Kaca:Geguritan Pan Bungkling.pdf/9

Saking Wikisource
Kaca puniki kavalidasi

10. Kemudian Pendeta menjelaskannya, " Beginilah maknanya, memang sudah tradisi dari jaman dahulu, bila menjelma kembali, bunga melur akan menjadi taring, umbi gadung sebagai kulit, cermin sebagai mata, baja sebagai gigi, agar betul sempurna, jika semua ketentuan itu dipenuhi. ".

11. Pan Bungkling tertawa terbahak-bahak, "Sekarang hamba mengetahuinya, namun hamba heran, hamba pernah melihatnya, seorang menanam sapi, tak berisi apa-apa, namun hamba 1ihat, tak seekorpun, matanya kabur, anak sapi yang baru lahir.

12. Adapun putra pendeta itu, penglihatannya sebelah, mungkinkah cerminnya jelek, yang dipakai seorang mengisinya, terang hanya sebelah, karena terlalu ceroboh, maka kulitnya amat kasar, umbi gadung berkulit, yang dipakaiaya, untuk mengisi jenasahnya."

3a.

13. Kemudian Pendeta itu merah mukanya, mendengar kata-kata Pan Bungkling, karena putranya dipakai perumpamaan, sangat marah lalu menunjuknya, matanya me1otot, laksana singa kelaparan, lalu beliau membentak, "Manusia anjing kamu ini, terlalu lancang, kamu berkata-kata.

14. Tidak membatasi sedikitpun, amat menyakitkan telinga, kamu benar-benar manusia jahanam, kamu saya puku1 sampai mati, rasakan sekarang ini di sini," pendeta itu mengambil antan, Pan Bungkling gemetar, banyak orang yang datang, semua melarainya, ada yang memegang sang pendeta.

15. Pendeta itu melawan, karena amat marah, kaki tangannya gemetar, licin sebagai be1ut, tak kuasa memegangnya, kuatir terpukul antan, ada yang berkata halus, memohonkan maaf Pan Bungkling, manusia gila, tak perlu dihiraukan.

16. "Sekarang ia akan hamba seret, agar ia mati terseret" , banyak orang yang menariknya, kembali Pendeta duduk , konon sekarang, diceritakan lagi Pan Bungkling, pergi membawa akal, ke rumah De Senggu Tangi, sete1ah tiba di sana, Pan Bungkling purapura buta.


9