Kaca:Geguritan Mladprana.pdf/62

Saking Wikisource
Kaca puniki kavalidasi

58

5. Di alam sana menemukan kotoran dan di alam nyata, setiap yang dilaksanakan terhalang, kalau mengeluarkan kata-kata tidak pernah dipercaya, karena bohong kasar sekali, punya sepupu bermusuhan, dua pupu tiga pupu menjauh, kekasihnya meninggalkan, semua melawan membuat marah, jengal didasarkan atas kemarahan, sindiran datang mengintai.

6. Begitulah kalau tidak bisa mengatur diri, kelamin bau perut itu, peliharalah dengan pikiran, jangan diberikan setiap yang diinginkan, tangan kaki dijaga, menjaga mata telinga dan pikiran, kata-kata dan kemauan, yang menjaga adalah tingkah laku, supaya bisa berpikiran baik, jangan memuaskan hati dengan makan minum.

7. Supaya bisa menghindar dari maut, pramada jauhkan usir, mana yang disebut pramada, kroda moha loba yang sangat besar, raga pisuna angkara, paraninda matsarya, irsia kingking tresna, kedua belas itu harus dihindari, lagi pula jangan sekali, bersahabat dengan musuh."

8. Setelah selesai menasihati tidak diceritakan, diceritakan Ni Dukuh, berkata pada muridnya, "Ke sanalah kamu mendahului." Ketiga muridnya menurut, kemudian langsung turun, menuju I Mladprana, bermaksud mencabut nyawanya, I Mladprana telah mengetahui, serta berkata halus,

9. "Duh Anda bagaikan bulan purnama, nah rela datang kembali, saya kira Anda minggat, waktu pergi bermuka masam, hati saya merasa risau, karena melihat Anda marah, kalau memang benar marah, lebih baik saya mati, kalau tidak bertemu dengan Anda, karena hati ini benar-benar sayang."

10. Ni Swetagana menjawab, "Aduh Tuan bagaikan Hyang Semara turun, tidak mungkin saya, bisa melupakan Tuan, di mana lagi mencari orang seperti Tuan, lebih benci pada madu, bunga tunjung dengan air, si kumbang dengan bunga, begitulah umpamanya Tuan, hati saya pada Tuan.

11. Karena itu saya datang ke sini terbang, supaya dapat bertemu, kalau tidak berjumpa dengan Tuan, bingung ingin melihat-lihat, bagaikan diusik, ya kalau sudah bertemu semakin bimbang, karena belum dapat, umpamakan seperti lebah, menantikan madu di dalam botol.

12. Kalau dipaksa untuk menunggu apa akan datang, nyawa dipakai membayar, jadi mati tergeletak, Tuan tidak mengetahui, saya sengsara, sengsara menyakitkan Tuan di dalam hati, hati ini bersungguh-sungguh pada Tuan, Tuan tidak mau menolong.

13. Karena itu saya berkata sekarang memohon kejelasan, kalau Tuan tidak