Kaca:Geguritan Calonarang.pdf/91

Saking Wikisource
Kaca puniki kavalidasi

paduning cengil tur lumaku

polahe anggawe dursita.


313. Sampun prapteng sama akaruan-karuanan,

ndan sira Rangda nuding,

metu katungkania,

nulirak takang soca,

sumirat dilahing apui,

jihwa umalad,

siyung agasa alungid.


314. Pengung tang hirang malwa
tutuk umanggang,

sumelap ikanang apui,

angerob-angarab,

tonton nangka Bradah,

ndan hanya taru waringin,

gineseng ira,

basmi atemah sati,


315. Tumungkul dinelengikang nahi
tala,

bubur ikang pritiri,

melek awurahan,

yaya walukewasa,

dineleng tikang jaladi,

kadi nanyunan,

ocak awanti-wanti.


316. Walih dineleng ira tikang
acala,

guntur sahudan sanggi,

kenasnia sasaran,

gumerebeg, ketaurag,

rubuh kayunia saling tindih,

sama roangnia,

kumeter hyang pretiwi,


akan berperang lalu berjalan

melakukan pekerjaan yang menyengsarakan.


Setelah sampai di kuburan berdua,

lalu sang Rangda menuding,

keluar marahnya,

melotot matanya,

menyorot keluar api,

lidahnya menjulur keluar,

taringnya bergesekan runcing.


Besar hidungnya serta mulut
menganga,

bersinar keluar api,

menjilat-jilat (berkobar-kobar),

dilihat sekarang Mpu Bradah,

ada pohon beringin,

dibakarnya,

terbakar menjadi abu.


(lalu beliau) merunduk melihat
tanah,

hancur tanah tersebut,

beterbangan,

seperti hujan abu,

(lalu) melihat laut,

seolah-olah diputar,

bergoyang-goyang.


Lagi dilihatnya sesuatu gunung,

runtuh (menjadi) hujan batu,

kijang-kijang kesengsaraan,

lari berhamburan,

kayu-kayunya jatuh saling tindih,

dengan sesamanya,

gemetar ibu pertiwi (bumi).