tanding pada prawira, saleng jambak saleng sabit, tan ketang pejah, sinusun ikang mati.
bertarung dengan sama kuatnya, saling tarikan rambut sating tikam , tak peduli mati, mayat bertumpuk-tumpuk.
(40) Luir segara mangebek ikang rudira, magunung wangke teki, karangan turangga, lawan gajah siandana, tan pend ah palwaning pasir, luir kayeng ombak, pada saleng uberin .
Darah bercucuran bagai laut pasang, timbunan mayat bagai gunungnya, batu karangnya itulah bangkai kuda, dan gajah kereta, tak ubahnya kubangan-kubangan pasir, demikian juga ombaknya, sating buru-memburu.
(41) Ika krananing pada nora kuciwa, tan kocap suene j ani, kawes bala detia, rarud sesanihg pejah , pada nyusup ring wanadri, Mayadanawa, wekas agung kang runtik.
Maka dari itulah saling tindih- menindih, tiada berapa lama, tentara raksasa tertindas, sisa dari yang mati berlarian , semua menuju hutan dan gunung, Mayadanawa, sebagai raja yang durhaka.
(42) Krana dane dahat kuciwa kasoran , tan tindihing swahasti , nyekjek mangrusakang, puti kereng pisan , sing tumandang pada mati, teguh wisesa, mati majekjek mangkin.
Karenanya ia selalu menderita kekalahan , tak ketinggalan gajahnya mengganas, menginjak-injak merusak menghancurkan , walau ia sangat kuat, setiap disentuh pasti mati, kebal dan sakti, banyak yang mati kenainjak.
(43) Ada embud basangnyane pa- surambiah, tastas ya pasuranting, bangkene masahsah,
Ada yang perut-usus keluar berlayutan, putus terpotong-potong, mayat bergelimpangan,
19