Cebur nuju daging

Kaca:Geguritan Mladprana.pdf/92

Saking Wikisource
Kaca puniki kavalidasi

88

mengutus supaya membunyikan kentongan, geger gencar, kentongan berulang-ulang, senjata yang bagus, panah tombak bedil tulup.

10. Sira Mantri memakai pakaian serba kuning, bersenjata panah, Ki Tumenggung pakaiannya merah, bersenjata pedang dan suligi, demikian pula Demung, berpakaian hitam bersenjata limpung tombak.

11. Serta berangkat menggoncangkan alam, menuju timur laut, tidak diceritakan sikap Tumenggung, Sang Nirnaya, sekarang diceritakan, I Patih yang mengiringkan, sudah sampai di taman bunga.

12. Sesampai di sana melihat daun tampak bola, bergerak di atas pancuran, itu disangka, memanggil-manggil, menunjukkan yang dicari, sang Nata menuju ke sana.

13. Tetapi bukan permata hati, tampak bela dirabas dihabiskan pohonnya, kemudian melihat, kelapa gading muda, kembar kecil mungil, disangka susunya sang Ayu.

14. Pohon pudak cinaga berbau harum, amat muda, betis sang Ayu, demikian pula tunas sokasti, muda menyamai, keluwesan sang Ayu.

15. Sari bunga tunjung biru berbau harum, juga ikut durhaka, sengaja menyamai mata sang Ayu kuneup bakung, durhaka menyamai jari-jari, daun intaran iri, menyamai alis sang Ayu.

16. Di sana sang Nata marah sekali, pada yang disangka, menyamai kebaikan sang Ayu, sekarang habis, semuanya dihancurkan, dan ia langsung ke dalam taman tersebut.

17. Sesampai di sana mencium bau harum, gadung melati selaga, sedap malam, dan anggrek lonjong, di sana Ida Sang Nata mangurimik, "Ratu yang meninggalkan, berhentilah minggat dan bersembunyi.

18. Yang menyamai sudah semua mati, sekarang sendirian, ratu yang unggul mengenai kecantikan, menghambakan, saya kesedihan, bersedia dan menghamba, menghamba kepada Tuan."

19. Selesai berkerumun sekarang naik, ke meru dan membuka pintu, kemudian me1ihat area terang mulus, berbentuk Bhatari, Sang Hyang Giri Putri.

20. Sang Nirnaya kemudian mengambil, disongsong area tersebut, "Ya ratu mas lanjutkan kerelaannya, sedang merayu, gaya Jawa, ditiup angin, rasanya menyoraki sang Ayu.

21. Sang Sri Nata menoleh ke kanan kiri, melemparkan arca tersebut, sudah tiba dalam telaga, tidak diceritakan, sang Prabu sekarang, diceritakan yang dalam perjalanan, sikap I Demung Tumenggung.