Kaca:Geguritan Mladprana.pdf/36

Saking Wikisource
Kaca puniki kavalidasi

32

dapat mencari, bunga teratai yang tumbuh di atas batu, akarnya lurus dengan baik, laut tidak berkarang, mungkin itu yang kamu ingat. Maka itu berani datang kemari, tanpa ragu-ragu, menganggap saya tidak teguh, tidak pernah mendapat nasihat serta genit.

13. Nah seperti perkataanmu pada saya, semuanya tidak berguna, pokoknya saya tidak mau, kalau kamu tetap berkeinginan, rayulah ayah saya, mau atau tidak di sana akan jelas, kalau saya yang kamu rayu, jelas tidak akan berhasil, hati saya, semua berada pada Ayah, terserah dia yang memerintahkan."

14. "Sekarang saya berkata yang sebenarnya kepada kamu, pikiran manusia, tidak beda dengan burung-burung, beda rupa beda hatinya, lain lagak lain suaranya, karenanya pantaslah berhati-hati, orang yang meminta, supaya jangan telanjur, umpamakan, kera babi diberikan minyak harum, anjing kambing diberikan pakaian."

15. I Rudita menjawab dan berkata, "Sebabnya saya berhati-hati, kepada kamu dulu berkata, karena saya sudah mendapat pengalaman pahit, membujuk ayahnya terlebih dahulu, orang tuanya sudah setuju, anaknya yang main-main, akhirnya saya mendapat malu, rasanya mati, menjadi bahan tertawaan dunia, malu tidak berani menoleh.

16. Karena itu saya memohon kebebasan dari kamu, sekarang kalau memang tidak rela, jelas saya akan mati di sini, supaya sekali di sini mati, saya tidak menyayangkan nyawa, apa lagi yang saya tunggu, daripada masih hidup, maksud tidak berhasil, karenanya pantaslah, pakai jalan untuk mati, mati mencintai kamu.

17. Pilihlah hal itu yang mana akan dipilih, hidup atau mati, kalau kamu tetap pada pendirian, bukti kepada saya, mempertahankan yang disucikan tidak menurut kataku, pasti kamu akan mati, kalau tidak mati dicekik, pasti terpenggal, kalau kamu menyayangi jiwa, turutilah kata-kata saya."

18. Ni Warsiki menjawab dengan halus dan pelan, "Saya tidak takut mati dipenggal, walaupun mati dicekik, saya tidak akan dua kali mati, mati sekarang mendapat jelas, karena berbakti pada Ayah, kalau sekarang takut mati, menyerah begitu saja, nista sekali menjelma menjadi seorang wanita, lebih baik mati daripada hidup menderita.

19. Itulah pendirian saya,lebih baik pulang, pikirkan lagi di rumah." I Rudita tidak menjawab, langsung terjun dan pulang, bersungut-sungut menyesali diri, Tuhan apa yang mengutuk saya, begitu cara saya, mengabdi, juga tidak diterima, lebih baik sekarang mencari guna-guna.