Kaca:Geguritan Calonarang.pdf/27

Saking Wikisource
Kaca puniki kavalidasi

kang sawa akrak anangis,
amuncul sarira,
kapetek ing butala,
ujara angasih-asih,
aminta jiwa,
waken manira singgih.


83. Daran umantuk nini sawatak sisia,
kinkinen punang huti,
sadara anembah,
sama adan lumampah,
saksana sira wus prapti,
haneng pagrahan,
kinon ingolah tumuli.


84. Sama weruh ri raciking darma caruban,
sotaning tameng gati,
sampun abiagata,
biatita sumanggraha,
widi widananing huti,
sapaniskara,
purna ring saji-saji.


85. Kuneng sira Rangda wus angrangsuk payas,
abasma cuda hati,
alenga suwenita,
paru tiningkah bapang,
agagelang limpa sawit,
usus apanjang,
tutud maka anting-anting.


86. Kerurakara lungha mara ing


mayat (yang telah hidup kembali) itu menangis dengan kerasnya,
menghempas-hempaskan dirinya,
ditekan ke tanah,
suaranya mohon belas kasihan,
mohon supaya dihidupi,
Lepaskanlah hamba.


Baiklah kita pulang, murid-muridku semua,
persiapkanlah upacara korban,
dengan hormatnya mereka menyembah,
baiklah kita berangkat bersama-sama,
segara mereka telah sampai,
di rumahnya,
lalu disuruh memasaknya.


mereka semua mahir dalam ramuan masak-memasak,
sebab semuanya pandai-pandai,
sudah semua datang,
segala masakan sudah selesai,
beserta segala saji-sajian,
segala sesuatunya,
sempurna pula saji-sajiannya.


Adapun si Rangda telah berhias,
dengan urna dibuat daripada hati,
berminyakan darah,
paru-paru dipakai sebagai bapang,
bergelung limpa, berselempang,
usus yang panjang,
jantung dipakai sebagai anting-anting.


Dengan rupa yang menakutkan


28