Kaca:Struktur Novel Dan Cerpen Sastra Bali Modern.pdf/40

Saking Wikisource
Kaca puniki kavalidasi

29


tambah sehingga barang-barang dagangannya paling laris, padahal ia baru beberapa saat ikut berdagang bersama teman-temannya dan tidak keting­galan ia paling sering menjadi sasaran lensa para tamu.

Dalam kegiatannya sebagai pedagang patung, Luh Sunari pernah dilamar oleh Ketut Mardana, tetapi lamaran itu ditolaknya. Dapat diduga bahwa penolakan yang dilakukan saat itu disebabkan oleh pengalaman pahitnya dengan Wayan Duria yang masih merupakan pelajaran yang perlu dijadikan pedoman.

Godaan yang lebih besar datang dari Made Ambara, seorang mahasiswa Universitas Udayana Denpasar yang sedang menjalani KKN. Demikian besar cinta Made Ambara; Luh Sunari menolaknya dengan alasan bahwa ia adalah manusia ternoda. Dari sudut ini Luh Sunari benar-benar merupakan wanita yang berhati agung karena tahu menempatkan noda yang ada pada dirinya. Ia mempunyai pandangan hari depan yang jauh dan khawatir jika nanti Made Ambara mendapatkan ejekan masyarakat karena memperistri barang bekas. Pengakuan seorang wanita seperti kutipan di bawah ini pantas mendapatkan pujian.

Luh Sunari Nguntul, limanne ngosek-ngosek bias, yeh paningalanne nrebes, raris mapajar. "Beli Made, buka ane suba pepes tuturang tiang kaping beli, tresnan beli Madane bas baat baan tiang nampi, beli kaliwat suci nirmala. Tan patut tiang nampi ane buka keto, sawireh ane suci tan patut tekening leteh. Tiang anak suba leteh, suba marupa "barang rongsokan", tuara nyandang buatin. Jalan manyama iraga apang melah, eda buin ngitungang keto. Nu liu ada anak luh ane jegeg tur luih, ane patut masanding ajak beli. Apang eda kajorog malu, palanne maselselan kayang ka wekas." (Sunari, hal. 44).

'Luh Sunari tunduk, tangannya menyapu pasir, air matanya mengalir, lalu berkata. "Beli Made seperti yang sudah sering saya sampaikan ke­pada Beli, cinta kasih Beli Made yang saya terima sangat besar, Beli sa­ngat suci. Tidak patut saya menerima hal seperti itu karena sesuatu yang suci tidak pantas kepada yang hina. Saya adalah seorang yang hina, sudah berupa "barang bekas". Marilah kita berasudara, jangan lagi memikirkan hal itu. Masih banyak wanita cantik dan mulia, yang patut berdampingan dengan Beli supaya jangan terlanjur dan akibatnya me­nyesal di belakang." (Sunari, hal. 44).

Jika hal di atas ditinjau lebih jauh, masalahnya akan lebih menarik lagi. Berbagai pendapat dan tanda tanya dari pembaca akan lebih menarik lagi. mengapa pengarang tidak menyelesaikan cerita itu sampai di sana, Luh