Kaca:Geguritan Calonarang.pdf/62

Saking Wikisource
Kaca puniki kavalidasi

216. Aseng semita sarjawa alon angucap,

duh masku bapa laki,

taha tan mangkana,

kadi ling nikang werta,

tuhu putringku sawiji,

muda wirupa,

tan sedeng perih ta laki.


217. Singgih bibi keda aneda sanmata,

apun tan hana malih,

kertining haradaya,

maka atma jiwita,

rowanganing sapati urip,

sasukha-dukha,

putrinta misesaning.


218. Asemu garjita si Rangda angucap,

duh mangka kapo kaki,

hana sanmatanta,

ring wong mada wirupa,

paran ujare ra bibi,

ya aswa karma,

panitahing hyang widhi.


219. Nghing hana panemayang kwa risira,

haywa umantuk malih,

panegaraneng Jirah,

kemiten ibunira werda,

tan hananing laki,

tanana seraya,

palar hana keringi,


220. Tan len bapa wasitwa ngke

hana ring Jirah,

sedang maka pandiri,


Dengan gembira sang Rangda berkata pelan-pelan,

oh, kesayanganku ananda,

(saya) tidak mengerti (yang) demikian,

seperti berita tersebut,

benar anakku seorang,

buruk rupanya,

tidak patut kamu cari (lamar).


Ya, ibu saya mengharapkan belas kasihan ibu,

karena tidak ada lagi,

yang mantap di hati,

laksana jiwa kehidupan,

sehidup-semati,

suka-duka,

putri ibu (yang) menguasai.


Dengan senang si Rangda berkata,

ya, begitulah ananda,

ada keinginan ananda,

kepada orang (yang) buruk rupanya,

sulit ibu mengatakan,

karena jodohmu,

kehendak Sanghyang Widhi Wasa.


Tetapi ada permintaan saya kepadamu,

jangan lagi pulang,

di desa Jirah,

memelihara ibumu yang sudah tua,

tidak ada 1aki-lakinya (suami),

tidak ada yang mengganti,

agar ada bersama-sama (dengan ibu).


Tidak lain ananda yang berkuasa

di sini di desa Jirah,

tepat sendirian,


63