Kaca:Geguritan Calonarang.pdf/60

Saking Wikisource
Kaca puniki kavalidasi

208. Akueh yan Winama kalangening awan,

dina latri lumaris,

katuju bang-bang wetan,

mandeg ta sira ring wetis,

sang aneng pura,

kadi anamun wingit.


209. Sering pudak binatur awuwukiran,

binajra lupa akiris,

pinarak ing sisia,

kancit hana wong perapti,

teja sulaksana manis,

sarsi ya nadapa,

manggap amangun ragi,


210. Sira Rangda suwagata ndi

sangkan ta tuan,

siapa namanta singgih,

napa prayojana,

kalih kawongan ika,

kasapar ing desa sepi,

warah sun dewa,

malar weruha ring tamui.


211. Singgih bibi tuhu antuk ira atakean

rangwakena nangkeki,

kula wangsa Buda,

anama Mpu Bawula,

sisianira sang mpu yogi,


" Banyak bila diceritakan keindahan
dalam perjalanan,

siang malam berjalan,

sedang fajar menyingsing,

berhentilah mereka di halaman tengah,

yang ada di dalam rumah,

(nampak) seperti tengah melipur-lipur kesedihannya.


Di bawah pudak diberi berbatur
yang berukir,

dilapisi dengan bajra lepa yang halus,

dihadap oleh murid-muridnya,

tiba-tiba ada orang datang,

(seakan-akan) bercahaya, bertingkah

laku sopan serta manis,

seraya dia menunduk,

pantas sehingga membangkitkan rasa asmara.


Si Rangda menyambut (serta menanya) dari mana asalmu,

siapa namamu,

apa maksud kedatangan(mu),

serta apa kekeluargaanmu,

(kok sampai) singgah di desa yang sepi,

beritahulah saya anakku,

supaya saya maklum kepada anda
sebagai tamu.


Ya bibi tepat cara bibi bertanya,

dengarlah sekarang (berikut) ini,

hamba adalah wangsa (keluarga
beragama) Buda,

nama hamba mpu Bawula,

murid beliau sang pendeta,

61