Kaca:Geguritan Mladprana.pdf/64

Saking Wikisource
Kaca puniki kavalidasi

60

10. Keduanya bergilir mengaduh, gelisah terlalu bingung, panasnya luar biasa, tergeletak mengaduh-aduh, saling pental, selesai gelisah, terbanting kemudian diam.


XXXVII. PUH MIJIL


1. Di sana murid-murid datang menyakitinya, berganti-ganti berteriak, Nilapaksa dan Raktakuja, mencabut perkataan di hati, membuka pintu jiwa, yang terletak di kaki.

2. Swetagana dan Sugandi, mencabut pikirannya, dan segera mencabut empedunya, Pancapuspa Sungsangjenar, juga membuka kancing baju, yang berada pada pangkal telinganya.

3. Dan mengeluarkan semua tenaganya, memutuskan memotong limpa, dan sengaja memotong-motong perut, dan paru-paru juga semuanya dirobek, langsung mati, Dustaka dan Rudita.

4. Setelah mati kepalanya dipenggal, Dustaka Rudita, dan sekarang kepalanya dibawa, dan semuanya terbang, tidak diceritakan dalam perjalanan, tiba-tiba sekarang sudah sampai.

5. Semuanya duduk mendekat, pada I Mladprana, berkata, "Ini hanya kepalanya." Kemudian I Mladprana memperhatikan, dua buah kepala, senang sekali hatinya.

6. Dan berkata, "Kalian semua, benar-benar dengan ikhlas, kesetiaannya amat beres, kamu semua tidak berbohong, nah lanjutkan pula, kerelaannya menolong."

7. Semua murid berkata bersama-sama, "Ya perintahkanlah saya, ya pertemukan dengan Dukuh Sakti, kalau belum mati kami semua, jangan Tuan melawan."

8. Begitulah kata-kata semua murid itu menyanggupi, berani melawan Ni Dukuh Sakti, semuanya berjanji mempertaruhkan nyawa, tidak takut pada bahaya mati, membela I Mladprana.

XXXVIII. PUH GINADA

1. I Mladprana menyela berkata, "Berangkatlah kalian semua." Semua muridnya berangkat, kemudian terbang, perjalanan siswi itu, sekarang tahu, Ni Dukuh Sakti muridnya berkhianat.