Kaca:Struktur Novel Dan Cerpen Sastra Bali Modern.pdf/51

Saking Wikisource
Kaca puniki kavalidasi

40

Rangkaian sebab dan akibat yang merupakan sebab dan akibat terbentuknya alur cerita sering kelihatan mengembang. Seperti juga novel-novel di atas, seni tradisional masih banyak berpengaruh. Lelucon yang disajikan belum dapat membantu mengembangkan alur cerita, bahkan sebaliknya, mengganggunya. Yang menonjol dalam novel ini ialah masalah masuk desa. Hal itu telah menimbulkan kontradiksi dalam diri pengarang. Pada satu pihak pengarang kurang menyetujui masuk desa lebih-lebih film yang kurang baik ceritanya, pada pihak lain pengarang memasukkan adegan-adegan (sejenis) film silat dalam karangannya.

3.2.4 Alur Cerpen "Matemu ring Rumah Sakit"

Cerpen "Matemu ring Rumah Sakit" memiliki gaya karangan tersendiri jika dibandingkan dengan kedua cerpen lainnya yang dijadikan sampel dalam analisis ini. Humor mengendap menafasi cerpen itu. Humor yang dapat diterima secara wajar dalam usaha membubui pelukisan insiden cerita adalah bukan humor yang cenderung berbau cabul, seperti yang terdapat dalam beberapa insiden pada novel yang telah dibicarakan di muka. Contoh di bawah ini menunjukkan keberhasilan pengarang dalam menggunakan gaya bercerita itu.

"Luh, jemet pesan pak dokter. Aget beli yen beli ngelah mantu cara pak dokter," "Paendepin pakebare Beli Wayan. Labuh nyaman! Ngraos tusing taen nyikutang raga. Ingetang deweke tiwas." "Beneh, sing ka­get nyen ada Widi cenik. Sing keto Luh." "Ngelah dogen jawaban. Otak gajah." (MRRS, hal. 4).

"Luh, rajin sekali Pak Dokter. Bersyukur Kakak kalau mempunyai menantu seperti Pak Dokter." "Jangan terlalu tinggi terbang Kakak Wayan. Nanti jatuh! Berbicara hendaknya sesuai dengan keadaan diri sendiri. Lihatlah keadaan kita." "Benar, siapa tahu ada nasib kecil, Kan begitu Luh." "Punya saja jawaban. Otak gajah." (MRRS, hal. 4).

Tinjauan aspek alur novel ini juga lebih kuat dalam menampilkan hubungan sebab dan akibat insiden-insidennya. Pan Laksmi dengan Men Laksmi pergi ke rumah sakit untuk mengobati anaknya yang diserang penyakit kolera. Di rumah sakit anak itu diterima oleh seorang dokter muda yang bernama dokter Gunawan, yang dibantu oleh seorang perawat yang bernama Maria.

Klimaks cerita terjadi beberapa saat setelah selesai pemeriksaan anak itu. Ketika Pan Laksmi bermaksud pulang, dengan tiba-tiba saja dokter