; Made Susanta terhindar dari malapetaka. Bahkan, atas ban­tuan para tetangga dan pemuka desa yang sudah lama mencium tingkah laku buruk Made Murka, Pan Rumi berhasil datang ke tempat kejadian mengamankan Made Murka dan kawan-kawannya.

Pencermiman sifat-sifat negatif si antagonis yang suka berbuat onar, dengki, dan suka memfitnah itu dapat diikuti melalui konteks penuturan pemuka desa, Pan Rumi, seperti berikut ini.