Kaca:Geguritan Calonarang.pdf/73

Saking Wikisource
Kaca puniki kavalidasi

sang kakang angarih-arih,

mas ingsun sang luir ratih,

sampun wedi pukulun,

sang diah angrasi cita,

miati maduning samir,

ndan sang kakang,

weruha rimulani duka.


256. Langsane sampun inalapan,

dosania marasi hati,

duh dewa sang serining sinom,

paran dadalaning wingit,

warahen ingsun yayi,

paran si luputing sun,

menang sang winedanan,

malih rinowang sekapti,

sayan tutut,

esep risaktining semara.


257. Awiatara sangang dinan,

denira nantani kapti,

sampun anunggal suwa jiwa,

saseluanira inarih,

tan samaning arabi,

setata dera amu-amu,

kunang sang kina nerman,

nitiasa anut gati,

setiti budya ruruh,

setaning supati barata.


258. Dina ratri karasikan,

ahentian-hentian kerasmin,

anawung semara turida,

akecak ganda siliasih,

tan hana limangan sih,

saya ngelung asulur lulut,

tan sah atika-tikan,

satiru pucang pinalih,


lakinya merayu-rayu,

adindaku (yang) seperti bulan,

janganlah (adindaku) takut,

sang putri merasa takut-takut,

melihat sambungan kelambu,

serta lakinya,

tahu asal-usulnya bersedih.


Kelambu sudah dibuka,

dosanya menakutkan hati,

duh, adinda sang sarinya bunga,

apa yang menyebabkan bersedih,

katakanlah kepadaku,

apa kesalahan kakanda,

diam yang ditanyai,

lagi (ia) ditiduri,

makin menurut,

ditundukkan oleh kesaktian asmara.


Kira-kira ada sembilan hari,

mengikuti hawa nafsu,

sudah menjadi satu (sejiwa),

setiap saat bercumbu-cumbuan,

tak ada menyamai (mereka) berkeluarga,

selalu (sang ayu) dipuji-puiji,

adapun orang yang disayang,

selalu menurut,

terus hatinya berbakti,

karena (dia) berpati berata.


Setiap malam (mereka) bertemu,

bersenang-senang,

mempertemukan nafsu birahi,

saling gelut dan berkasih-kasihan,

tak ada yang kekurangan kasih.

makin bertambah perasaan kasih,

(keduanya) berkencan,

setiap saat berkencan,

74