Kaca:Struktur Novel Dan Cerpen Sastra Bali Modern.pdf/49

Saking Wikisource
Kaca puniki kavalidasi

38

Penjelasan Made Susanta kepada istrinya sehubungan dengan fitnahan itu dengan cepat dapat meredakan kemarahan istrinya.

Pan Rumi, seorang pemuka desa, sebenarnya juga sudah mengetahui latar belakang fitnahan itu. Oleh karena itu, pada suatu ketika ia sengaja datang ke rumah Made Susanta untuk mengutarakan hal itu. Lebih dari itu Pan Rumi menasihati agar Made Susanta menjaga keselamatan dirinya karena Made Murka mempunyai rencana yang tidak baik. Berdasarkan langkah-langkah yang diperlihatkan Pan Rumi terhadap keluarga Made Susanta jelas bahwa Made Susanta memperoleh dukungan dari pemuka desa itu.

Klimaks cerita terjadi ketika pada suatu malam Made Murka dengan kawan-kawannya mendatangi rumah Made Susanta. Antara Made Murka dan Made Susanta terjadi dialog yang isinya, antara lain, adalah agar Made Susanta membatalkan niatnya membuat sumur di ladangnya. Karena Made Susanta tetap pada pendiriannya, terjadilah perkelahian. Bagian yang berisi pertarungan antara Made Susanta dan kelompok Made Murka, walaupun telah dinyatakan bahwa Made Susanta ahli dalam sejumlah ilmu bela diri, lebih-Iebih keadaan belum pulih akibat sakit, kiranya masih sulit diterima. Dikatakan Made Susanta mampu mengimbangi, bahkan mengalahkan mu­suhnya yang berjumlah kira-kira lima belas orang. Penjelasan bagian itu tampak seperti dipaksakan, suatu adegan yang sering dijumpai dalam film silat. Hal yang sama terjadj dalam insiden yang melukiskan perlawanan Luh Suasti dalam perkelahian itu. Luh Suasti berhasil melumpuhkan perIawanan tiga orang musuh dengan cara melemparnya dengan sambal.

Dot nulungin kenkenang? Inget ia teken sambelne. Jemaka sambelne ajumput, bilang ada musuh di malunne sabata muane , matanne aji sambel. Suba dadua i nyidaang ngenang musuhne ngaap matanne tusing nepukin apan-apan. (BSK, hal. 47).

'Ingin membantu bagaimana caranya? Ingat ia 'dengan sambalnya. Diambilnya sambalnya secukupnya, setiap ada musuh di hadapannya, di­ lemparnya mukanya, matanya dengan sambal. Sudah dua orang ber­hasil membuat musuh itu tidak dapat melihat apa-apa.' (BSK, hal. 47).

Pada bagian akhir novel itu pengarang mengutarakan sifat-sifat tercela Made Murka melalui penuturan Pan Rumi, pemuka desa yang dianggap berhasil dalam memimpin warga desa itu. Pada pihak lain sifat-sifat terpuji Made Susanta makin diketahui oleh masyarakat melalui perbuatan yang diperlihatkannya. Sifat rendah hati, menghargai hukum yang berlaku, percaya pada hukum karma, dan berani berkorban untuk kepentingan orang banyak