Kaca:Geguritan Calonarang.pdf/69

Saking Wikisource
Kaca puniki kavalidasi

pameratning segara angde lesu,

meh awon Sanghyang Wulan,

yaya nukama ring sasih,

udan kawuwus,

prapta ring nuba diwasa.


243. Ramia kang wong abingata,

amunguneng pali-pali,

suwa pitaning pawarangan,

biatita uwus armaji,

mangke sira sang kalih

sampun prenida ingadu,

anawung semara astra,

risuruping dina latri,

luir amungu,

munggah maring pagulingan.


244. Kunang sira sang winarang,

hanang ing salu amegat sib,

sepakaranin angraras,

ngut kata gandania mar merik,

sira mpu amarani,

sampun akarua hanang kasur,

sang diah mingserangesah,

angisek-isek anangis,

sigra nambut,

antuk sang kadi Wicitra Rata.


245. Sapanen dewa kawula,

wawu datang mara riki,

angatpada jeng ta tuan,

amerih henda kerusnin,

sampun dahata wedi,

lah laba hana pukulun,

angel ingsun abrata,

anganti sihira rari,


karena dikuasai cinta menyebabkan lesu,

hingga lurus di atas kepala sang bulan,

seperti (dia) sembunyi di bulan akhirnya,

sampai pada hari (dewasa) baik.


Ramai orang-orbng yang banyak itu,

membuat peralatan,

untuk upacara pernikahan,

tidak diceritakan akhirnya selesai,

sekarang ( diceritrakan) penganten,

sudah berhadap-hadapan,

memadu panah asmara,

waktu malam pun tiba,

seperti memperingatkan,

naik ke tempat tidur.


Tersebutlah kedua mempelai,

berada di tempat tidur berkencan,

dengan perhiasannya,

baunya sangat harum,

beliau sang pendeta datang,

sesudah berdua di atas kasur,

sang ayu bergeser,

menangis terisak-isak,

segera diambil,

oleh sang Bawula.


Oh kakanda,

baru kemari,

bertemu dengan adinda,

berkeinginan bertemu,

janganlah adinda takut,

ya hadiah diberikan oleh kakanda,

banyak kakanda menahan diri (berberata),

menunggu pemberian adinda,


70