Kaca:Geguritan Mladprana.pdf/60

Saking Wikisource
Kaca puniki kavalidasi

56

3. Sekarang diceritakan sudah berubah wujud, berupa rangda tutul loreng, lebih besar daripada satu pelukan, tingginya dua kali jangkauan, rambutnya putih panjang, gigi berkilat ke depan serta panjang.

4. Lidahnya menjulur panjang, matanya merah menyala, badannya loreng menyala, setiap ruas mengeluarkan sinar, dari hidung mulut telinga, dari lubang lagi, nyalanya bermacam-macam.

6. Benar-benar menakutkan hati, bermandikan darah berikat perut besar, berhiaskan leher dengan paru-paru, bercadar jejaringan, berbunga hati, bergelang limpa.

6. Tertawa terbahak-bahak memegang pedang, pohon kepuh disandari, keluar sinar dari kedua hidungnya, putih bagaikan umbul-umbul, dari ubun-ubun keluar sinar berwarna lima, menerangi langit, dari matanya terpancar warna merah.

7. Lalu terbang ke angkasa, diiringi ketiga orang muridnya, Nilapaksa mengeluarkan sinar dua macam, hitam bagaikan payung, Swetagana Sungsangjenar, putih kuning, nyalanya bagaikan emas murni.

8. Tidak diceritakan mereka yang di angkasa, Ni Dukuh dan ketiga murinya, diceritakan Ni Pancapuspa, di tempat I Mladprana berkata, "Ya Tuan dengarkanlah dan pikirkan, kata-kata peringatan si hina.

9. Sekarang Tuan harus bersiap-siap, kalau teledor akan menemukan kesulitan, bermusuhan dengan Dukuh Sakti, karena saktinya luar biasa, mencabut jiwa tidak perlu dua kali, ia tahu, berubah wujud tujuh kali.

10. Juga muridnya yang tiga orang, sakti perkakasnya hebat, Sungsangjenar tangting emas, Ni Swetagana itu, sarinya pudak sategal, Nilapaksa, sarasijakusuma utu.

11. Itulah yang harus dipikirkan Tuan, bersedia-sedialah dengan baik, menandingi Ni Dukuh Sakti, apa yang akan dipakai melawan, jelaskan katakan dulu, supaya jangan salah, terkejut terlambat bergerak."

12. I Mladprana lalu menjawab, "Memang benar kata-katamu, tetapi sayang karena nista sekali, karena Kakak orang desa, hanya mengandalkan anugrah Tuhan, hanya satu, dengan menyucikan pikiran.

13. Karena Kakak mendengar cerita, kalau sakti bertingkah laku usil, katanya tidak bisa muda, seperti Raniakasipu, sakti mendapat anugrah, tidak mati dengan segala senjata.

14. Juga tidak mati oleh dewa, Raksasa manusia sakti, karena usilnya mengakibatkan mati, oleh bukan manusia, mengakibatkan mati, bukan oleh manusia atau dewa, tidak senjata raksasa, menyebabkan mati, tetapi oleh kukunya Hyang Narasinga.