Kaca:Geguritan Sewagati Analisis Struktur & Fungsi.pdf/23

Saking Wikisource
Kaca puniki kavalidasi

(8) Durma, wataknya keras dan bengis. sehingga sesuai untuk melukiskan perasaan marah atau untuk cerita perang, saling menantang, dan sebagainya;

(9) Pangkur, wataknya perasaan hati memuneak sehingga sesuai untuk cerita yang bersungguh-sungguh dan jika mabuk asmara sampai pada puncaknya;

(10) Dangdanggula, wataknya halus dan temas sehingga sesuai melahirkan suatu ajaran, berkasih-kasihan, dan untuk menutup suatu karangan.

Setiap pupuh itu diikat oleh persyaratan tertentu yang menurut Tinggen (1994:30) disebut dengan istilah puda lingsa. Pada lingsa dalam setiap pupuh meliputi hal-hal berikut.

(1) banyaknya baris pada tiap-tiap bait;

(2) banyaknya suku kata pada tlap-tiap haris dalam suatu bait yang sudah ditentukan, yang disebut dengan guru wilangan,

(3) suara pada suku kata pada tiap baris yang sudah ditentukan, yang disebut dengan guru suara;

(4) pemotongan atas baris-barisnya, biasanya diambil empat-empat waktu bernyanyi.

Di antara berbagai macam pupuh yang disebutkan, pupuh yang digunakan dalam GS adalah pupuh pangkur dan pupuh sinom. Untuk itu, pada pembahasan ini dikemukakan konvensi pupuh pangkur dan pupuh

sinom.

Skema pupuh pangkur menurut Tinggen (1994:31) adalah sebagai berikut.

1------- =8-a

2------- = 10-i

3-------- = 8-u

4-------- = 8-a

5-------- =12-u

6-------- = 8 (7)-a

7-------- = 8-i

12