Kaca:Geguritan Mladprana.pdf/63

Saking Wikisource
Kaca puniki kavalidasi

59

rela, kalau sudah ikhlas, segala yang diinginkan saya menurut, menurut berjanji membunuh, itu musuh Tuan, Rudita Dustaka, pakai tanda berbakti." Selesai berkata demikian, I Mladprana menjawab.

14. "Kalau sudah benar-benar dan buktikan, kerelaan menolong dengan mempertaruhkan nyawa, tidak mungkin saya tidak bisa menerima, orang yang setia, tetapi kalau belum berjalan, baru setia pada kata-kata, bagaimana saya bisa menerima suara, karena tidak bisa diambil, mengambil kata-kata yang tidak terlihat."


XXXVI. PUH DURMA


1. Sudan dimengerti oleh Swetagana, Nilapaksa meresapkan di hati, serta Sungsangjenar, sekarang bersama-sama berkata, "Saya permisi Tuan, sekarang membuktikan kerelaan hati saya.

2. Benar-benar kembali akan membunuh, musuh Tuan dua orang, Rudita Dustaka, saya memasangi upas, supaya mati seketika, kena ering mendadak, tiwang bantang tiwang angin."

3. Selesai berkata Raktakuja menyela berkata, Pancapuspa dan Sugandi, "Oh biarkan saja, sekarang turut kembali, kalau memang tidak benar, saya membunuh ketiganya itu."

4. Selesai berkata keenamnya berkata, beterbangan di angkasa, sudah menyiapkan, semua kesaktiannya, tidak diceritakan di perjalanan, sekarang diceritakan, I Rudita berkata.

5. "Oh Kak Dustaka, bagaimana rasanya, perjalanannya Dukuh Sakti, berhasil atau tidak." I Dustaka menjawab tersenyum, "Tidak ada dugaan lain, I Mladprana pasti mati sampai seluruh keluarganya.

6. Ketut Oka Warsiki pasti diperoleh, kamu menerima sudah di sini, nah tetapi ingatlah, seperti janji yang sudah-sudah, Ni Warsiki kamu mengambil, Ni Ketut Oka Kakak akan mengambil.

7. Nanti pulangnya muridnya kita minta, sama-sama satu, kakak Pancapuspa, Swetagana mau minta, supaya menduakan wanita, supaya sama-sama punya, untuk diajak pergi di malam hari."

8. Begitulah pembicaraan berdua, tiba-tiba keenam orang muridnya datang memasang upas, I Rudita Dustaka kena, seketika ia lesu, sakit perut, keringatnya bercucuran.

9. Dan mengeluh, "Oh Ni Warsiki datang, ke sini memasuki hati." I Dustaka mengganti, mengeluh menangis menahan sakit perut, "Aduh Ni Jangga Ketaki, masuk ke dalam, bagaimana caranya sekarang."