Kaca:Struktur Novel Dan Cerpen Sastra Bali Modern.pdf/26

Saking Wikisource
Kaca puniki kavalidasi

15


dilakukan oleh tokoh yang lain. lni batasan kemungkinan. Apabila tokoh merupakan produk lingkungan tertentu, dia tidak mungkin bertindak, berpikir, dan merasa seolah-olah produk lingkungan yang lain. Jika tokoh bertindak di luar kewajaran (to act out of character), pembaca akan meragukannya.

Cara lama yang digunakan novelis serba tahu, yaitu dengan menjelaskan segala sesuatu perihal tokoh-tokohnya kepada pembaca sudah dianggap kuno. Cara yang sekarang digunakan oleh novelis ialah memilih intelegensi sentral. Jadi, harus ada tokoh intelegen atau tokoh cakap yang dari pandangannya cerita dapat berkembang.

Tidak semua tokoh dalam sebuah novel berada pada kedudukan sentral. Dibedakan oleh penulis novel antara tokoh sentral dan tokoh minor. Tokoh-tokoh minor juga memberi sumbangannya pada alur dan ide. Biasanya tokoh minor diadakan oleh penulis novel untuk maksud mencipta­kan komplikasi dalam alur. Kadang-kadang tokoh minor berfungsi memberi penerangan kepada pembaca meskipun cara ini tidak bebas dari kekurangan-kekurangannya.

Ada cara lain yang dapat digunakan penulis untuk menjelaskan tokoh­-tokohnya, yaitu kontras. Berdasarkan cara ini, dua tokoh dikontraskan sehingga tampak semakin menonjol perbedaannya.

Bagaimana cara penulis menciptakan tokoh bulat? Dalam hal ini penulis novel lebih leluasa daripada penulis cerpen karena penulis novel dapat memberikan detail biografis para tokoh dalam ceritanya. Penulis novel dapat memberikan informasi mengenai latar belakang sosial para tokohnya secara jelas. Penulis novel melalui teknik arus kesadaran dapat memerik­sakan proses-proses mental tanpa dibatasi oleh ruang. Akan tetapi, jika terlalu banyak memberikan informasi biografis akan dianggap usang; misalnya, sejarah hidup tokoh sejak lahir hingga sekarang. Cara ini dianggap kuno dan kaku. Oleh karena itu, detail biografis hanya diberikan jika dianggap perlu. Banyak implikasi yang dapat mengungkapkan data biografis melalui cara penyajian sedikit-demi sedikit. Cara ini ternyata lebih meyakin­kan.

Menurut Rosenthal (1958; 150), Intrusion 'nyelonong' ke dalam novel seperti yang dilakukan oleh Thackeray dianggap tidak baik, apalagi setelah berkembangnya teknik arus kesadaran dan teknik pandangan hidup (point of view). Intrusion memberi kesan bahwa novelis tidak yakin akan kamampuan cerita mengungkapkan dirinya sendiri atau novelis tidak puas dengan "yang berwewenang" yang menceritakan cerita itu. Mungkin