Benaru tak akan gentar. Orang-orang yang mendengar menjadi kecut nyalinya dan penuh dengan tanda tanya. I Gerantang lalu menyuruh seseorang mau membantu untuk menjadi utusan ke hadapan raja untuk menyampaikan bahwa ada dua orang bersaudara yang akan dengan tulus ikhlas mengabdi kepada raja untuk menangkap I Benaru. Dengan senang hati orang yang diutus segera menghadap.
Raja mendengar berita itu menjadi gembira, lalu segera mengirim utusan untuk menjemput I Cupak dan I Gerantang supaya segera menghadap kepada raja di istana. I Cupak selalu keheran-heranan, takjub melihat sesuatu yang aneh,
ndah dan megah. I Gerantang dengan langkah yang tenang dan pasti terus menuju tempat baginda raja. Dia memperkenalkan diri, dua bersaudara kembar kakak beradik, berasal dari desa Majalangu daerah Majapahit, bermaksud untuk mengabdikan diri mengadu nyawa menangkap I Benaru, dan mohon maaf karena ulah I Cupak yang kurang sopan, kurang hormat yang memang tingkah lakunya demikian. I Cupak dengan congkak mengatakan bahwa makanannya Benaru. Dia yang akan membunuh I Benaru. Tidak usah lagi takut, dengan sombong mengatakan akan membawa bangkai Benaru. Raja seperti mendapat firasat bahwa mereka mungkin utusan dewa yang akan menyelamatkan negeri. Sehabis mereka dijamu dengan makan babi guling dan minum arak berem, raja lalu menyerahkan keris pusaka kerajaan kepada I Gerantang untuk senjata berperang melawan I Benaru dan sebuah cincin permata baginda untuk alat pengenal bila beruntung bertemu dengan Tuan Putri. Lalu I Gerantang mohon pamit pergi menuju tempat I Benaru bersama I Cupak. Setiba di goa rumah I Benaru, I Cupak takut menggigil melihat di dasar jurang ada tumpukan tulang binatang dan manusia, yang membukit. Mendengar lolongan anjing hutan I Cupak gemetar memeluk I Gerantang karena takut, dikira suara Benaru akan menerkam. Karena mulut goa
letaknya ditengah-tengah tebing, dari atas jauh dan dari dasar juga jauh, lalu I Gerantang mengumpulkan sulur akar pohon
