Kaca:Geguritan Calonarang.pdf/50

Saking Wikisource
Kaca puniki kavalidasi

apan tan weruhing musti,

tunggalang tri kona,

kelawan triaksara,

ongkara padunikang herih,

Surya Sasangka,

sunianing hening.


170. Karananing akueh sarira ning amuja,

ireng yan kari wilis,

suda yan pandita,

kelu ring pranayama,

muwah ing utpeti setiti,


tekeng prelina,

duduan-duduan purih.


171. Woten sisia sedara sawur sembah,

tuhu sadaya maharsi,

mung teteping mantra,

patanganan amurang,

pangaweruh tapuan sejati,


marmania murung,

lakunikang kepatian,


172. Sawaneh paceh umatur saha sembah,

tan weruh ing yukti,

amuji ring sawa,

kimutaneng batara,

sumawur sira sang yati,

tuhu kendahan.

si ramantangapi,


172. Wirdan sang wiku umangun pangawan-awan,


sebab belum tahu isinya,

penunggalan daripada trikona,

dengan Triaksara,

"Ongkara" dengan "Herih",

Surya dengan bulan,

inti kebenaran daripada niskala.


Sebabnya banyak bentuk cara memuja,

hitam bila masih muda,

putih bila pendita,

setelah keriput, dengan pranayama,

dan dengan pengetahuan akan

utpeti setiti,

serta prelina,

(demikianlah) cara pelaksanaannya berbeda-beda.


Ada murid menjawab dengan hormatnya,

benar kata-kata pendeta agung,

walaupun mantranya tepat,

mudra-mudranya salah,

berarti pengetahuannya tidak sungguh-sungguh,

yang menyebabkan kesalahan,

jalan kematiannya.


Yang lain tersenyum berkata sambil menyembah,

tidak tahu akan yang sebenarnya,

(cara) mengupacarai mayat,

apalagi terhadap batara,

menjawab beliau sang pendeta,

betul-betul heran,

bapamu mendengarnya.

Tak ada gunanya sang pendeta membuat saji-sajian,


51