Kaca:Geguritan Mladprana.pdf/35

Saking Wikisource
Kaca puniki kavalidasi

31

lau andaikan permata, Tuan permata mirah, patut beralaskan emas, saya bagaikan timah kasar, tidak pantas menyandingi kamu, sengaja berani, karena hati ini sangat bulat, tidak bisa saya tahan.

5. Saya malu berkata, tetapi kalau sudah menemukan yang diharapkan, senang duka sedih sakit, kalau sudah terkena hal itu, hilanglah perasaan malu, sekarang saya diresapi, gila asmara kepada Tuan, saya menahan penderitaan, selalu sedih, yang menyebabkan sakit hati, karena tidak bisa dibelokkan.

6. Bingung gelisah makan tidak terasa nasi kalau ditidurkan, tidak henti-hentinya mengkhayal, kalau dilupakan bertambah ingat, jika disenang-senangkan, semakin menyiksa diri, sengaja mengabdi padamu, supaya Tuan tidak tersinggung, maulah dengan saya, nah umpamakan, memungut anjing korengan, meruat roh yang menyasar.

7. Kalau kamu mau pada saya, janji saya, menuruti semua kehendakmu, kalau saya ingkar pada kata-kata, supaya dikutuk oleh Tuhan, setiap yang saya lakukan, supaya menemukan kesengsaraan, nanti kalau menjelma kembali, walaupun sembilan kali, melayani dirimu, pakailah saya tempat berpijak.

8. Supaya jangan kamu salah sangka pada diri saya, dimana saya besar mulut, harapan saya supaya didengar dan dirasakan, mana yang pantas diterima, dan mana yang pantas ditolak, saya sengaja menurut, karena cintaku benar-benar tulus, mengharapkan cintamu. Nah, resapkanlah permohonan si miskin, datang memohon pelebur dosa.

9. Saya bagaikan pohon yang sengsara, layu kepanasan, kamu sebagai mendung, rela menghujani seorang desa, seketika menjadi segar, sekarang relakanlah, supaya jangan kamu, bagaikan pakaian yang bagus, kalau disimpan, siapa yang akan tahu, kecuali akan dimakan rayap.

10. Kalau diumpamakan seperti orang kaya, yang terlalu berhemat, mengurangi makan pakaian, kekayaannya disimpan tersembunyi, tersembunyi dari pencuri, begitulah kalau diumpamakan, pikirkan sekali kata-kata saya. "Demikianlah kata-kata I Rudita, bagaikan angin puyuh, rayuannya, tetapi hati Ni Warsiki, bagaikan gunung tidak goyah.

11. Dan menjawab dengan kata-kata pedas, "Sedikitlah, kamu berbicara, saya tidak bisa menerima, supaya jangan kamu salah mengerti, saya ini bertanya sedikit, karena terlalu bebas berkata, bagaimana kamu melihatku, baik sikap maupun tingkah laku, serta, berita yang kamu dengar, apakah genit kluyuran?

12. Karena ada cerita wanita jarang sekali, teguh pada pendirian, sebelum