Kaca:Geguritan Calonarang.pdf/29

Saking Wikisource
Kaca puniki kavalidasi

90. Kumeter separianta nikang parihyangan,
jumeleg duma aputih,
aputih apujeng-pujengan,
samaputaken ing tawang,
gumebyar-gebyar tang apui,
mandeg saksana,
les umijil Batari.


91. Katara warna mangang siung agasa ,
roma mekel amiwir,
lendahing nuraja,
winakul bobondolan,
mire sukunira kalih,
wastra sinjang,
sinurat sigar mangsi,


92. Mawelu socanira luir surya kembar,
tan pegat metu apui,
ri paduning netra,
umukrak sira atakuan,
ih walu ringJirah iki,
paran sinadia,
pepek sisia ngiring.


93. Singgih prapta kedah aneda jiwita,
sueca anugrahani,
tumpurring nagara,
atemah pembayeman,
lingira anugrahi,
haywa ring tengah,
pinggiring desa henti.


Bergetar seantero wilayah bangunan suci itu,
muncullah membubung tinggi asap putih,
putih serta berputar-putar,
menyelubungi awan,
berkobar-kobarlah apinya,
kemudian terhenti seketika,
tiba-tiba keluarlah Betari.


Menakutkan wamanya dengan mulutnya ternganga serta taringnya bergesekan,
rambutnya ikal terurai,
susunya yang besar tergantung,
tak ubahnya seperti bakul,
miring kedua kakinya,
kain serta kain dalamnya,
dihiasai dengan motif sigar mangsi.


Terbelalak matanya bagaikan surya kembar,
tak putus-putusnya keluar api,
dari antara kedua matanya,
dengan suara keras dia bertanya,
hai janda dari Jirah ini,
apa kehendakmu,
sekalian muridmu mengikuti.


Adapun (maksud)/kedatangan
(hamba) yalah mohon ijin untuk mencabut nyawa,
sudilah (Betari) mengizinkan,
timbulnya wabah di negara,
supaya menjadi (seperti) pekuburan,
sabda beliau mengizinkan,
jangan masuk ke tengah,
habiskanlah di desa-desa bagian pinggir.


30