Kaca:Geguritan Calonarang.pdf/63

Saking Wikisource
Kaca puniki kavalidasi

sira manta tuan,

wetning wus wiboga,

pemandyangan sarwa rukai,

seprakarania,

sira nga ambukti.


221. Dasa-dasi sama sasinikang pura,

makadi sira bibi,

kuneng arinira,

suwaca malarana,

sawetnia muda acungking,

sang winascanan,

henti sukaning hati.


222. Yaya katuturaning ratna kaniaka,

saking sesaning Rawi,

hatur taru ragas,

ketibaning hudan,

sumekar tekaning hati,

dadi angucap,

sarjawa harum manis.


223. Liwar sih ta bibi ring wang hina seraya,

paran tawuraning sih,

kagunaning hutang,

tan kenang pinremana,

yan tan jiwa raganeki,

maka penunda,

pangalpikaneng bakti.


224. Singgih bapa sampun kadadawan ujar,

kadi ujarku i nguni,

nghing santa wiya,


" yang menjadi ibumu,

karena sudah tidak perlu menikmati kesukaan,

perhiasan emas-emasan,

serta yang semacamnya,

anaknda yang menguasainya.


Pelayan semuanya (yang) ada di rumah ini,

seperti ibu,

tetapi adikmu,

(agar) mau memeliharanya,

karena ia jelek dan bandel,

yang diajak bicara,

sangat senang.


Seperti diceritai anak-istri,

ayu berketurunan baik,

keluar dari sinar matahari,

seperti pohon yang meranggas,

ditimpa hujan,

senang hatinya,

lalu dia berkata,

dengan halus manis.


Sangat kasih ibu terhadap orang

yang tidak memiliki teman,

apa yang (saya) pakai membayarnya,

karena kebesaran berhutang,

tak bisa dihitung,

jika tidak jiwa raga saya ini,

sebagai gantinya,

bukti berbakti (kepada ibu).


Ya, anak janganlah (itu) dibicarakan panjang,

seperti yang ibu katakan dahulu,

tetapi maafkan,


64