Kaca:Geguritan Calonarang.pdf/75

Saking Wikisource
Kaca puniki kavalidasi

262. Tan koning lampahing duta,
prapti maring Lemah Tulis,
wus katuring mahadwija,
kendahan sira sang yati,
linukar ikang tulis,
neher winacanang kayun,
basania wus kasida,
linawening punia luwih,
dadia wuwuh,
harasnira sang pandita.

263. Henjing sira adan lunga,
anglawad sira sang kalih,
kuneng wawu bangbang,
sigra anyujur lumaris,
tan kasanggraheng waji,
tan hana sisia andulu,
prapta ring desa-desa,
nisteja punang nagari.
tis-tis samun,
tan pendah hanang siluman.

264. Akeh kunapa pinasar,
kesarakat hanang margi,
atunah-tunah wak nanah,
len hana ring sampir-sampir,
angempang ganda samit,
waneh sawa sedang luduh,
seregala darpa mangsa,
sineraning gagak amisik,
anggagaluk,
umuwang suarania urahan.

265. Wonten sandingikang awan,
wong wadon akusa nangis,

76

Tidak diceritakan perjalanan
utusan,
(sudah) sampai di desa Lemah Tulis,
sudah diserahkan (surat itu pada)
pendeta agung,
termenung beliau sang pendeta,
dibuka surat itu,
lalu dibaca dalam hati,
isi surat itu sudah dimengerti,
disertai dengan pemberian baik,
bertambah-tambah,
kesenangan sang pendeta.

Pagi-pagi beliau akan pergi,
mengunjungi mereka berdua,
pada waktu fajar menyingsing,
segera lalu berjalan,
tidak mengendarai kuda,
tidak ada siswa (muridnya) ikut,
sesampainya di desa-desa,
tidak berwibawa desa tersebut,
sangat sepi,
tidak bedanya seperti dalam bayangan.

Banyak mayat-mayat bergelimpangan,
berhamburan di jalan-jalan,
bertebaran busuk keluar nanah,
ada juga di pinggir-pinggir (Jalan),
berbau busuk,
yanglainnya(ada)mayat sedang
hancur, membusuk,
anjing galak memakannya,
disertai oleh burung gagak,
berbunyi,
ramai suaranya ribut.

Ada yang di samping (pinggir) jalan,
wanita tersipu-sipu menangis,