Kaca:Geguritan Calonarang.pdf/61

Saking Wikisource
Kaca puniki kavalidasi

awara Baradaḥ,

predeseng Lemah Tulis.


212. Kendahan sira Rangda mulating warna,

madura wetuning ngeling,

uduh dewa cening,

Brahrnana Buda,

sama wangsa Ian ra bibi,

paran swakarya,

pinda-pindaning gati.


213. Singgih ranak ra bibi angrenga warta,

amanggeh reka bibi,

aputra satunggal,

kasumbung yan ring warna,

tulusa sih ta ra bibi,

amupu hana,

hina kase1as asih.


214. Apan hinguni hana berata,

basama ndatan kearasing setri,

yan tan sama wangsa,

suguna pati brata,

na narmaning rambang kupti,

amarah desa,

tan pantuk dyah Brahmani.


215. Nitis kala hatur mamnuk tadaharsa,

bramiteng tawang amerih,

pajenging sasangka,

ngke prenahnia trumbabuwang,

panedenging panca dasi,

marmaning prapta,

sumewa rieng bibi,


" agung (pendeta kepala) yaitu Mpu Baradah,

yang tinggal di Lemah Tulis.


Tercengang sang Rangda melihat

wajah (orang yang datang),

manis keluar kata-katanya,

oh ratu pangeran,

Brahrmana Buda,

sama keturunan dengan ibu,

apakah yang ananda perlukan,

tumben datang ke mari.


Ananda putra ibu mendengar berita,

diceritakan soal ibu,

mempunyai anak seorang,

terkenal tentang rupanya,

teruskanlah belas kasihan ibu,

memungut saya,

(saya) hina dan miskin,


Karena di masa lampau ada janji,

berjanji tidak beristri,

kalau tidak sama keturunan,

berguna dan setia,

itu yang menyebabkan sadar,

menyelusuri desa-desa,

tidak ketemu Brahmani.


Setiap hari seperti burung elang(?),

memerlukan (mencari) kebaikan bulan,

keliling di udara,

di sana tempat keluarnya cahaya,

kebetulan bulan pumama,

itu sebabnya (saya) datang,

bertemu dengan ibu.


62