Kaca:Geguritan Sewagati Analisis Struktur & Fungsi.pdf/22

Saking Wikisource
Kaca puniki kavalidasi

BAB II

KEDUDUKAN DAN FUNGSI GEGURITAN SEWAGATI


2.1 Konvensi Geguritan Sewagati

Geguritan merupakan genre sastra Bali tradisional di samping kidung dan kakawin. Pada umumnya geguritan menggunakan tembang macapat dalam rangkaian ceritanya. Tembang macapart yang dikenal Juas oleh masyarakat Bali meliputi pupuh mijil, pucung, kumambang, ginanti, ginada, semarandana, sinom, durma, pangkur, dan dangdanggula. Setiap pupuh itu memiliki fungsi tersendiri, seperti yang diungkapkan oleh Tinggen (1994:35--36) sebagai berikut.

(1) Mijil, wataknya melahirkan perasaan sehingga sesuai untuk menguraikan nasihat, tetapi dapat juga diubah untuk orang yang dimabuk asmara;

(2) Pucung, wataknya kendor, tanpa perasaan yang memuncak, sehingga sesuai untuk cerita yang seenaknya tanpa kesungguhan, tetapi dapat juga digunakan untuk ajaran;

(3) Maskumambang, wataknya sedih merana sehingga sesuai untuk melahirkan perasaan sedih, hati yang merana, atau menangis;

(4) Ginada, melukiskan kesedihan, merana, atau kecewa;

(5) Ginanti, melukiskan kesenangan; cinta kasih sehingga sesuai untuk Menguraikan ajaran, filsafat, cerita yang bersuasana asmara, keadaan mabuk asmara;

(6) Semarandana, wataknya memikat hati dan sedih karena asmara:

(7) Sinom, wataknya ramah tamah, meresap sedap, sehingga sesuai untuk menyampaikan amanat, nasihat, atau bercakap-cakap secara bersahabat;


11