Kaca:Geguritan Calonarang.pdf/30

Saking Wikisource
Kaca puniki kavalidasi

Gaksana sira muksa miserah ing tawang,
sira Rangda awengis,
katahang swacita.
ri tan sidaning manah, angadeg mamurat-marit,
amisan-misan.
sisia sama tinari,


95 . Tulusaken sih ta haywa iman-iman,
yasani sira bibi,
kesaktianing ulah,
dagdi ikang nagara,
maran atemahan asti,
tekeng ratunia,
pususen perih patiani,


96. Mangkin garjita punang sawatak sisia,
tumuli amit,
agelis lungha nyatur desa,
sama asalin bawa,
purwa si Larung metoni,
aningkab wastra,
tumonga asemadi,


97. Asalah gelung anglimba aken hasta,
netra sangkaning apui,
amesat anggan tawang,
rep dungkul sing kongkulan,
angidul lakunia Lendi,
angirab roma,
umure tekang pipi.


Seketika beliau lenyap menunggal di angkasa,
si Rangda marah karena kecewa,
terasa dalam hatinya,
bahwasanya maksudnya tak terpenuhi,
berdiri serta berteriak-teriak,
(dia) ingin membunuh,
semua muridnya diberitahu.


Teruskanlah rasa baktimu jangan setengah-setengah,
belalah bibimu ini,
(dengan) perbuatan menurut kesaktian (masing-masing),
bakarlah negara,
supaya menjadi abu,
sampai rajanya,
remas-remas sampai mati.


Bertambah-tambah senangnya sekalian muridnya,
lalu minta permisi,
segera pergi ke keempat arah,
masing-masing berganti rupa,
si Larung pergi ke Timur,
mengangkat kainnya,
menengadah bersemedi.


Menguraikan rambut serta menari,
dari matanya keluar api,
membubung ke angkasa,
tunduk ketakutan segala sesuatu yang terlewati di atasnya,
ke Selatan adalah jalannya si Lendi,
menguraikan rambut,
terurai sampai di pipi.


31