Kaca:Struktur Novel Dan Cerpen Sastra Bali Modern.pdf/50

Saking Wikisource
Kaca puniki kavalidasi

39

merupakan sifat-sifat yang dimiliki oleh tokoh utama itu, seperti diperlihatkan oleh kutipan berikut ini.

"Yen cara tiang depan suba anake ane matingkah jele teken tiang, tiang lakar males uli melah. Cara sinonggane: anake nyabat aji tai, tiang lakar ngaweles aji bunga." (BSK, hal. 52).

"Menurut pikiran saya biarkan orang itu berbuat jahat kepada saya, saya akan membelanya dengan kebaikan. Seperti pepatah, orang melempar dengan tahi, saya akan membalasnya dengan bunga." (BSK, hal . 52).

Seperti juga novel-novel yang telah dibicarakan di atas, dalam membawa­kan pesannya pengarang belum dapat dikatakan berhasil karena sifatnya masih eksplisit dan mentah. Hal ini terlihat dalam hal-hal yang berhubungan dengan wiraswasta, keluarga berencana, film masuk desa, mental memuji barang-barang luar negeri, masyarakat adil makmur, dan sebagainya. Salah satu contoh diberikan di bawah ini.

Buka orahang beli busan, beli setuju film masuk desa, lakon apang filme ento ane ngaba lelampahan melah. Buina apang sabilang abulan acepok dogen ada film. Da buka jani ngatelun, ngapuan ada film. Nah tegarang dija ada melah yen keto. Kaden pendidikane ento tanggung jawab Pak Guru di sekolah dogen? Tusing keto. Pendidikan ane melah, musti di sekolah ajak jumah wiadin di masyarakat apang segilik-seguluk, apang tunggal. (BSK, hal. 9).

'Seperti Kakak katakan tadi, Kakak setuju ada film masuk desa, tetapi film itu diusahakan agar menyajikan cerita yang baik. Pementasannya sebaiknya satu bulan satu kali. Bukan seperti sekarang tiga hari sekali, bahkan dua hari sekali. Mungkinkah hal itu akan mendatangkan kebaik­an? Apakah pendidikan itu hanya merupakan tanggung jawab para guru di sekolah saja? Bukan. Pendidikan yang baik, merupakan perpaduan pendidikan di sekolah, di rumah, dan di masyarakat.' (BSK, hal. 9).

Demikian beberapa aspek yang berhubungan .dengan alur novel Buah Sumagane Kuning-kuning yang telah dibicarakan di atas. Alur novel secara keseluruhan dapat diterima dengan beberapa catatan yang dianggap merupa­ kan kelemahannya seperti telah dinyatakan di atas. Rupanya rata-rata kemampuan penulis dalam mengembangkan seni sastra daerah Bali masih memerlukan waktu yang panjang. Penghayatannya terhadap segi kehidupan baru sampai pada pemukaannya belum dapat menyentuh esensi kehidupan yang sesungguhnya.