Kaca:Geguritan Mladprana.pdf/43

Saking Wikisource
Kaca puniki kavalidasi

39

8. Semalam menginap di sana, semua memuji I Mladprana, tidak diceritakan di sana, dikatakan kelompok I Rudita, sekarang semua bangun, segera akan melawan, semua senjatanya hilang.

9. I Rudita bangun bingung, sambil menutup alat kelaminnya, sambil meraba-raba Ni Warsiki, "Duh Ratu ke mana menghilang, mengapa rela meninggalkan saya." Bingung meraba-raba, baru merasa ditelanjangi.

10. Kala itu lalu ia menangis, baru terasa ditelanjangi, senjatanya semua hilang, kemudian menangis terbata-bata, orang-orang tertawa, namanya orang kasih sayang, kemudian ia mendekatinya.

11. "Pulanglah Nak, perjalanan kita sial sekali, ulangilah di rumah pikirkan." I Rudita tidak menolak, kemudian semuanya kembali, tidak diceritakan dalam perjalanan, perundingan diadakan di rumahnya.


XXV. PUH DEMUNG


1. Konon I Rudita mempunyai saudara sepupu, namanya I Dustakara, sangat sayang lalu berkata, "Marilah mencari bantuan, Kakak punya sahabat karib, sudah terkenal kesaktiannya, menjalani ilmu hitam, dia dapat membunuh, tetapi tempatnya jauh, menetap di hutan.

2. Hutan Sura-dwipa yang lebat berbahaya, ia sakti sekali, dan punya murid tujuh orang, semuanya muda-muda, yang pertama bernama I Panca-Puspa, saktinya dapat dipercayai dan cantik, dan Nila Paksa, Swetagana Mreta Wati, Rakta Kuja Sungsang-Jenar, serta Sugandi namanya.

3. Mari ke sana menghamba, supaya terbalas dendammu, kalau ia rela membantu jelas hancur, seluruh Purbawyadnyana, I Mladprana jelas mati, istrinya kita tangkap, Kakak yang lebih besar, kamu mengambil yang lebih kecil." Selesai berkata demikian, I Rudita menjawab.

4. "Pokoknya saya menurut." Maka segera berangkat, berjalan malam itu juta, karena keinginannya sudah bulat, mereka berjalan siang malam, tiga hari lamanya, konon kini sudah sampai, di Sura-dwipa, I Padukuan kemudian, menyapa, ”Nak Dustakara datang, naiklah kamu duduk.”

5. Mereka berdua naik dan ditanyai, "Apa yang diperlukan maka tiba-tiba datang." I Rudita berkata, "Kedatangan saya ke sini karena, saya menyerahkan diri, supaya Ibu rela memungut, orang neraka, sengsara sekali, gila tidak menentu kerja, lahir miskin tidak berguna.

6. Penderitaan ini sangat menyakitkan, sanak keluarga dipakai musuh, di-