Kaca:Geguritan Calonarang.pdf/74

Saking Wikisource
Kaca puniki kavalidasi

sama lulut,

tan pendah sekar apasang,

259. Tan supta ring dewa puja,

nitim yoga semadi,

denira meng kerasikan,

tana nguwah dina ratri,

kunang sira sang kalih,

nitia marekang sang ibu,

tan mari ngalila-lila,

minaki citaning bibi,

sedang tiru,

polah ira somawita


260. Nian sira Rangda kendahan,

henti sukanikang hati,

luir manggih manik kestuba,

wijiling jaladi,

tuhun ndatan pasiring,

sukaning handama mantu,

kerid pameratning duka,

silaning wong ambicari,

sawa lebur,

supurna atemah hilang.


261. Pira kunang ikang kala,

angamong suecaning kapti,

mangke sira Mpu Bawula,

atutur semayang nguni,

tumuli anunulis,

katuring sang mahabiksu,

sampun kawaspada,

sapolah aneng rerepi,

saha dulur,

saupakaraning punika.


sating mencintai,

tidak ubahnya seperti bunga sepasang.


Tak lupa menyembah Tuhan,

o;etiap saat bersemedi,

pada waktu mereka bercintacintaan,

tidak menbiarkan di waktu malam,

tetapi mereka keduanya,

setiap saat bersujud pada ibu,

{demikian pula) ketika bersenangsenang,

mempersenang hati ibu (nya),

patut dtcontoh,

tingkah laku mereka berkeluarga.


Demikianlah ibunya tercenang,

benar-bimar sempuma kebahagiaannya,

seperti menemukan manik kestuba,

muncul dari laut,

betul-betul tidak ada tandingannya,

senang memiliki mantu,

hilang yang menyebabkan hati sedih,

tingkah laku orang penyihir,

semua hilang,

menyebabkan hilang semua.


Entah berapa hari lamanya,

mengikuti kesenangan hati,

tersebutlah sekarang Mpu Bawula,

teringat akan janji dahulu,

lalu menulis (surat),

disampaikan kepada biksu agung,

sudah diperiksa(nya),

soal ini surat itu,

disertai,

upacara pemberian.

75