Kaca:Struktur Novel Dan Cerpen Sastra Bali Modern.pdf/58

Saking Wikisource
Kaca puniki kavalidasi

47

dipilih dan diselesaikan oleh pengarang dengan meningkatkan unsur-unsur kesehariannya. Pengangkatan unsur penokohan yang jelas, tajam, dan memukau dalam penyajiannya akan menggugah hati pembaca, mengundang simpati, dan antipatinya.

Analisis terhadap aspek penokohan dalam novel Sunari, Lan Jani, dan Buah Sumagane Kuning-kuning dilakukan untuk memahami sampai sebe­ rapa jauh pengarang dapat menampilkan tokoh-tokoh itu sehingga betul­ betul seperti hidup dan berfungsi sebagaimana adanya. Seperti halnya kehidupan manusia itu sendiri di dalam masyarakat, setiap orang mem­ punyai fungsi yang berbeda yang secara perseorangan atau secara bersarma­ sarma menopang dinamika masyarkatnya. Demikian pula halnya dalam sebuah karya sastra; setiap pelaku dengan fungsinya yang berbeda-beda hendaknya dapat menunjukkan kewajarannya dalam bertindak, berbicara, bahkan mungkin hanya dengan berdiam diri saja.

Sehubungan dengan masalah penokohan ini, tokoh-tokoh cerita biasanya dibedakan atas dua bagian, yaitu tokoh utama dan tokoh bawahan (Gosong 1976: 123). Tokoh utama, yaitu pelaku cerita yang dianggap paling menentukan dalam cerita yang bersangkutan. sedangkan tokoh bawahan. yaitu pelaku-pelaku pembantu yang fungsinya mendukung atau melengkapi pemeran utama.

'3.3.1 Penokohan Novel Sunari'

Dalam novel Sunari tokoh Luh Sunari sesuai dengan maksud pengarang yang menempatkannya sebagai tokoh utama, yang tampil dari awal sampai akhir cerita dengan berbagai tingkah lakunya, baik diceritakan langsung oleh pengarang maupun melalui berbagai dialog antarpelaku yang dapat menunjukkan reaksi di antara sesamanya.

Luh Sunari adalah anak tertua seseorang yang mempunyai kedudukan di desanya. Latar belakang sosial ekonominya cukup mampu. Aspek fisik mengenai tokoh itu digambarkan dengan predikat cantik, bahkan tercantik di desa itu. Pendidikannya, yaitu kelas III SMA, dinyatakan dalam situasi menjelang ujian akhir. Dengan keterangan itu sebenarnya sudah cukup lengkap untuk syarat sebagai tokoh utama. Persoalan yang timbul adalah berhasilkah pengarang mengembangkan syarat-syarat itu dalam sebuah karya sastra sehingga kedudukan tokoh itu wajar adanya.

Kesibukan Luh Sunari menjelang ujian dapat dimaklumi, demikian juga kecurigaan kedua orang tuanya. Kedua orang tuanya tidak berani melarang anaknya bergaul karena takut dikatakan terlalu kolot, tidak mengikuti aliran